Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Gejala-gejala kanker hilang

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 6 Februari 2018

Aslinya diterbitkan di edisi Januari 2018 majalah The Christian Science Journal


Beberapa tahun yang lalu saya mengalami kebangkitan rohaniah yang memberi saya pandangan yang lebih jelas tentang Kristus dan mendatangkan pembaharuan serta kesembuhan di perbagai hal dalam hidup saya.

Selama beberapa tahun sebelumnya, keluarga kami mengalami suatu masa yang penuh pertentangan tajam. Hampir setiap hari saya dihubungi untuk meredakan ketegangan di antara anggota keluarga. Berada di tengah konflik ini menimbulkan gejolak mental yang besar bagi saya.

Sekitar waktu itu, saya mulai mengalami gejala-gajala yang sangat tidak nyaman akan adanya sesuatu yang tidak beres di dalam tubuh saya. Saya ingat mendengar seorang teman menggambarkan gejala seperti itu saat berbicara tentang penyakit kanker, dan saya takut jangan-jangan saya mengalami masalah yang sama. Saya memutuskan untuk menelpon seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen guna mendapatkan bantuan doa secara metafisis.

Merasa bahwa ketidakselarasan pada tubuh saya ada kaitannya dengan ketidakselarasan dalam keluarga, saya berdoa untuk memahami bahwa hanya yang baik dan selaraslah yang sejati, dan bahwa Kasih ilahi adalah dasar yang sesungguhnya dari segala hidup serta kegiatan. Saya melihat bahwa keperluan yang sesungguhnya adalah bahwa masing-masing kerabat saya merasa dikasihi, dan setiap hari saya berusaha untuk menghargai identitas sejati mereka di dalam Kristus. Melihat mereka dalam naungan Kasih ilahi membuat saya tetap bersemangat dan memalingkan pikiran saya dari gambaran insani yang penuh kesulitan itu. Hal ini menimbulkan ilham untuk memaafkan. 

Dengan menegaskan bahwa Allah, bukan saya, yang mengurus semua orang, saya merasa dibimbing untuk tidak lagi menerima permintaan untuk menyelesaikan perselisihan keluarga. Saya tahu bahwa kita semua ada di tempat tinggal kita yang sesungguhnya—kerajaan surga, pemerintahan keselarasan—yang hanya didiami oleh ide-ide Kasih yang penuh pengertian dan kepedulian, bukan pribadi-pribadi fana yang saling bermusuhan. Saya berusaha, terkadang dengan bercucuran air mata, untuk melihat “…Allah dan manusia sebagai Asas yang tidak berhingga dan ide yang tidak berhingga — sebagai satu Bapa dengan keluargaNya yang universil, yang terikat dalam injil Kasih” (Mary Baker Eddy, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 577).

Ketika suatu pandangan yang lebih bersifat Kristus terbentuk di dalam pikiran saya, maka pendarahan serta kerontokan rambut pun berhenti. Saya sungguh bersyukur untuk tanda kemajuan ini! Saya terus berdoa untuk melihat dengan lebih jelas bahwa saya bukan perempuan fana dengan organ tubuh yang bersifat kebendaan dan berpenyakitan. Saya adalah cerminan murni Allah, yang tersusun dari sifat-sifat rohaniah laki-laki dan perempuan, seperti kecerdasan, kekuatan, kesabaran, kelemahlembutan, dan kasih sayang.

Pada suatu malam yang sulit, ketika saya didera rasa sakit dan tidak bisa tidur, suatu pernyataan dari buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan muncul di pikiran saya:  “Hidup ilahi sama sekali terpisah dari kepercayaan serta mimpi akan kehidupan kebendaan — dan Hidup ilahi menyatakan pengertian rohaniah dan kesadaran akan kuasa manusia atas seluruh bumi’” (hlm. 14).

Merenungkan kebenaran ini, saya sadar, bahwa keadaan fisik tersebut tidak pernah menyentuh identitas saya yang sebenarnya, yang selamanya sempurna di dalam Roh, Allah. Ketakutan saya reda, dan saya tahu bahwa saya akan hidup. Setiap kali saya merasa tidak nyaman, saya berpegang pada pernyataan itu, tahu bahwa apa pun yang seakan dinyatakan kesaksian kebendaan, saya sesungguhnya aman dan dikasihi di dalam penjagaan Allah.

Belajar mengasihi keindividuilan sejati saya yang bersifat rohaniah sebagai anak Allah adalah bagian yang penting dari penyembuhan itu, karena hal itu memungkinkan saya untuk menghargai sifat saya yang unik dan tidak lagi membandingkan diri saya dengan orang lain. Saya mulai melihat dengan lebih jelas diri saya, anggota keluarga saya, dan setiap orang sebagai pernyataan Kasih.

Sebagai seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen, saya tetap menerima permintaan pasien untuk didoakan secara metafisis. Berdoa untuk orang lain tanpa mementingkan diri sendiri membantu mematahkan fokus pada diri sendiri yang menghipnotis, dan seringkali ilham yang datang kepada saya tidak hanya memenuhi kebutuhan pasien, tetapi kebutuhan saya juga.

Meskipun kesembuhan saya datang dengan lambat, saya sama sekali tidak berpikir untuk mencari bantuan medis. Saya yakin Ilmupengetahuan Kristen akan menyembuhkan saya karena saya melihat ibu saya menjadi pelajar Ilmupengetahuan Kristen melalui kesembuhan dari tumor yang sudah didiagnosa secara medis.

Ketika ia sadar bahwa ia diciptakan dalam gambar dan keserupaan Allah, seperti diberitakan kepada kita dalam bab pertama kitab Kejadian, ia tahu bahwa kesembuhan itu telah terjadi di dalam pikirannya, meskipun penyakitnya masih terlihat. Ketakutannya hilang, dan dalam satu bulan tumor itu pun lenyap. Ketika ia kembali ke dokter, dokter itu tidak bisa menemukan bahkan suatu bekas luka di tubuhnya.

Saya terus dengan rajin mempelajari Ilmupengetahuan Kristen dan menjaga agar sikap saya terhadap keluarga serta kehidupan tetap berpijak pada dasar yang rohaniah. Dengan pertumbuhan rohaniah yang berlanjut, saya dapat lebih memaafkan, dan menyatakan kesabaran, kebaikan serta sukacita dengan lebih baik.

Dalam mendapatkan pemahaman yang lebih benar akan tubuh, saya menemukan suatu ayat dari Korintus Pertama yang sangat membantu: “tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?” (6:19). Ayat ini memberi saya keyakinan bahwa Roh Kudus adalah hukum Allah yang memelihara keutuhan serta keselarasan saya yang abadi. Seperti yang ditulis Ny. Eddy dalam buku Kesatuan Kebaikan, “Ilmupengetahuan tentang Allah dan manusia itulah Roh Kudus, yang menyatakan dan mempertahankan keselarasan Allah dan alam semesta, keselarasan yang tidak putus-putusnya dan abadi” (hlm. 52). 

Karena rasa kurang nyaman sudah berkurang dan mobilitas saya bertambah, pada suatu hari saya berjalan-jalan lebih jauh, di rukun tetangga sebelah. Tiba-tiba saya diserang rasa sakit yang sangat hebat sehingga saya tidak bisa bergerak. Itulah suatu kesempatan untuk mempraktekkan semua yang telah saya pelajari tentang tubuh yang sesungguhnya, sebagai bait Roh Kudus. Saya merasakan kekuatan Kristus bangkit di dalam diri saya, dan menjadikan saya mampu untuk menaati perintah ini dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan: “Berpeganglah sekuat-kuatnya pada fakta yang agung yang meliputi segala-galanya, bahwa Allah, Roh, adalah semua, dan bahwa tidak ada yang lain daripada Dia. Tidak ada penyakit.” (hlm. 421).

Saya diam berdiri sekitar 15 menit, berpegang erat pada keutuhan saya yang sempurna sebagai pernyataan Roh. Sangat jelas bagi saya bahwa penderitaan ini adalah suatu khayalan, bukan bagian dari wujud saya yang sejati. Kemudian rasa sakitnya reda, dan saya dapat bergerak secara normal.

Kesan yang jelas tentang kesempurnaan saya ini tetap tinggal bersama saya, dan mulai saat itu saya bisa melihat bahwa gejala-gejala penyakit adalah kebohongan yang dapat dibuang. Saya melihat bahwa penyembuhan bukanlah merubah atau memperbaiki tubuh; hal itu adalah perubahan pikiran.

Kesembuhan yang tuntas datang tidak lama sesudah itu. Ini semua terjadi sekitar sepuluh tahun yang lalu, dan sejak itu tidak ada bekas-bekas dari masalah itu pada diri saya. Ketidakselarasan dalam keluarga saya juga terselesaikan. Saya terus bersuka cita di dalam kesadaran bahwa hanya Kristus yang memberi saya dan orang lain keindividuilan yang sesungguhnya, dan bahwa dalam Kebenaran ilahi tidak dapat ada konflik di mana pun, baik sebagai tubuh yang sakit atau perhubungan yang tidak selaras.

 

Sondra Nielsen Elkin
Loveland, Ohio, AS

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.