Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

SEORANG PENYEMBUH BERDOA

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 22 April 2014

Aslinya diterbitkan di edisi Desember 2006 majalah The Christian Science Journal


Suatu ketika, di larut malam saya mendapat telepon dari seorang pria yang ingin bunuh diri. Dia merasa sangat kebingungan dan putus asa. Dia bercerita bahwa selama hampir dua tahun ia telah berganti-ganti pekerjaan dan tidak tahu bagaimana menafkahi keluarganya. Listrik dan air telah diputus, oleh karena itu dia memanaskan rumahnya dengan pemanas jinjing. Dia tidak dapat menemukan alasan untuk terus hidup, dan mengatakan, “Semua orang akan lebih baik tanpa saya.” Dia berpikir untuk bunuh diri.

Dengan segera saya mulai mengucapkan Mazmur 23, dan menjelaskan makna ayat-ayat tersebut baginya—dengan cara yang radikal dan praktis—yang terpikir saat itu. Kira-kira seperti inilah penjelasan saya:

"TUHAN adalah gembalaku, takkan kekurangan aku."

Tuhan adalah gembalamu, saat ini juga; engkau tidak bisa kekurangan sesuatu yang baik.

"Ia membaringkan aku di padang yang berumput hijau, Ia membimbing aku ke air yang tenang;"

Domba berbaring di padang rumput hanya jika merasa aman, jika percaya kepada gembalanya. Dan domba merasa sangat tidak aman saat berada di sumur air, tempat pemangsa (ketakutan) menghadang. Percayalah kepada Gembalamu (Allah) dan Dia akan memenuhi keperluanmu.

"Ia menyegarkan jiwaku. Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya."

Allah memenuhimu dengan semua kebaikan, Dia membimbingmu ke tempat yang tepat bagimu, Dia melindungi dan menjagamu.

"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."

Mungkin engkau merasa berjalan dalam lembah kekelaman—tetapi Allah bersamamu, tepat di mana engkau berada! Dia membimbing dan melindungi setiap langkah sepanjang perjalananmu.

"Engkau menyediakan hidangan bagiku, di hadapan lawanku; Engkau mengurapi kepalaku dengan minyak; pialaku penuh melimpah."

Semua ketakutan yang merupakan musuh-musuhmu dicabut sampai dengan ke akarnya dan dimusnahkan jika engkau percaya kepada Allah. Dia mengatur setiap seluk-beluk dalam kehidupanmu dan keluargamu—pialamu penuh melimpah dengan seluruh kasih yang dinyatakan Penciptamu kepadamu.

"Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam dalam rumah TUHAN sepanjang masa."

Kebajikan dan kemurahan belaka akan mengikutimu seumur hidupmu, dan engkau diam tidak di tempat yang dingin dan menakutkan, melainkan di rumah Tuhan. Dengan Tuhan sebagai pemilik rumah, maka rumah tersebut senantiasa selaras.

Pria tersebut mengucapkan terimakasih kepada saya dan minta agar saya terus berdoa untuknya. Ketika dia menelepon lagi keesokan harinya, dari suaranya saya tahu bahwa keinginan untuk bunuh diri sudah hilang. Meskipun perjalanannya untuk keluar dari kegelapan berlangsung selama berbulan-bulan, dia tidak pernah lagi menyatakan keinginan untuk bunuh diri. Malam itu, dia telah dibangunkan untuk menyadari kebenaran tentang hubungannya dengan Allah, dan dengan Mazmur 23 sebagai tempat berpijak, dia dapat mengendalikan hidupnya. 

Ketika saya tetap menawarkan untuk membantunya dengan doa, dia mengatakan bahwa dia yakin dirinya menderita ADD (Attention Dificit Disorder) yang menjadikannya sulit berkonsentrasi dan menghancurkan karirnya di bidang teknologi. Apa pun kemampuan profesionalnya—kesulitan untuk berkonsentrasi telah menjadikannya tidak dapat diandalkan—dan akhirnya dipecat. Sebagai penyembuh Ilmupengetahuan Kristen, saya telah menangani berbagai gejala ADD, yang dalam budaya kita saat ini kelihatannya merupakan diagnosa yang sering diberikan. Tetapi pandangan kita yang benar tentang manusia menyingkapkan dusta tentang kekurangan di bidang mental yang menyebabkan kita tidak berdaya. Dari Alkitab kita belajar mengetahui bahwa jika kita berdoa kepada Allah mohon roti, Dia tidak memberi kita batu (lihat Mat. 7:9). Saya tahu bahwa hanya manna yang melimpah dari surga yang menunggu pria tersebut—dan bahwa perhatiannya tidak dapat terganggu oleh sesuatu kekurangan.

Segi lain dari depresi yang dialami pria tersebut adalah, dia merasa iri kepada orang lain yang seakan memiliki semuanya. Mereka memiliki mobil baru, rumah mereka lebih besar, kehidupan mereka lebih baik. Mengapa hal-hal tersebut tidak dimilikinya? Selagi kita terus membahas perumpamaan dalam Alkitab tentang “roti” dan “batu,” menjadi semakin jelas baginya bahwa berdoa untuk mendapatkan roti bukan berarti memenuhi keinginan kebendaan melainkan keperluan untuk memahami bahwa dia diam “di rumah” atau dalam kesadaran bahwa dia adalah ide rohaniah Allah yang lengkap. Ini berarti dia tidak bisa dirayu oleh pikiran tentang kekurangan (batu), demikian pula dia tidak bisa mengalami kekurangan apa pun—termasuk kemampuan mental untuk berfungsi secara normal dan berpikir jernih. Dengan kepercayaan diri yang dikaruniakan Allah ini, teman saya dapat melihat harga dirinya yang bersifat rohaniah dengan cara-cara yang sangat nyata.

Dalam minggu pertama pembicaraan kami, teman saya mendapatkan dua pekerjaan—satu di siang hari, satunya di malam hari. Ini menjadikannya mampu meneruskan langganannya untuk memanaskan rumah dan mulai membayar tagihan-tagihannya. Tetapi hutangnya begitu besar sehingga dia masih merasa kewalahan dan tidak berharga. Meskipun merasa kasihan, saya tetap tidak terkesan atas ketakutan-ketakutan tersebut. Allah telah menunjukkan kepada saya jalan keluar dari berbagai keadaan yang genting, dan saya tahu kami berdua dapat bergantung kepadaNya.

Kira-kira sebulan kemudian, pasien saya dipecat dari pekerjaan yang dilakukannya di siang hari, tetapi kami terus berjalan dijalur yang benar—mengandalkan Allah, mendengarkanNya untuk setiap langkah yang diambil. Salah satu hal yang datang kepada saya saat berdoa untuk pria tersebut adalah bahwa dia perlu mengikuti aturan yang berlaku bagi pekerja yang baik. Jika dia bekerja untuk Kasih ilahi, Allah, di rumahNya, sudah pasti dia akan tepat waktu, dia akan menyelesaikan tugasnya, dan menunjukkan berbagai talenta yang dimilikinya—dan dia tidak akan melakukan pembicaraan telepon pribadi selama jam kantor. Di bulan Desember, dia diangkat sebagai pegawai sementara di perusahaan teknologi yang besar, di tempat yang jauh dari tempat tinggalnya. Dia mengendarai mobil selama beberapa hari untuk sampai di pekerjaannya yang baru. Dia tidur di mobil. Dia menjadi anggota klub kesehatan dengan tarif promo, agar dapat mandi dan berganti pakaian. Dia mencuci dan menyeterika sendiri kemejanya, dan juga satu-satunya jas yang dimilikinya. Dan begitu mulai bekerja, dia merasa dapat memusatkan perhatian dan berkonsentrasi. Dia tiba di kantor lebih awal dari pegawai lainnya—begitu awal sehingga terkadang dia harus menuggu sebelum  seseorang membuka kunci dan membiarkannya masuk—dan di malam hari dia pulang paling akhir.

Beberapa hari sesudah mulai bekerja sebagai pegawai sementara, pasien saya merasa depresi dan katakutan, dan saya menerima telepon dengan nada putus asa. Dia berada di luar gedung kantornya. “Saya tidak bisa melakukannya. Saya bingung sekali. Saya tidak bisa masuk lagi ke kantor.” Saya meyakinkannya bahwa dia tahu apa yang harus dilakukan. Allah telah menempatkannya di sana, dan Dia akan menunjukkan jalan baginya. Hanya ada satu Budi, dan Budi itu membimbing dan melindunginya. Dia mengakhiri pembicaraan lalu masuk ke kantornya dan menyelesaikan pekerjaannya dengan berhasil. Dan begitulah keadaanya untuk beberapa saat—setiap hari ketakutan datang, dan setiap hari ketakutan hilang, digantikan oleh kebenaran mengenai wujudnya.

Empat bulan kemudian, perusahaannya mengangkatnya sebagai pegawai tetap, dengan penjelasan yang sederhana, “Ini semua karena anda telah bekerja begitu keras bagi perusahaan kami.” Dia dan keluarganya merayakan hal tersebut penuh suka cita, sebelum mereka pindah. Saya ingat sempat berpikir, meskipun terlihat jelas bahwa dia menyatakan talenta yang besar, pernyataan Allah pada dirinya sebagai “pegawai yang baik” membuatnya mampu mengatasi cobaan kegelisahan terakhir yang dialaminya. Perusahannya tidak pelak lagi melihatnya sangat sesuai bagi perusahaan tersebut, karena dia sudah sempurna di mata Allah. Teman saya itu sekarang menjadi pakar di bidangnya dan orang dari berbagai daerah di negerinya menghubunginya untuk berkonsultasi. Dia dan isterinya dapat melanjutkan rencana awal mereka agar sang isteri tinggal di rumah mengurus anak-anak. Mereka terus diberkati dengan kesadaran akan kestabilan dan ketertiban yang semakin berkembang.

Di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan Mrs. Eddy berkata,"...  apabila angin Allah bertiup, kita tidak akan merapatkan kain buruk kita lebih erat ke badan kita." (p. 201). Kelihatannya kain buruk yang kita rapatkan paling erat ke tubuh kita adalah ketakutan kita yang paling dalam—dan Allah menuntut agar kita melepaskannya dan membuangnya. Dia menyediakan segala kebaikan bagi kita, bukan kesulitan yang berkelanjutan. Dan jika kita percaya kepadaNya dengan sepenuh hati, Dia membimbing kita, saat demi saat. Itu, bagi saya, adalah hidup—dan bekerja—di rumah Kasih ilahi.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.