Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Shelly Richardson mewawancarai Stephanie Simon dan Maria Camaliche-Simon

Pandangan-pandangan tentang kewanitaan: kekuatan serta ketabahan

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 13 Juni 2018

Aslinya diterbitkan di edisi 5 Maret 2018 majalah Christian Science Sentinel


Penulis untuk majalah Sentinel Shelly Richardson mewawancarai pelajar Ilmupengetahuan Kristen Stephanie Simon dan ibunya Maria Camaliche-Simon tentang kewanitaan dan doa saat memasuki profesi yang didominasi pria. Stephanie adalah anggota Akademi Angkatan Laut Amerika Serikat yang baru saja lulus dan Letnan Dua di Korps Marinir Amerika Serikat.


Pelajaran rohaniah apa tentang kewanitaan yang telah anda peroleh di bidang pekerjaan anda

Stephanie Simon: Bagi saya, menjadi seorang wanita bukanlah mengenai bersikap feminin, memakai baju pink, atau bersifat emosional. Bukan itu semua. Dari sudut pandang rohaniah, menjadi seorang wanita adalah mengenai menjadi kuat—mengisi ruangan dengan kehangatan tanpa bersifat agresif; mencerminkan kasih keibuan Allah yang menghibur sesama sehingga mereka merasa dikasihi dan merasa bisa menjadi diri sendiri.

Jika saya mengalami masalah dalam pekerjaan saya, saya akan selalu menelpon ibu. Ketika saya mengikuti olah raga gulat di SMP dan SMU, saya akan menengok ke arah ibu—dan tahu bahwa ibu berdoa. Saya dapat melihatnya dan merasakannya. Beliau berdoa di sana dan mengetahui bahwa saya selalu berada dalam kerajaan surga—baik saat saya sedang bergulat atau saat apa pun. Tidak peduli apa yang saya lakukan, saya selalu berada dalam kerajaan surga. Allah ada di mana-mana.

Meskipun ibu hanya kurang dari satu setengah meter tingginya, saat beliau berdoa, doanya sungguh mujarab!

Bagaimana anda mempersiapkan diri secara mental dan dengan doa untuk masuk Akademi Angkatan Laut Amerika Serikat?

Stephanie Simon: Untuk benar-benar mempersiapkan diri, saya harus sungguh-sungguh bersikap rendah hati. Saya sadar bahwa keadaan kita tidaklah selalu sempurna sehingga semuanya mudah dan menyenangkan. 

Dua minggu sebelum sekolah dimulai, saya berlari di luar. Di suatu perempatan di mana ada rambu agar kendaraan berhenti, sebuah mobil terus melaju dan menabrak saya. 

Semula saya mengira semua sudah berakhir. Seorang polisi yang berada di dekat situ melihat kejadian tersebut. Mereka membawa saya ke rumah sakit, tetapi sejak saya sadar bahwa saya dapat menggerakkan jari-jari kaki saya, saya berdoa.

Sepanjang hidup, saya telah selalu mengandalkan doa. Saat itu saya berdoa secara sederhana dan berpegang kepada ajaran lima G, yaitu, God, good, guards, guides, governs (Allah, kebaikan, menjaga, membimbing, dan memerintahi). Saya pelajari hal itu di Sekolah Minggu Ilmupengetahuan Kristen. Tetapi ketika kecelakaan itu terjadi, saya lupa siapa yang membimbing saya. Saya lupa bahwa kita perlu mengakui perlindungan dan perisai rohaniah Allah setiap hari. Jadi saat itu, ketika saya berpaling kepada doa, serasa bagai dibangunkan. Sekarang saya tahu bahwa Allah selalu memerintahi saya.

Maria Camaliche-Simon: Ketika pertama kali saya menerima telpon bahwa Stephanie ditabrak mobil, maka bayangan-bayangan yang mengerikan berusaha membanjiri pikiran saya. “Akademi Angkatan Laut akan batal menerimanya” dan “Karirnya di bidang atletik sudah berakhir” adalah beberapa pikiran mengganggu yang datang kepada saya. Tetapi menyadari bahwa pikiran-pikiran itu semata-mata hanyalah saran mental yang jahat, alih-alih pikiran sejati yang bersumber dari Allah, saya berkata, “Tidak!” Kemudian saya bertanya kepada Allah, “Tapi apa yang Kau katakan, Bapa?” Saya bertekad untuk hanya menerima pikiran-pikiran yang benar, rohaniah, dan bersifat Kristus dari Allah yang maha-pengasih, maha-bijaksana, dan maha-kuasa. Semua ini hanya memakan waktu beberapa menit, tetapi saya tetap berdiam sampai pikiran saya benar-benar berlabuh pada Allah. 

Ketika tiba di rumah sakit, saya menghubungi seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen untuk mendapatkan dukungan doa, dan dalam hitungan menit, saya mendengar prognosa yang sangat baik dari dokter ruang gawat darurat. Satu jam kemudian putri saya keluar dari rumah sakit, setelah diberi surat keterangan sehat. 

Apa arti lima G bagimu?

Stephanie Simon: Allah tidak melakukan hal yang buruk kepada kita. Allah tidak menghukum kita. Allah itu baik. Allah membimbing kita di jalan yang benar. Mungkin kita tidak tahu perjalanan hidup kita, tetapi Allah tahu. Allah melindungi kita dari apa yang disebut budi fana—ketakutan dan perasaan negatif. Allah adalah Asas kita, Gunung Batu kita. Dialah yang berhak memerintahi moralitas dan etika kita. Anda dapat membiarkan media memerintahi anda. Anda dapat membiarkan orang tua anda memerintahi anda. Tetapi pada akhirnya anda harus membiarkan Allah memerintahi anda. Allah adalah sumber kebahagiaan kita yang utama.

Bagaimana anda mengatasi kesulitan-kesulitan akademik di Akademi anda?

Stephanie Simon: Sekolah merupakan saat yang membuat saya rendah hati. Saya sering menelpon ibu saya. Ia selalu mengatakan bahwa semua baik-baik saja. Ia mengingatkan saya akan semua talenta saya. Saya banyak merenungkan bagaimana Allah menjaga kita dari pikiran yang hendak menahan kita untuk maju.

Di sekolah, saya sangat gelisah saat menghadapi ujian. Selama tahun pertama saya mengalami masalah akademik. Pelajarannya sulit. Kami mempelajari kalkulus, fisika, dan tehnik. Saya selalu berpikir, “Saya tidak berbakat di bidang akademik.” Tetapi bagi Allah, bukan begitu keadaannya. Hanya ada satu Budi. Sebagai putri Allah, saya mencerminkan Budi yang sama. Allah tidak berbatas. Allah mengetahui semuanya. Pengetahuan itu tersedia. 

Penasihat di CSO (Christian Science Organization—Organisasi Ilmupengetahuan Kristen) mengatakan kepada saya bahwa jika kita mengakui keterbatasan, itu seperti berkata, “Allah, Engkau tidak memiliki kuasa untuk membantu saya.” Saya selalu harus berdoa untuk bagian akademik pelatihan saya. Saya terus-menerus mengingatkan diri sendiri bahwa “Allah ada di sini. Allah sudah selalu ada di sini. Allah akan melindungi saya. Saya tahu Allah memerintahi saya.” Kadang-kadang saya akan berkata: “Saya adalah seorang perwira. Perwira! Apakah engkau akan menerima saran budi fana? Hentikan saran itu di ambang pintu dan katakan saja ‘Tidak!’” Saya sadar, bahwa itu hanyalah suatu saran yang mengatakan bahwa saya tidak berbakat di bidang akademik, dan saya tidak perlu menerima dusta itu. Saya dapat menerima bahwa saya mencerminkan Allah, Budi yang satu. 

Maria Camaliche-Simon: Saya menerima beberapa panggilan telpon yang menguji kepercayaan saya tentang penjagaan Allah terhadap putri saya. Biasanya itu terjadi sekitar masa ujian. Putri saya mengambil 15 kredit di bidang tehnik sementara ia masuk dua tim atletik dan kelompok bernyanyi. Semua orang di Akademi Angkatan Laut mengatakan kepadanya bahwa secara insani beban kerja itu tidak mungkin dilaksanakan, dan sangat dianjurkan agar dia melepaskan beberapa kegiatannya. Ketika ia mulai mendapat kesulitan di bidang akademik, saya ingin sekali secara fisik berada di dekatnya dan merangkulnya dan berusaha menghiburnya. Nah saya perlu memperbaharui keyakinan saya bahwa Allah adalah Ibu-Bapanya, Budinya, Penghiburnya, pemberi ide-ide yang benar kepadanya, dan Juruselamatnya.

Saya harus tahu bahwa ia tidak memerlukan manusia fana sebagai alat bantu untuk melewati keadaan tersebut karena Allah, sebagai Ibu-Bapa, memperlengkapi dia dengan segala yang diperlukannya untuk berhasil. Di Amsal 3:5, 6, kita baca: “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Mary Baker Eddy menulis di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, “Bagi orang yang bersandar kepada yang tidak berhingga, yang memelihara segala-galanya, masa kini melimpah-limpah berkatnya” (hlm. vii).

Selagi kami terus berdoa dengan kebenaran-kebenaran mutlak tentang Allah dan ideNya, manusia, hal-hal yang menakjubkan mulai terjadi. Pada akhirnya Stephanie masuk dalam Daftar Komandan, yang setara dengan Daftar Dekan. Dia juga terpilih sebagai kapten untuk kedua tim atletik, dan dia tetap menyanyi di kelompok bernyanyi. Dan alih-alih melepaskan salah satu kegiatan yang disukainya serta komitmen-komitmennya, ia menambah satu lagi—menjadi Presiden CSO di Akademi Angkatan Laut Amerika Serikat!

Apakah doa membantu anda mengatasi kesulitan fisik di Akademi?

Stephanie Simon: Suatu pagi, ketika bangun kaki saya terasa sakit sekali. Saya tahu bahwa Allah tidak mengizinkan hal itu terjadi karena Ia baik. Saya berpikir: “Saya tidak akan membiarkan budi fana menguasai saya. Bahkan sedetik pun saya tidak akan mengakui bahwa kesehatan saya dapat diambil dari saya.” Dalam beberapa jam rasa sakit itu hilang. Dan sakit itu tidak pernah kambuh.

Sebagai anggota Korps Marinir AS, bagaimana anda bergantung kepada pelajaran-pelajaran rohaniah yang telah anda pelajari? 

Stephanie Simon: Setiap kali saya mencapai puncak, saya selalu harus bersikap rendah hati dan mengingat bahwa Allah mengatakan, “Sayalah yang memberimu talenta itu.” Di tahun terakhir ini saya sadar bahwa Allah melindungi saya. Saya diciptakan untuk merasakan kehangatan serta kepastian itu. Setiap hari ketika bangun, saya tetap rendah hati dan mengetahui bahwa saya ada untuk bersinar seperti terang Allah. Saya memuji teman-teman saya, menyatakan kasih dan kebaikan hati. Saya membiarkan terang saya bersinar dalam kebaikan hati kepada sesama. Saya tahu bahwa Kasih ilahilah yang pada akhirnya menjadikan kita lebih baik. Maka anda melihat orang dalam terang Kasih. Anda melihat mereka juga membiarkan terang mereka bersinar.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.