Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Saat-saat hening ketika kita sendiri bersama Allah

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 19 Mei 2015

Aslinya diterbitkan di edisi 6 September 2010 majalah Christian Science Sentinel


Mengingat nilai praktis komunikasi batin dengan Allah, sungguh memprihatinkan, bahwa meluangkan waktu untuk berpikir dengan tenang—dan mengetahui bagaimana memanfaatkan waktu itu—seakan tidak ada lagi dalam kehidupan banyak orang.

Di satu pihak misalnya, kemampuan teknologi modern yang menakjubkan dapat membuat orang sibuk serta terhibur secara mental dan tidak berpikir secara independen. Di lain pihak, di saat-saat hening yang dimiliki semua orang, misalnya di tengah malam, tidak jarang berbagai pikiran negatif dan ketakutan meminta perhatian kita. Kemudian, tentu saja, ada banyak lagi kekhawatiran dan gangguan lain yang ingin memenuhi pikiran kita, termasuk ketakutan menghadapi kesalahan kita sendiri.

Untungnya, begitu kita menyadari tujuan dan kuasa Kasih ilahi untuk dengan lembut mengangkat dan menyempurnakan watak, mutu kehidupan, kesehatan, dan produktivitas kita, kita dapat mulai mengatur waktu kita, membungkam ketakutan dan kegaduhan dalam pikiran, dan mendengarkan apa yang dikatakan Allah.

Mendengarkan dengan baik merupakan inti sari penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen, yang bergantung kepada kasih kita yang aktif dan sepenuh hati kepada Allah. Ini karena Kasih ilahi, yang bekerja atas dan dalam kesadaran manusia, adalah yang menghasilkan kesembuhan dalam pengalaman insani. Oleh karena itu semakin kita memahami Allah sebagai Kasih ilahi, semakin wajar bagi kita untuk mengasihiNya dan dengan demikian mengalami pemeliharaanNya yang lembut bagi kita.

Tentu saja kita dapat mempelajari informasi penting tentang sifat Allah yang sesungguhnya serta kuasa penyembuhanNya dengan membaca Alkitab dan buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy, dan hal ini penting karena pada umumnya budi insani tidak mengenal dan memahami Allah dengan benar. Saya menemukan, bahwa saya benar-benar belajar mengenal dan mengasihi Allah ketika dalam hati, saya menghargai yang diajarkan Ilmupengetahuan Kristen tentang Allah sebagai Hidup, Kebenaran, Kasih, Budi, Jiwa, Roh, dan Asas ilahi—ketika secara harfiah ataupun bisa diibaratkan, saya menarik kursi dan secara mental menikmati kehadiran Allah yang menakjubkan, dan memberiNya perhatian saya yang tidak terpecah. Di saat-saat seperti itu, bagi saya Allah menjadi Allah yang hidup, kepada siapa secara wajar saya merasa terdorong untuk mengasihi dengan segenap hati, jiwa, budi, dan kekuatan saya seperti yang dianjurkan Yesus kepada kita (lihat Markus 12:30). Dari saat-saat seperti itulah kesembuhan menjadi suatu kesejatian yang praktis di dalam hidup kita.

Mengukir saat-saat hening

Kita tidak perlu pergi ke suatu tempat yang tenang dan sepi untuk berada sendiri bersama Allah, meskipun itu adalah yang sepatutnya kita lakukan, di saat dan jika kita bisa. Tetapi mungkin komunikasi dengan Allah terutama bukan menyangkut waktu dan tempat melainkan lebih menyatakan sikap batin yang penuh hormat kepada Allah, sikap hormat yang menggerakkan kita untuk menjadikan ibadah kepada Allah sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Jika kita memiliki sikap seperti itu, kita akan menemukan cara untuk melaksanakannya. Saya menarik pelajaran mengenai hal ini dari beberapa pengalaman saya di lingkungan alami yang indah.

Bertahun-tahun yang lalu, di suatu musim panas, keluarga kami melakukan hiking ke lembah di kaki pegunungan di Maroon Bells–Snowmass Wilderness di Colorado, AS. Saat tiba di lembah di awal senja, puncak gunung yang diselimuti salju berdiri megah dengan latar belakang langit berwarna lembayung saat matahari terbenam, dan sama sekali tidak ada angin sehingga pemandangan yang menakjubkan itu tercermin sempurna di danau. Suasananya begitu hening dan indah sehingga rasanya saya ingin tinggal di sana selamanya, hal yang tentu saja tidak mungkin saya lakukan. Tetapi suasana itu membangkitkan suatu rasa hormat, yang menyiratkan sesuatu yang bahkan lebih menakjubkan—kebesaran dan keagungan kehadiran rohaniah Allah, yang, seperti dikatakan Rasul Paulus, di dalam Dia, “kita hidup, kita bergerak, kita ada,” (Kis 17:28). Nah, itulah kebenaran yang sungguh menakjubkan!

Sesungguhnyalah kita hidup di dalam Allah, yang adalah Kasih ilahi yang tidak berhingga. Sesungguhnya kita tidak dapat berada di luar Allah, karena tidak ada yang dapat berada di luar ketidakberhinggaan. Menjadikan pikiran kita diam agar dapat menyadari kebenaran ini dan membiarkannya tercermin dalam watak dan kehidupan kita, merupakan tujuan hidup yang layak kita upayakan dengan sepenuh hati. Dengan melakukan hal tersebut kita menemukan jati diri kita—keserupaan rohaniah, atau cerminan, Kasih ilahi. Jadi, makin banyak kita berkomunikasi dengan Allah, makin baik kita belajar bukan saja tentangNya melainkan juga tentang diri kita.

Dengan sikap hormat kepada Allah serta keinginan tulus untuk belajar dariNya dan setia kepadaNya, kita akan melakukan apa pun yang perlu kita lakukan dalam hidup kita yang sibuk, untuk meluangkan waktu berkomunikasi dengan Allah dalam doa serta dalam mempelajari Alkitab dan Ilmupengetahuan dan Kesehatan. Adalah Allah sendiri yang mendorong kita untuk mendekat kepadaNya sehingga Dia dapat membimbing kita melalui hari-hari kita dengan berhasil.

Banyak yang hendak diberitahukan Allah kepada kita

Sebetulnya, doa sepenuhnya berkaitan dengan mendengarkan Allah, alih-alih memberitahukan sesuatu kepada Allah. Allah sudah mengetahui semuanya. Kita perlu menghargai apa yang dapat, dan memang dinyatakan kepada kita, oleh Budi yang mahatahu, Allah, Ibu-Bapa surgawi kita, mengenai sifatNya yang sejati, dan mengenai diri kita sebagai cerminanNya yang murni. Doa adalah mendengarkan dengan begitu tekun untuk mengetahui pesan Allah sehingga kita tidak membiarkan pikiran negatif atau kekhawatiran mengalihkan perhatian kita—dan Allah membantu kita melakukan hal ini.

Mendengarkan Allah dengan penuh hormat menjadikan Kristus Yesus mampu membuktikan dengan sempurna dan sepenuhnya kuasa pembaharuan serta penyembuhan Allah. Mendengarkan Allah dengan penuh hormat juga merupakan kunci kesuksesan Mary Baker Eddy yang luar biasa dalam mempraktekkan dan mengajarkan penyembuhan dengan Kristus. Ny. Eddy sangat menginginkan para pelajar Ilmupengetahuan Kristen untuk mengambil sikap mendengarkan ini. Dalam bab “Mempraktekkan Ilmupengetahuan Kristen” di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, Ny. Eddy menulis: “Kebenaran yang tidak berhingga akan penyembuhan dengan Kristus telah datang kepada zaman ini dengan suatu ‘suara yang kecil dan halus’, dengan ucapan dalam hati dan pengurapan ilahi yang menghidupkan kembali serta menguatkan pekerjaan Kekristenan yang memberkati. Dengan penuh keinginan saya menantikan pengharapan saya terpenuhi, yaitu bahwa pelajar mencapai hasil yang lebih luhur dalam usahanya menurut garis terang ini.” (hlm. 367). Ny. Eddy juga menulis mengenai “santapan pagi” saat para pelajar Ilmupengetahuan Kristen  “. . . sujud di hadapan Kristus, Kebenaran, untuk lebih banyak lagi menerima kedatangannya kembali dan dalam hati bersatu dengan Asas ilahi, Kasih” (hlm. 35).

Sudah barang tentu, bersatu dalam hati dapat dilakukan kapan pun dalam suatu hari, meskipun bagi saya, pagi-pagi sekali merupakan saat yang tenang yang dapat sangat mendukung pembelajaran rohaniah serta doa.

Sehubungan dengan hal ini, suatu pelajaran lain yang diberikan alam terlintas dalam pikiran saya. Kami beberapa kali berlibur di perkemahan keluarga di  Minnesota bagian Utara di danau di Boundary Waters Canoe Area Wilderness. Saya senang bangun pagi-pagi dan duduk di bukit berbatu yang menghadap danau dan hutan cemara untuk mempelajari Pelajaran Alkitab Ilmupengetahuan Kristen dan berdoa.

Pada awalnya, suasananya hening sama sekali—tidak ada angin, tidak ada suara. Kemudian secara bertahap, semuanya mulai bangun. Seekor bebek jantan akan muncul di permukaan danau yang tenang dan mulai menjajagi wilayah demi keselamatan keluarganya—dan tidak lama kemudian yang betina dan anak-anaknya akan mengikutinya. Angin akan mulai menggoyang pepohonan dan membentuk riak-riak di danau, burung-burung mulai berkicau dan menyanyi, dan binatang-binatang serta makhluk lain mulai melakukan kegiatan.

Pengalaman-pengalaman tersebut telah mengilhami saya untuk memenuhi saat-saat saya belajar dan berdoa dengan pikiran yang hening dan penuh hormat sehingga saya dapat “mendengar” suara Allah yang terus-menerus menyatakan secara rinci ciptaan rohaniahNya yang menakjubkan.  Dengan keadaan pikiran seperti itu, Allah menjadi hidup bagi saya, membangunkan dalam diri saya kesadaran serta penghargaan yang lembut akan sifat-sifat rohaniah dan ideNya yang sangat berharga yang merupakan ciriNya serta ciri alam semestaNya. Allah dan ideNya menjadi sejati dan nyata, dan kasih saya kepada Allah dan ciptaanNya menjadi lebih kuat setiap hari. Dengan cara inilah kegiatan penyembuhan Allah memasuki kehidupan kita sehari-hari.

Mengenal Allah dengan lebih baik

Penekanan Yesus tentang pentingnya mengasihi Allah seharusnya memberi semangat bagi siapa saja yang berusaha membuktikan kuasa penyembuhan Allah. Hal itu memberi petunjuk ke mana tenaga mental kita harus diarahkan. Namun saya berkali-kali merasa heran mendengar orang mengatakan, “Saya tidak yakin saya tahu cara mengasihi Allah.” Dan hal itu membuat mereka berkecil hati karena mereka berpikir tidak mampu memiliki cukup kasih kepada Allah untuk membuktikan kuasa penyembuhanNya—seakan mengasihi Allah merupakan sesuatu yang tercipta melalui upaya insani. Padahal mengasihi Allah datang dengan sendirinya saat kita mendekat kepadaNya dengan hati yang mudah menerima dan membiarkan diri kita mengenalNya secara akrab. KasihNya yang tumbuh dalam diri kitalah yang menyembuhkan kita dan menjadikan kita mampu menyembuhkan orang lain.

Semakin besar pemahaman kita tentang Allah dan kasih kita kepada Allah, semakin besar pemahaman kita tentang sifat kita yang sejati, dan sifat sejati sesama kita, sebagai cerminan Allah. Dengan cara ini kemampuan kita untuk mengasihi menjadi lebih luas, dan kita akan mendapati diri kita secara wajar mampu memenuhi yang oleh Yesus dianggap paling penting sesudah perintah untuk mengasihi Allah dengan segenap hati—yakni, mengasihi sesama seperti diri kita sendiri (lihat Markus 12:31).

Memenuhi hari-hari kita dengan saat-saat hening komunikasi yang penuh hormat kepada Allah adalah cara hidup yang tak dapat tiada menghasilkan kesembuhan. Ny. Eddy mengungkapkannya seperti ini: “Hidup sedemikian rupa sehingga kesadaran manusia senantiasa berhubungan dengan yang ilahi, yang rohaniah, dan yang kekal, adalah menyatakan kuasa yang tidak berhingga dalam diri kita; dan inilah Ilmupengetahuan Kristen” (The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany, hlm. 160).

Hal itu tampak seperti suatu tujuan yang luhur. Dan memang demikian. Capailah tujuan itu!

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.