Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Melewati masa-masa penuh kekacauan dengan doa

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Agustus 2022


Selama beberapa tahun terakhir, orang di berbagai negeri telah hidup dalam suasana penuh kekacauan. Ini tidak hanya disebabkan oleh krisis COVID tetapi juga karena konflik antar pemerintah dan kelompok minoritas yang merasa dipinggirkan dan ingin mendapatkan kemerdekaan mereka.

Banyak hal yang harus diatasi, seperti ketakutan, kekurangan, pembatasan bergerak, dan pertikaian yang tidak henti-hentinya. Sebagai pelajar Ilmupengetahuan Kristen yang telah mengalami keadaan seperti itu, saya telah berdoa untuk mengetahui bahwa Allah, Asas ilahi, adalah satu-satunya yang memerintah, dan karena itu, meskipun keadaan seakan menunjukkan hal yang berbeda, setiap orang memiliki apa yang diperlukannya. Tidak ada kekurangan akan sumber daya yang diperlukan: tidak ada tangisan di jalan-jalan kita; dan tidak seorang pun dapat menderita. Tidak peduli apa yang seakan sedang terjadi, kita dapat mengalami pemerintahan Allah dalam ketertiban, damai, dan kelimpahan

Pada suatu hari, pejuang separatis di negeri saya memerintahkan setiap orang untuk tinggal di rumah selama 14 hari karena mereka berencana melakukan pemogokan, dan mengatakan agar kami membeli cukup bahan makanan untuk bertahan selama pemogokan itu. Orang bertanya-tanya dari mana mereka mendapatkan uang untuk membeli makanan sebanyak itu sekaligus dan dari mana bisa diperoleh makanan untuk bertahan selama itu. Saya berdoa dengan ayat dari Alkitab ini: “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan” (1 Yohanes 4:18). Saya percaya bahwa Allah, Kasih ilahi, akan menyediakan kebutuhan kami semua.

Saya berangkat ke pasar dengan salah seorang relasi yang dapat membantu saya setiap saya memerlukan bantuannya. Saya perlu ikan, tetapi uang yang saya miliki tidak bisa untuk membeli ikan sebanyak yang diperlukan selama itu. Saya hanya membeli semampu saya dan memasukkannya ke dalam dua tas yang kami bawa. Saya minta relasi saya untuk memasukkan tas yang satu ke dalam tas lainnya sehingga pulangnya kami hanya menjinjing satu tas. Kemudian saya meninggalkannya di toko untuk mengerjakan hal itu dan pergi mencari sepeda motor untuk mengantarnya pulang, sementara saya masih di pasar untuk melakukan beberapa hal lagi.

Ketika relasi saya sampai di rumah, dia menelpon menanyakan apa yang harus dilakukannya dengan ikan sebanyak itu. Saya mengatakan bahwa saya tidak mengerti maksudnya. Dan ketika saya pulang, saya melihat satu tas penuh dengan ikan dan buah-buahan yang tidak saya beli. Saya heran. Saya menelpon pemilik toko untuk menanyakan apakah ada orang yang menelpon dan mengatakan bahwa dia kehilangan satu tas berisi ikan. Pemilik toko menjawab tidak ada. Saya minta kepadanya agar menelpon saya, jika dia tahu ada orang yang kehilangan satu tas, tetapi dia tidak pernah menelpon lagi.

Saya mengasapi ikan-ikan tersebut dan mengeringkannya di bawah sinar matahari sampai kering dengan baik. Saya memberitahu para tetangga tentang berkat ini dan mengundang mereka untuk mengambil ikan jika mereka memerlukan. Ikan itu ada dalam jumlah banyak. Pada minggu kedua pemogokan, tetangga-tetangga saya kehabisan ikan, jadi mereka masing-masing datang mengambil ikan dari tempat saya saat memerlukannya.  Setiap orang yang datang, mendapatkan cukup untuk dimakan. Sungguh suplai yang melimpah! Ikan itu memenuhi keperluan banyak orang selama waktu itu, dan kami semua bersyukur kepada Allah. 

Saya percaya bahwa Allah, Kasih ilahi, akan memenuhi keperluan kami semua. 

Saya melakukan banyak perjalanan, dan di berbagai tempat hal itu sangat sulit. Pos pemeriksaan ada di mana-mana, di jalan dan di jalan raya. Setiap kali saya mendekati pos pemeriksaan, saya berpegang pada pikiran bahwa identitas manusia—identitas setiap orang—bersifat rohaniah. Saya melihat hanya gambar Allah, lembut, penuh kasih, dan baik, pada orang yang memeriksa kartu identitas para penumpang.  Buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan menjelaskan, “Manusia bersifat rohaniah dan sempurna; dan karena ia rohaniah dan sempurna, ia harus dipahami demikian dalam Ilmupengetahuan Kristen” (Mary Baker Eddy, hlm. 475). Sebagai akibat dari melihat sifat rohaniah semua orang, secara konsisten saya menerima perlakuan yang lembut dan penuh kasih. 

Pada suatu ketika, terjadi konflik antara tentara dan para pejuang kemerdekaan di wilayah kami. Sore itu saya pergi ke kota. Dan ketika tembak-menembak meningkat orang tidak boleh bepergian. Setelah jalan dibuka lagi, saya naik taksi, yang penuh penumpang, karena setiap orang ingin pulang. Kami sampai di perempatan di mana tentara melakukan pembalasan dendam kepada penduduk. Mobil dan taksi dihentikan, dan pengemudinya disuruh keluar. Beberapa pengemudi dan penumpang disuruh berbaring dan dipukuli. 

Dengan segera saya berdoa dengan pernyataan ini: “Allah adalah Kasih. Dapatkah kita memohonNya lebih daripada itu?” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 2). Saya merasakan kehadiran Kasih ilahi dan melihat setiap orang sebagai cerminan Kasih, putra dan putri Allah yang sangat dikasihi-Nya. Kedamaian pun mulai memerintah.

Taksi kami tidak dihentikan. Kami diperbolehkan meneruskan perjalanan. Pengemudi taksi kami heran. Dia mengatakan akan pulang dan merayakan bagaimana Allah telah menyelamatkannya. Para penumpang bersukacita bahwa hanya Allah-lah yang bisa memberi kami perlindungan yang begitu menakjubkan. Mobil-mobil dan taksi-taksi lain mengikuti kami tidak lama kemudian tanpa dihentikan. Tentara yang memukuli penduduk pergi. Semua kendaraan dan penumpangnya bebas, dan arus lalu lintas menjadi normal kembali. Ini adalah informasi yang saya peroleh beberapa menit setelah kami meninggalkan tempat itu. 

Saya dapat menceritakan lebih banyak lagi contoh akan kuasa Allah. Banyaknya pengalaman-pengalaman yang disampaikan para pelajar Ilmupengetahuan Kristen pada pertemuan kesaksian yang diadakan setiap minggu tentang masa-masa yang sulit tersebut menjadikan jelas, bahwa meskipun kelihatannya ada ketidakselarasan dan kekurangan, Allah tetap Semua-dalam-semua—satu-satunya kuasa. Dengan memahami Allah secara rohaniah, kita mengalami kedamaian di mana kelihatannya ada ketidakselarasan dan perang, kelimpahan di mana kelihatannya ada kekurangan, dan kebebasan di mana kelihatannya ada pembatasan. Pengertian dalam Ilmupengetahuan Kristen ini mendatangkan sukacita yang tidak dapat diuraikan dengan kata-kata.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.