Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Sesudah liburan kuliah musim semi, kelompok kami ...

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 18 Februari 2016

Aslinya diterbitkan di edisi Januari 1990 majalah The Christian Science Journal


Sesudah liburan kuliah musim semi, kelompok kami kembali dengan mobil ke kampus larut malam. Di puncak sebuah bukit, seseorang yang mabuk mengendarai mobilnya dengan kecepatan delapan puluh mil per jam di sisi yang salah di jalan raya dan menabrak mobil kami. Ia menabrak  mobil kami dekat tempat duduk belakang di mana saya sedang tertidur. Satu-satunya yang saya ingat adalah berada di suatu tempat yang kemudian saya ketahui adalah sebuah ambulans, dan mengulang dengan keras kata-kata, “Allah adalah Kasih.” 

Ibu saya ditelepon pejabat universitas dan keesokan harinya terbang untuk menemani saya. Ia disambut oleh beberapa staf rumah sakit dengan prediksi yang memprihatinkan bahwa ajal saya sudah dekat dan, antara lain saya memerlukan transfusi darah dengan segera karena pendarahan yang parah di bagian dalam. Ibu saya, seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen, selalu mengandalkan doa untuk memperoleh kesembuhan. Ibu bertanya apakah para dokter dapat menjamin bahwa saya dapat bertahan hidup. Dokter saya menjawab bahwa ia tidak bisa. Menjadi jelas bagi ibu, bahwa jawaban untuk masalah itu, seperti biasa, adalah bergantung kepada Allah—Penyembuh yang sesungguhnya. Ibu berkata kepada staf medik bahwa kami akan bergantung kepada Allah. Ayah, yang bukan pelajar Ilmupengetahuan Kristen, sepenuhnya mendukung pergantungan kami kepada doa. 

Seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen telah ditelepon untuk mendoakan saya segera setelah keluarga saya diberitahu tentang kecelakaan itu. Penyembuh itu berdoa bersama keluarga saya. 

Gambaran mengenai keadaan saya cukup memprihatinkan. Antara lain saya mengalami tulang punggung patah, beberapa tulang rusuk patah, tulang rahang patah, limpa pecah, kemungkinan buta di sebelah mata karena pecahan kaca di retina, kedua pergelangan kaki remuk, lecet-lecet yang parah di seluruh tubuh, memar-memar, dan wajah yang terkoyak dengan parah dengan kaca yang tertanam di dalamnya. 

Sebelum kedatangan ibu, di ruang gawat darurat rumah sakit, seorang dokter telah menjahit sebisa mungkin bagian dari wajah saya. Tetapi karena keadaan wajah saya, dia tidak bisa melakukan lebih banyak lagi, dan hanya membebatnya. Saya tidak sadar dan tidak bisa dibangunkan.

Peristiwa ini terjadi beberapa hari sebelum Paskah, dan pokok Pelajaran Alkitab yang dimuat dalam Buku Triwulanan Ilmupengetahuan Kristen untuk minggu itu adalah “Sejatikah Dosa, Penyakit, dan Maut?” Di saat-saat saya sadar, saya ingat ibu berada di samping saya, dan saya ingat beliau mengucapkan sebagian dari keterangan tentang manusia seperti yang terdapat di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy: "Manusia bukanlah zat; ia tidak tersusun dari otak, darah, tulang, dan anasir kebendaan yang lain."

Pada hari Minggu Paskah, beberapa hari sesudah kecelakaan itu, kelihatannya kecil sekali kemungkinan bahwa saya dapat bertahan hidup. Samar-samar saya ingat ibu berbicara kepada saya dengan lembut dan kemudian meninggalkan kamar itu. Ia pergi berjalan-jalan untuk meneruskan berdoa. Ia tahu bahwa Allah adalah Hidup manusia dan bahwa Hidup tidak berawal dan tidak berakhir. Dengan kuat ia menyangkal kesaksian kebendaan dan menggantinya dengan fakta rohaniah mengenai kasih Allah kepada anakNya.  

Saya ingat merasa akan mati; lalu tiba-tiba saya sadar, dan saya mulai berpikir secara aktif, “Allah adalah Hidup saya. Allah adalah Hidup. Allah itu Semua. Allah bersama saya.” Pikiran saya serasa dipenuhi cahaya, serasa mengalami suatu pencerahan yang mulia. Itu betul-betul suatu “kebangkitan” pikiran yang datang dengan serta merta. Saya tahu dengan pasti dan mutlak pada saat itu, bahwa Allah adalah semua, adalah Kasih, adalah Hidup, dan bahwa saya tidak akan mati. Perasaan bahwa kasih Allah maha-kuasa memenuhi kesadaran saya, dan saat itu juga saya tahu bahwa saya telah sembuh dan akan hidup. 

Tidak lama kemudian ibu saya kembali dan melihat perubahan pada diri saya. Di kemudian hari, saya mengetahui bahwa ibu telah berdoa dengan kebenaran yang sama yang datang kepada saya—bahwa “Allah adalah Hidup; Allah itu Semua; dan Allah bersama anakNya.” Kami bersukacita bersama. Saya hidup, terbangun, dan sadar. Rasa syukur menyelimuti kami berdua, dan kamar itu dipenuhi dengan kasih. (Dan hari-hari berikutnya surat-surat berisi dukungan serta doa dari teman-teman kuliah merupakan sumber sukacita yang lain bagi saya.) 

Dokter datang keesokan harinya dan berkata bahwa ia memutuskan untuk membuka balutan di wajah saya. Dari sudut pandang jasmaniah hal itu tidak masuk akal, dan wakilnya mempertanyakan keputusannya; tetapi dokter itu mengatakan bahwa ia merasa tergerak untuk membuka balutannya. Komentarnya saat membuka balutan adalah, “Suatu keajaiban telah terjadi di sini!” Dokter itu tidak bisa mempercayai perubahan yang terjadi; wajah saya telah sembuh.  

Pendarahan yang deras di bagian dalam berhenti, tulang-tulang yang patah sembuh, dan terjadi pemulihan di seluruh tubuh sebagai akibat dari kebangkitan pikiran yang dihasilkan doa. Dalam empatbelas hari sesudah kecelakaan itu, saya kembali ke sekolah dan mengikuti kuliah, sembuh sama sekali dan belajar dengan jadwal penuh.

Banyak detil kesembuhan ini yang menjadikannya lebih berharga dan indah daripada yang dapat disampaikan dengan penjelasan yang singkat ini. Saya akan selalu bersyukur untuk pergantungan mutlak ibu saya kepada Allah dan kekuatan rohaniah yang ditunjukkannya dengan mengambil keputusan yang radikal untuk mempergantungi doa saja guna memperoleh kesembuhan. Saya juga berterima kasih untuk iman serta dukungan ayah saya  pada keputusan itu. Dan kesediaan penyembuh serta dukungannya yang penuh kasih akan selalu saya ingat. Bahwa Ilmupengetahuan Kristen menyembuhkan, adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri.  

Sharon A. Perlis
New Orleans, Louisiana, AS

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.