Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Tidak ada kebuntuan dalam kehadiran Allah

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 22 Maret 2022

Aslinya diterbitkan di edisi September 2000 majalah The Christian Science Journal


Sejarah yang sesungguhnya dari setiap orang di antara kita adalah suatu kesejatian rohaniah yang diketahui Allah. 

Lalu lintas di jalan searah di Granada, Spanyol padat, saat kami berkendara menuju suatu distrik bersejarah di seberang kota. Tiba-tiba jalan itu buntu, dan kami hanya bisa belok ke kanan. Sesudah itu, tidak ada belokan baik di sisi kiri atau kanan jalan. Ketika kami mendekati wilayah zaman pertengahan itu, semua kendaraan bergerak di satu jalan yang mulai menyempit. Semua kendaraan harus mengurangi kecepatan. Jalan itu semakin menyempit. Kendaraan kami yang sangat baru, yang dengan baik hati dipinjamkan kepada kami oleh seorang teman, jauh lebih besar daripada mobil Eropa biasa. Tiba-tiba, kami tidak bisa maju lagi. Dari jendela kami melihat bahwa pintu mobil di sebelah kiri dan kanan menyentuh dinding batu rumah-rumah kuno itu.

 Kami tidak bisa keluar dari mobil dan tidak mungkin terus maju. Kami tidak ingin merusak mobil yang bahkan bukan milik kami! Mundur juga tidak mungkin, karena urutan panjang kendaraan di belakang kami dengan cepat bertambah, dan para pengemudinya, yang merasa kesal, mulai membunyikan klakson dan meneriaki kami. Kelihatannya kami menghadapi kebuntuan, dan telah menghadapi masalah yang berbahaya. Di manakah, saya bertanya kepada diri sendiri, kami berada? Dalam kehadiran Allah, saya bernalar. Di manakah kami beberapa menit yang lalu? Juga dalam kehadiran Allah. Dan sehari sebelumnya, setahun sebelumnya, setiap saat? Juga dalam kehadiran Allah. Kami tidak pernah berada di luar kehadiran-Nya, saya yakin. Karena itu, kami tidak, dan tidak pernah, berada dalam kesulitan. Mengetahui bahwa tidak ada preseden untuk suatu kesulitan adalah solusinya. Selalu ada solusi.

Beberapa menit berlalu. Di belakang kami terlihat barisan kendaraan sekitar dua ratus meter panjangnya dan terdengar orang-orang yang marah membunyikan klakson. Lalu seorang laki-laki muda melepaskan sepatunya, naik di atas mobil kami dari belakang, berada di depan kami, dan menawarkan untuk membantu. Dengan memberikan aba-aba yang sangat tepat kepada pengemudi kami, dia membimbing kami melewati lorong sempit itu. Dengan sangat pelan, mobil kami lewat tanpa goresan, seakan dinding-dinding itu surut. 

Ketika semua ini sedang berjalan, saya menyadari sesuatu yang lain, sesuatu yang sangat berkuasa. Itulah kesejatian Allah, yang memberikan keyakinan yang tenang dan penuh dalam perlindungan-Nya yang tidak bisa gagal. Allah selalu tahu di mana kita berada. Sejarah yang sesungguhnya dari setiap orang di antara kita bukanlah di dalam ceritera tentang riwayat insani. Itu adalah kesejatian rohaniah yang diketahui Allah, karena Dia adalah Asas dari setiap fakta rohaniah—dengan perkataan lain, dari semua yang sungguh-sungguh terjadi. Di dalam Dia tidak pernah ada kebuntuan atau bahaya, oleh karena itu kita tidak pernah, di dalam sejarah kita sebagai anak-anak Allah, berada di dalam kesulitan atau kebuntuan. Selalu ada jalan keluar dari kesulitan, dan kita melihat jalan itu ketika menyadari bahwa Allah mengetahui setiap anak-Nya. Apa yang diketahui-Nya adalah benar. Apa yang diketahui-Nya adalah baik. Apa pun yang tidak baik, Allah tidak mengetahuinya dan tidak memberi kewenangan untuk ada. Di dalam Alkitab rasul Paulus berkata, "Allah mengetahui semua karya-Nya, yang telah diketahui sejak semula” (Kisah 15:18, menurut Alkitab bahasa Inggris). Dan Dia mengetahui segalanya, karena Dia mahatahu.

Penalaran seperti ini, yang mendatangkan keheningan yang besar kepada kita, merupakan aspek yang penting dari doa yang ilmiah, dan mengeluarkan kita dari kebuntuan. Kita dapat berdoa, atau bernalar seperti itu, pada situasi yang lain juga. Doa ini membantu kita untuk melihat bahwa apa yang tidak diketahui Allah tidak benar-benar terjadi. Apa pun yang bertentangan dengan sifat Allah adalah kesesatan, bagian dari mimpi yang mengatakan bahwa hidup ada di dalam zat alih-alih dalam Roh. Mary Baker Eddy, yang menemukan Ilmupengetahuan Kristen, menyebut kesesatan ini suatu “ceritera mimpi,” ketika dia menulis di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci: "Riwayat kesesatan adalah suatu ceritera mimpi. Mimpi itu tidak mempunyai kesejatian, kecerdasan, ataupun budi; sebab itulah maka pemimpi dan mimpi adalah satu, karena tidak satu di antara keduanya itu benar atau sejati” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 530). Tetapi apa yang benar dan sejati telah selalu diketahui Allah, sejak semula, dari seluruh keabadian, di mana setiap orang dari anak-anak-Nya benar-benar ada dan telah selalu berada.

Kita tidak menuju ataupun menjauh dari kehadiran Allah, melainkan senantiasa berada di dalamnya.

Sang Guru kita, Yesus Kristus, menyadari kehidupan abadi ini dan menunjukkan kepada umat manusia bahwa itu adalah satu-satunya kehidupan yang sejati—bersifat rohaniah, langgeng. Dia bersabda, “Aku dan Bapa adalah satu” (Yohanes 10:30). Dia mengajarkan bahwa Allah adalah Bapa kita, Bapa setiap orang di antara kita, selain Bapanya juga. Tidak ada pemisahan, jarak di antara Allah dan anak-anak-Nya, di antara Allah dan setiap orang di antara kita. Cara yang dirohanikan untuk melihat kehidupan ini memberi kita kemungkinan memahami bahwa kita tidak sedang menuju atau menjauh dari kehadiran Allah. Melainkan senantiasa ada di dalamnya.

Di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan Ny. Eddy menjelaskan bahwa "Kristus adalah ide yang benar yang memaklumkan kebaikan, amanat ilahi dari Allah kepada manusia, yang berbicara kepada kesadaran insani” (hlm. 332). Kesadaran insani mendengar dan memahami pesan ini, yang menembus mimpi akan hidup dalam zat dan melihat kesejatian rohaniah, keindividuilan yang benar dari tiap-tiap laki-laki dan perempuan. Ketika kesejatian ini disadari, setiap gambar tentang bahaya dihapuskan. Maka mimpi itu berhenti menyiksa pikiran manusia, dan jalan keluar dari jenis kesulitan apa pun muncul. 

Doa yang ilmiah dan bersifat Kristiani ini mencapai akar dari keadaan yang mengganggu. Kalau kesulitannya adalah penyakit, doa ini menyangkal dan tidak mengakui sejarahnya, menyangkal preseden apa pun yang hendak menjelaskan sebab-sebabnya atau masa lalunya atau asalnya. Doa ini membangun kesadaran akan kesehatan dan kesejahteraan. Sebagai akibatnya, rasa sakit dan gejala-gejala lainnya menghilang. Bagi doa yang ilmiah, tidak ada yang tidak bisa disembuhkan. 

Jika kesulitannya disebabkan kebencian, doa yang ilmiah mencapai akar kemarahan dan kebencian, menyangkal keduanya, dan sepenuhnya menolak kesejatian apa pun tentang sejarah atau preseden apa pun yang hendak memberikan pembenaran kepada semua itu. Doa yang ilmiah menyatakan bahwa kasih Allah hadir di sana selamanya. Doa seperti ini menyebabkan rasa sakit hati surut. Doa itu membawa hukum Allah akan keadilan dan pengampunan kepada situasi tersebut. Maka, tidak ada kesalahan yang tidak dapat diampuni, tidak ada pelanggaran yang tidak dapat dimaafkan. 

Jika kesulitannya adalah kekurangan dan kelaparan, doa yang dicerahkan datang kepada yang disangkakan sebagai asal kekurangan dan kemiskinan, membuktikan bahwa apa yang seakan menyebabkan semua itu dan preseden apa pun yang hendak membuat semua itu terlihat normal bukanlah kesejatian yang rohaniah akan hal tersebut. Doa mengetahui sumber daya yang tidak berhingga dari Roh, Allah. Maka kemiskinan dan kelaparan bukanlah keadaan yang tidak bisa diatasi. 

Doa Kristiani yang ilmiah dan dicerahkan seperti itu menyanggupkan setiap orang di antara kita untuk berlindung di tempat yang tenang dalam pikiran di mana Kristus berbicara dan membungkam ketidakpastian serta ancaman keadaan insani. Apa pun kesulitannya, Kristus sudah menetapkan preseden untuk kemunculan kesejatian wujud yang sejati, yang menyebabkan semua penderitaan, penyakit, kebencian, dan setiap jenis kelaparan atau keperluan insani surut. Tidak pernah ada tempat di mana kehadiran Allah yang di mana-mana tidak menang. Hal itu selamanya melindungi kita semua, seperti yang dilakukannya di jalan yang sempit dan kuno di Grenada. Dalam kemahahadiran Allah yang tidak dapat dihindarkan, tidak ada kebuntuan.

Heloísa Gelber Rivas, Editor Rekanan

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.