Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Editorial

Sumber kesehatan yang penuh kasih

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 20 Januari 2016

Aslinya diterbitkan di edisi 16 November 2015 majalah Christian Science Sentinel


Terkadang mungkin kita merasa bertanggungjawab secara pribadi atas masalah-masalah kita. Atau bertanggungjawab secara pribadi untuk menyelesaikan  masalah-masalah kita. Jika kita, untuk alasan apapun, merasa bersalah atau secara keliru merasa bertanggungjawab saat kita berusaha mengatasi masalah kita, maka doa kita mungkin terasa berat.

Suatu kali saya bergulat mengatasi rasa sakit yang membuat saya kesulitan saat berjalan. Saya khawatir, bahwa karena kurang bijaksana, saya telah secara tidak sengaja menyebabkan kesulitan tersebut, dan ketakutan bahwa saya bertanggungjawab akan hal itu menyulitkan saya saat berdoa untuk melihat ketidaksejatiannya dan mendapatkan kesembuhan.

Melalui doa orang lain yang saya mintai tolong, saya terbebas dari rasa tanggungjawab yang palsu. Saya dapat memahami dengan lebih baik, bahwa saya bukanlah seoang manusia fana yang menderita karena telah melakukan kesalahan, melainkan adalah dan sudah selalu merupakan cerminan atau keserupaan Allah yg terkasih. Bahkan saat itu juga saya diperintahi kebijaksanaan serta kebaikan Allah, dan oleh karenanya saya selaras dan bebas dalam segala hal. Kilasan yang baru ini, bahwa keakuan saya bersifat rohaniah dan dipelihara oleh Allah, menjadikan saya mampu untuk melanjutkan berdoa sendiri dengan pengharapan yang lebih besar. Segera sesudah itu saya mengalami kesembuhan yang tuntas.

Pelajaran yang saya tarik dari pengalaman tersebut adalah, janganlah kita membiarkan rasa bersalah atau tanggungjawab yang palsu membatasi kasih Allah kepada kita. Apapun alasan penderitaan kita, kita selalu dapat berpaling dengan penuh pengharapan kepada Allah guna memperoleh kesembuhan dan percaya bahwa kebenaranNya, bila dipahami, akan  menyembuhkan kita.

Allah bukanlah sosok yang akan marah jika kita membuat kesalahan, atau menahan kasihNya saat kita sangat memerlukan. Allah adalah Asas ilahi yang tidak berubah-ubah, Kasih. Kasih ilahi mengetahui dan memelihara kebaikan rohaniah serta keselarasan kita sebagai pernyataan rohaniah Kasih. Saat kita berpaling kepada kebenaran dalam doa, kita merasakan kebenaran tentang wujud kita ini menghapuskan ketakutan mengenai kesulitan yang mungkin kita datangkan kepada diri sendiri. Doa di mana kita menaruh kepercayaan kita kepada Allah mengisi pikiran kita dengan pengetahuan bahwa kita aman dan selaras di dalam Allah. Karena Allah memerintahi diri kita, maka tidak ada sebab lain yang memerintah. Kita adalah ide Allah. Kita adalah milik Allah. Budi ilahi yang satu memerintahi gambar, atau penyataanNya, manusia.

Pemazmur berpaling kepada Allah dengan mengharapkan kesembuhan. Ia menyatakan dengan pemikiran yang dalam: “Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku, dan mengapa engkau gelisah di dalam diriku? Berharaplah kepada Allah! Sebab aku bersyukur lagi kepada-Nya, penolongku dan Allahku!” (Mazmur 42:12). Pandangan kebendaan Pemazmur mengenai berbagai hal—merasa “tertekan” dan “gelisah”—dibalikkan  melalui pemahaman rohaniahnya yang diperbaharui, yang memungkinkannya melihat kasih Allah dan memberinya harapan kepada Allah sebagai sumber  kesehatannya.

Kemampuan berpaling kepada Allah dengan penuh pengharapan juga tetap ada saat kita melakukan dosa yang besar. Dalam Mazmur yang dianggap ditulis oleh Daud sesudah ia ditegur karena melakukan dosa yang sangat besar, kita baca bagaimana Daud berdoa: “Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela!” (Mazmur 51:10–12). Doanya penuh kerendahan hati, jujur, dan ia menyadari bahwa ia perlu sekali memperbaiki diri. Tetapi ia tetap berpaling kepada Allah dengan penuh pengharapan untuk mendapatkan pengampunan dan kesembuhan.

Inilah misi Yesus Kristus, untuk menunjukkan kepada kita kuasa Allah untuk menyelamatkan serta menyembuhkan tanpa syarat, untuk menunjukkan bahwa kita tidak bisa keluar dari pemerintahan Allah serta kemampuan Allah untuk menyembuhkan kita. Misi Yesus adalah misi yang penuh kasih, bukan penghakiman. Ia menegur dosa, dan menebus orang yang berdosa. Ia menunjukkan, bahwa apapun pergulatan kita, kita dapat berpaling kepada kesejatian akan kesempurnaan kita di dalam Allah dan menemukan kasihNya yang tidak berubah-ubah tersedia untuk memperbaharui dan memulihkan.

Jika kita mengira, bahwa karena satu dan lain hal, kita telah menutup pintu kesembuhan bagi diri kita sendiri, sangatlah membesarkan hati untuk mengingat dengan jelas kebenaran dalam pernyataan Ny. Eddy yang menemukan dan mendirikan Ilmupengetahuan Kristen: “Kesehatan bukanlah suatu keadaan zat, melainkan suatu keadaan Budi; demikian juga pancaindera kebendaan tidak dapat memberi kesaksian yang dapat dipercayai tentang kesehatan.  Ilmupengetahuan tentang penyembuhan dengan Budi menunjukkan, bahwa tidaklah mungkin bagi sesuatu pun lain daripada Budi untuk memberi kesaksian yang benar tentang atau memperlihatkan keadaan sejati manusia. Karena itu Asas ilahi Ilmupengetahuan, dengan membalikkan kesaksian pancaindera jasmaniah, menyatakan bahwa manusia hidup selaras dalam Kebenaran, dan inilah satu-satunya dasar kesehatan; dan demikianlah Ilmupengetahuan menyangkal semua penyakit, menyembuhkan orang sakit, menjatuhkan kesaksian palsu, dan membantah logika yang materialistis” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 120).

Itulah yang begitu membesarkan hati selama proses kesembuhan saya—kesadaran bahwa hanya Budi sajalah yang dapat memberi kesaksian mengenai apa yang sejati mengenai diri saya. Saya merasa sangat dikasihi mengetahui bahwa Allah memelihara kedudukan saya sebagai pernyataanNya yang selaras, dan bahwa tidak ada sebab atau kuasa yang lain yang dapat membuangkan apa yang diketahui Kasih ilahi mengenai diri saya. Karena saya merasakan kebenaran mengenai hal ini, maka kesesatan pikiran yang telah menyatakan diri sebagai rasa sakit dan ketidakmampuan sirna.

Jika kita berbuat salah, baik disengaja atau tidak, atau telah berpikir dan melakukan hal yang tidak menyatakan kasih, tidak jujur, atau tidak bermoral, maka ya—semua itu harus diperbaiki, agar pengaruhnya yang merugikan pada pikiran serta pengalaman kita dapat dihindarkan. Tetapi janganlah kita berpikir bahwa kita tidak layak untuk disembuhkan. Melalui doa yang tulus dan rendah hati, kita dikaruniai Kasih ilahi pemahaman bahwa kita sudah “hidup selaras dalam Kebenaran,” oleh karena itu sama sekali murni dan baik. Dan tidak ada penalaran kebendaan yang dapat merubah fakta abadi ini atau mencegah kita untuk disembuhkan.

Bahkan sekarang Allah bersukacita atas diri kita sebagai gambarNya yang terkasih, bukti akan kebaikanNya sendiri. Dan Allah akan terus demikian selamanya. Bahkan menangkap sekilas saja kebenaran ini membuat kita mampu merasakan kasih Sang Bapa dan mengalami kesembuhan yang merupakan bukti dari kasih itu.

David C. Kennedy

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.