Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Editorial Tamu

Jeli melihat kesempatan untuk menyembuhkan

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 22 November 2016

Aslinya diterbitkan di edisi 7 November 2016 majalah Christian Science Sentinel


Kejelian dan naluri rohaniah adalah sifat-sifat yang ditekankan Yesus pada para muridnya dan semua pengikutnya: “Apa yang Kukatakan kepada kamu, Kukatakan kepada semua orang: berjaga-jagalah!” (Markus 13:37). Murid-muridnya, dan orang banyak yang mengikutinya, seringkali mendapat kesulitan menuruti teladan yang diberikan kepada mereka. Dan kita dapat belajar dari apa yang diajarkannya kepada mereka dengan sabar dan penuh kasih agar jeli melihat kesempatan untuk menyembuhkan.

Perhatikan, misalnya, tanggapan yang kerap kali ditunjukkan para murid dan orang banyak kepada orang-orang yang datang kepada Yesus untuk memperoleh kesembuhan. Mereka mempunyai berbagai alasan untuk menyarankan agar beberapa orang yang datang kepada Yesus disuruh pergi. Ketika Bartimeus yang buta berseru kepada Yesus, orang-orang yang mengikuti Yesus berkata kepada Bartimeus agar diam (lihat Markus 10:46–52). Mungkin orang banyak itu hanya melihat seorang pengemis yang minta uang. Ketika Yesus hendak mengikuti Jairus, yang anak gadisnya sedang sakit keras, datang berita bahwa gadis itu sudah mati. Beberapa orang berkata kepada Jairus, “jangan lagi engkau menyusah-nyusahkan Guru!” (Lukas 8:49). Menurut mereka masalah tersebut tidak bisa diatasi. Ketika seorang perempuan penganut budaya yang lain mencari Yesus untuk menyembuhkan anak perempuannya yang sakit, murid-muridnya berkata, “Suruhlah ia pergi, ia mengikuti kita dengan berteriak-teriak.” (Matius15:23). Mungkin karena mereka menganggap bahwa Yesus dikirim hanya untuk satu bangsa dalam satu negara, mereka menganggap perempuan itu mengganggu dan tidak layak mendapatkan waktu Sang Guru. Sepertinya hanya Yesuslah yang melihat dalam kasus-kasus tersebut potensi penyembuhan.

Yesus melihat selaan-selaan ini sebagai kesempatan untuk mengajar dan menyembuhkan. Dan dalam setiap peristiwa yang disebutkan di atas, penyembuhan terjadi ketika Yesus melihat melampaui bukti yang disuguhkan penanggapan jasmaniah kepada pandangan yang lebih diilhami yang diperolehnya dari penanggapan rohaniahnya. Yesus melihat kebutuhan yang sebenarnya dari masing-masing orang itu dan memenuhinya dari sudut pandang rohaniah yang berasal dari ilham dan pengertian. Bartimeus memperoleh penglihatan, putri Jairus dibangkitkan dari maut di atas tempat tidurnya; dan anak gadis perempuan Kanaan itu disembuhkan.

Bagaimanakah kita menanggapi ketika dihadapkan pada gambar yang tidak menyenangkan mengenai penderitaan fisik? Apakah kita merasa kesal? Apakah kita berpaling darinya? Apakah kita ingin orang-orang yang sedang bergulat dengan masalah untuk pergi dan membiarkan kita sendiri? Atau, apakah kita melihat kebutuhan yang sebenarnya dari orang itu, yang berseru untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik daripada yang dialaminya? Apakah kita bersedia membiarkan Kristus, pesan Allah kepada kita bahwa setiap orang di antara kita bersifat rohaniah dan sempurna, memenuhi pikiran kita dengan pengertian rohaniah yang menghasilkan kesembuhan?

Mary Baker Eddy, seorang pengikut Yesus Kristus yang setia, mengumandangkan ajaran Yesus tentang kewaspadaan dan memerintahkan murid-muridnya agar jeli dan berjaga, untuk melihat kebutuhan orang-orang di sekitar kita, dan menanggapinya sesuai bimbingan Allah. Berikut ini salah satu pernyataannya di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci yang menunjukkan ruang lingkup kebutuhan umat manusia dan menuntut agar kita menyadarinya dan bersedia memberi bantuan kepada mereka yang sedang bergumul menghadapi masalah: “Berjuta-juta budi yang tidak berprasangka — pencahari yang sederhana akan Kebenaran, kelana yang lelah, yang dahaga di padang gurun — sedang menantikan dan mengharapkan istirahat dan minum. Berilah mereka secangkir air sejuk atas nama Kristus, dan sekali-kali janganlah takut akan akibatnya” (hlm. 570).

Mungkinkah saat kita dihadapkan kepada penderitaan (apakah itu orang yang berkeluh kesah mengenai penyakitnya, orang-orang yang kita lihat sedang bergumul dengan keterbatasan saat kita menjalani hari-hari kita, atau tetangga atau teman-teman yang sedang menghadapi tantangan atas kesehatan serta kesejahteraan mereka), saat itu adalah kesempatan untuk menggapainya dengan pikiran yang menyembuhkan, memberikan secangkir air sejuk atas nama Kristus? Adalah mudah untuk mengenali keperluannya saat seseorang secara langsung minta bantuan, minta didoakan, atau minta bantuan doa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen yang khusus kepada kita. Tetapi apakah kita jeli mengenali saat-saat ketika bantuan kita diperlukan tetapi tidak begitu jelas? Seringkali ada godaan untuk berpaling, dan membenarkan tindakan itu dengan beberapa alasan yang digunakan orang banyak dan murid-murid Yesus: “Saya tidak mau dipusingkan dengan hal itu. Itu bukan urusan saya. Biar orang lain saja yang menanganinya.” Tetapi dengan waspada dan berjaga, mendengarkan bimbingan Roh, kita dapat memberikan pelayanan kepada Allah, dan membiarkan Budi ilahi yang esa dengan bijaksana membimbing kita untuk memberikan tanggapan yang menyembuhkan.   

Sebagai contoh, ketika pergi ke bandara naik bis shuttle dari hotel beberapa tahun yang lalu, saya benar-benar merasa perlu untuk diam dan berdoa. Saya terdorong untuk berdoa bahwa semua orang mudah menerima kebenaran yang diajarkan Yesus Kristus, dan Ilmupengetahuan tentang ajaran-ajaran Yesus seperti yang diwahyukan kepada Mary Baker Eddy. Ketika berdoa, saya merasa terganggu oleh desahan si pengemudi (saat itu tidak ada penumpang lain). Saya hanya ingin ia diam agar saya dapat melanjutkan berdoa! Saya benar-benar menginginkan pengemudi lain. Tetapi desahan itu berlanjut, jadi akhirnya saya bertanya apakah ia baik-baik saja. Ia menceritakan panjang lebar bahwa sebelumnya ia adalah pemain golf profesional yang telah mengalami cedera punggung dan harus meninggalkan pekerjaannya itu. Ia selalu merasa kesakitan, karena menderita cedera punggung yang tidak bisa disembuhkan secara medis. Ia berkata bahwa ia menjadi peminum, mencari kebebasan dari rasa sakit dengan minum alkohol. Meskipun demikian sekarang sudah beberapa tahun ia tidak minum, tetapi rasa sakit itu terus mendera. 

Sedang ia bercerita, dalam hati saya memohon kepada Allah untuk suatu ilham yang dapat saya bagikan kepada si pengemudi, dan bertanya-tanya bagaimana saya dapat membantunya. Saya ingat bertanya kepadanya apakah ia berdoa. Jawabannya membimbing saya untuk menyebutkan bab tentang doa di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan karangan Ny. Eddy, dan selama sisa perjalanan itu kami berdiskusi secara mendalam. Perjalanan ke bandara itu cukup jauh, dan ia terus mengajukan pertanyaan tentang Ilmupengetahuan yang praktis dan menyembuhkan ini.

Ketika sampai di bandara, ia memberitahu saya bahwa punggungnya tidak lagi terasa sakit. Saya memberinya buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan. Ia mengatakan bahwa ia begitu gembira tidak merasa sakit lagi dan sebelum ia menjalankan tugas mengemudi berikutnya, ia akan berhenti di pinggir jalan dan membaca sebentar, khususnya bab mengenai doa yang telah kami bahas. (Ini sebelum terjadi peristiwa 11 September, dan ia masih diperbolehkan berhenti di pinggir jalan dan membaca.) Saya melihat ia menepi seperti dikatakannya, dan dengan sukacita saya mengakui bahwa Allah akan terus mengajarinya dan memenuhi keperluannya. 

Adalah mudah untuk masuk perangkap pemikiran bahwa menyembuhkan orang lain, atau memberikan “secangkir air sejuk atas nama Kristus,” merupakan beban yang kita rasa lebih baik tidak kita pikul. Tetapi dalam semangat Aturan Kencana, berbuat kepada orang lain seperti yang kita ingin mereka perbuat kepada kita, bukankah kita mendapat keuntungan dengan membiarkan Allah bekerja melalui kita untuk menyinarkan terang Kasih yang menyembuhkan pada mereka yang memerlukan bantuan? Allah selalu siap, selalu ada untuk membimbing doa kita. Dan meskipun kita mungkin tidak dengan serta merta selalu tahu hasil doa kita, kita dapat yakin bahwa Firman Tuhan terpancar dan mencapai tujuanNya—dan itu  selalu merupakan sesuatu yang baik! Kasih ilahi mendorong keinginan kita untuk membantu dan memberkati umat manusia, dan Kasih yang memberi kita keinginan ini akan memenuhinya, seringkali dengan cara yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya. Marilah kita berjaga untuk melihat kesempatan melayani Allah dengan siap untuk berdoa bagi orang yang memerlukan. Allah akan dengan bijaksana membimbing kita kepada cara yang benar untuk membantu: secara aktif berbagi, memberikan doa penyembuhan, secara tidak bersuara menyangkal kesaksian yang ada di hadapan kita. Apa pun jawabannya, kebijaksanaan ilahi akan secara sempurna menyesuaikannya dengan situasi yang kita hadapi. Ada “berjuta-juta budi yang tidak berprasangka — pencahari yang sederhana akan Kebenaran,” dan beberapa di antaranya datang di kehidupan anda setiap hari. Hal itu tidak pernah merupakan beban, melainkan kesempatan untuk memberkati dan diberkati.

Sarah Hyatt

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.