Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Dari perselisihan menjadi keselarasan di gereja

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 24 Juni 2016

Aslinya diterbitkan di edisi Juni 2016 majalah The Christian Science Journal


Ketika mencuci piring, hasil terbaik kita dapatkan kalau kita menggunakan air bersih. Prinsip yang sama berlaku untuk mencuci tangan dan pakaian. Tapi bagaimana dengan “air" yang kita gunakan untuk “mencuci" pikiran tentang orang-orang di sekitar kita—misalnya, jemaah yang beribadah yang merupakan tubuh gereja kita? Jika ketidakselarasan timbul di gereja, kita dapat mempunyai pilihan tentang air, atau jenis pikiran, yang kita bawa pada upaya kita untuk berdoa membersihkan pemikiran kita tentang tubuh gereja. Salah satu pilihan adalah membawa air kotor—persepsi lama tentang masa lalu, pikiran yang penuh kemarahan tentang orang-orang yang terlibat, kekhawatiran bahwa masalah tidak akan pernah terselesaikan—tapi itu tidak akan membersihkan apa pun. Bahkan, sering kali dapat memperkeruh pikiran.

Pilihan lainnya adalah melakukan seperti yang diperintahkan penulis Surat kepada orang Ibrani: "Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni" (Ibrani 10:22). Membasuh tubuh gereja dengan pemikiran yang murni tidak berarti bersikap acuh tak acuh ketika terjadi peristiwa-peristiwa yang kurang selaras; melainkan menuntut kita untuk "menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas.”

Untuk mengetahui apa yang merupakan "hati yang tulus ikhlas," kita harus pergi ke sumber dari segala yang benar, Kebenaran ilahi, Allah. Allah mencurahkan ke dalam pikiran yang mudah menerima, pesanNya yang bersifat Kristus, yang memberitahukan kebenaran tentang kita semua (termasuk orang-orang dengan siapa kita berinteraksi): bahwa kita adalah cerminan rohaniah Allah Sendiri. Dan sebagai Kasih ilahi, Allah memberi kita kasih yang kita butuhkan untuk pembersihan yang merohanikan dan memurnikan.

Kadang-kadang ketika seakan ketidakselarasan menyerang pikiran dalam tubuh gereja, rasanya sangat menggoda untuk meratapi apa yang tampaknya seperti keselarasan yang hilang. Mary Baker Eddy, pendiri majalah ini, yang sangat mengasihi Alkitab, menulis puisi dengan kata-kata ini, yang berbicara tentang kemampuan kita untuk menemukan penghiburan yang  menyembuhkan, dalam pesan Kristus tentang kasih Tuhan:

Yang sedih hati,—“Datang padaku,
Kasih hapus air matamu,
Angkat bayangan gelap,
B’rimu tempat gemerlap,
Di k’agungan hari abadi.”

(Poems, hlm. 75)Terjemahan dari syair “Nyanyian Persekutuan” karya Mary Baker Eddy ini disesuaikan dengan konteks dalam artikel ini dan digunakan khusus untuk artikel ini, tidak untuk menggantikan terjemahan “Nyanyian Persekutuan” yang ada di Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen.

Saya mempunyai kesempatan untuk membasuh pikiran saya dan menyaksikan Kristus mengangkat "bayangan gelap" dari kesadaran saya beberapa waktu yang lalu. Dalam suatu rapat anggota di cabang Gereja Kristus, Ahli Ilmupengetahuan, di mana saya menjadi anggota, suatu isu kontroversial dibahas dengan cara yang bagi saya terasa kasar dan tidak Kristiani. Saya terkejut dan sedih karena merasa bahwa alih-alih menyatakan kebaikan hati dan kasih, diskusi itu diwarnai pertengkaran dan kemauan diri.

Pada saat itu, saya menyadari pilihan yang harus saya buat dalam pikiran saya. Saya bisa merasa bingung dan tersinggung oleh perilaku itu, atau memilih untuk menanggapi pikiran murni yang bersumber pada Kasih ilahi, pikiran yang mendorong saya untuk melihat setiap orang di antara kita seperti diri kita yang sebenarnya—cerminan rohaniah dari Allah yang pengasih. Saya memilih yang terakhir.

Jadi, meskipun masih berada di pertemuan gereja, saya berhenti mendengarkan perdebatan yang menjengkelkan itu dan membiarkan hati saya dipenuhi kasih Tuhan bagi kita semua, anak-anakNya yang rohaniah. Saya memikirkan bagaimana berkali-kali para anggota gereja telah menunjukkan kasih yang murni, tanpa pamrih, yang dinyatakan dalam kesediaan untuk memberikan waktu dan sumber daya guna mendukung gereja dan masyarakat. Saya tahu bahwa secara rohani kita hanya digerakkan oleh Allah, dan ciptaanNya tidak mungkin terputus dari kasihNya. Pengabdian untuk melakukan apa yang terbaik bagi gereja kami, tujuannya yang suci dan menyembuhkan, serta berbagi dengan komunitas kami, adalah bukti bahwa kami mencerminkan Kasih yang tidak berhingga. Cerminan ini tidak dapat dirusak; perilaku yang penuh kemauan diri bukan benar-benar bagian dari diri kita. Tidak ada tempat dalam identitas rohaniah kita bagi apa pun yang tidak menyerupai Allah. Dan karena Kebenaran mengisi semua ruang dan dinyatakan pada anak-anak Allah, kita masing-masing memiliki kemampuan alami untuk melihat dan mengetahui pemahaman yang didatangkan Kristus, Kebenaran, tentang wujud kita yang sejati.

Singkat kata, saya biarkan Kasih ilahi mencuci bersih pikiran saya dan mengisi hati saya dengan kebenaran tentang kami semua. Setelah beberapa saat, meskipun pertemuan masih terasa tegang, kami semua menyadari bahwa terus-menerus membicarakan topik itu tidak ada gunanya. Kami mengambil suara, dan kami melanjutkan dengan membahas hal-hal yang kurang kontroversial.

Dalam rapat-rapat anggota berikutnya, dan di antara rapat-rapat itu, saya terus membiarkan Kasih membersihkan kesadaran saya dari setiap pemikiran yang penuh kekecewaan yang mencoba menyelinap masuk. Saya mendapati bahwa saya benar-benar bisa menyapa para anggota yang terlibat dalam perdebatan dengan kasih yang murni, benar-benar tidak ternoda oleh reaksi awal saya terhadap suasana pertemuan itu. Saya merasa yakin bahwa jalur penyembuhan yang paling baik adalah terus berdoa dengan sungguh-sungguh dan tanpa kata-kata.

Selama beberapa tahun berikutnya, saya melihat adanya perubahan dalam suasana rapat anggota di gereja. Semua orang, sementara masih berdedikasi untuk mengikuti tindakan yang dirasa tepat, mulai berinteraksi dengan lebih ramah dan lembut. Yang menarik, pertemuan juga menjadi lebih singkat! Pemungutan suara lebih sering menghasilkan suara bulat. Sementara isu-isu kontroversial masih datang sesekali, hal itu menurut hemat saya dibahas dengan cara yang lebih santun, dan diskusi tidak berkepanjangan seperti sebelumnya. Dan, yang paling indah dari semuanya, gereja mulai menarik lebih banyak pengunjung baru dan pengunjung tetap, sehingga lebih banyak orang bergabung dan berpartisipasi secara aktif dalam misi penyembuhan gereja.

Saya tahu saya bukan satu-satunya orang yang berdoa selama pertemuan gereja yang ricuh itu. Tekad bersama seluruh anggota untuk menciptakan damai dan keselarasan—untuk  menjaga hati kami dengan “keyakinan iman yang teguh" —telah membersihkan pikiran kami tentang gereja kami, dan pada gilirannya membebaskan kami lebih fokus untuk menjadi kehadiran yang menyembuhkan di tengah-tengah masyarakat kami.

Penting untuk dicatat bahwa penalaran rohaniah dan kasih yang bersifat Kristus ini tidak hanya berlaku untuk gereja. “Keyakinan iman yang teguh” juga dibutuhkan dalam doa-doa kita untuk hal-hal lainnya—misalnya  pemerintah kita. Untuk membersihkan pemikiran kita tentang keadaan dunia, kita harus berusaha menggunakan air murni Kristus, Kebenaran, untuk memunculkan “hati yang tulus.” Kita harus melakukan hal ini setiap kali kita berpikir tentang lembaga-lembaga kita dan orang-orang di sekitar kita.

Ini akan membuka jalan bagi perdamaian dan penyembuhan yang murni dan berkelanjutan.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.