Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

‘Saya bisa bernafas kembali’

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 25 September 2014

Aslinya diterbitkan di edisi 9 Juni 2014 majalah Christian Science Sentinel


Suatu hari di awal tahun ini saya terbangun dengan sesak nafas. Saya bangkit dari tempat tidur, berharap sesak nafas itu akan hilang jika saya berjalan, tetapi keadaannya malahan semakin buruk. Saya kembali berbaring dan berusaha menghirup udara yang banyak, tetapi saya merasa ada sesuatu yang membebani paru-paru saya.  Saya menjadi semakin takut dan berpikir, ‘Inilah akhir hidup saya—saya tenggelam di atas tanah kering.”

Berhubung itu suatu keadaan darurat, isteri saya menelepon 911. Dia bukan pelajar Ilmupengetahuan Kristen, dan meskipun dia mendukung sepenuhnya pergantungan saya pada doa untuk mendapatkan kesembuhan, rasanya wajar baginya untuk menelepon 911. Bel di apartemen kami sedang rusak, jadi isteri saya memberi tahu petugas 911 untuk meneleponnya bila sudah tiba, dan isteri saya akan turun dari lantai tiga untuk membiarkan mereka masuk.

Tidak lama kemudian saya mendengar sirene ambulans. Saya bangkit dari tempat tidur dan duduk di dekat meja dapur. Saya melipat tangan, tetapi alih-alih berpikir, “Inilah akhir hidup saya,” saya berpaling sepenuh hati kepada Allah dan tanpa bersuara mengucapkan Doa Bapa Kami dengan tafsiran rohaniahnya yang diberikan oleh Mary Baker Eddy (lihat Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 16-17). 

Setiap ayat mendatangkan ilham yang baru mengenai keadaan saya saat itu, dan pemahaman yang pasti bahwa Allah hadir di situ melindungi saya. Doa saya kira-kira seperti ini: “Bapa kami yang di sorga, / Allah Ibu-Bapa kami, maha-selaras,”—Allah sepenuhnya selaras; tidak ada tempat bagi ketakutan.

Saat itu telpon isteri saya berdering, dan dia meninggalkan apartemen untuk membukakan pintu bagi regu penolong. Saya melanjutkan berdoa: “Dikuduskanlah namaMu. / Yang Esa, yang patut disembah”—saya hanya menghormati Engkau, Tuhan.

Ayat berikutnya benar-benar membukakan pikiran saya: “Datanglah kerajaanMu. / KerajaanMu telah datang; Engkau senantiasa hadir”—Tuhan, Engkau tidak pernah beranjak dari sisi saya, bahkan untuk sesaat saja.

Saat itulah saya bisa bernafas kembali. Beban yang saya rasakan di paru-paru saya hilang. Tanpa bersuara saya meneruskan Doa Bapa Kami, dan merasakan kasih Allah mendekap saya dengan kuat. Isteri saya kembali, diikuti tiga petugas 911, dan mereka melihat saya masih duduk di dekat meja dapur bernafas secara normal. 

Mereka melakukan pemeriksaan rutin dan heran karena nafas saya wajar dan stabil. Salah satu petugas menyatakan heran melihat ketenangan saya, seakan tidak pernah terjadi sesuatu. Diam-diam saya mengingatkan diri sendiri bahwa karena saya tidak pernah meninggalkan pemeliharaan Allah—karena saya tetap berada di dalam kerajaanNya—maka sebetulnya tidak pernah terjadi sesuatu masalah.

Saya sangat bersyukur untuk semua yang telah saya pelajari dan terus saya pelajari dalam Ilmupengetahuan Kristen, dan saya bersyukur setiap saat berjalan dengan Allah Ibu-Bapa.

Geoffrey D. Hill
Los Angeles, California, AS

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.