Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Rasa sakit di punggung hilang

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 5 Maret 2018

Aslinya diterbitkan di edisi Februari 2018 majalah The Christian Science Journal


Setelah orang yang sudah lama menjadi atasan saya, dengan siapa saya merasa sangat nyaman bekerja, pensiun, saya tidak tahu bagaimana atasan saya yang baru memandang diri saya. Dia tampaknya berpendapat bahwa saya harus menjadi kelinci percobaan bagi tim penjualan, dan memberi tugas-tugas yang sangat menantang bagi saya. Selama beberapa bulan saya mendapat kesulitan dalam mengimplementasikan program-program dan ide-ide yang baru dan saya merasa ditarik keluar dari zona nyaman saya. Ketakutan menguasai saya, dan karena tugas serta apa yang diharapkan dari saya semakin besar, pekerjaan sangat membuat saya stres. 

Di masa yang sulit itu, pada suatu sore, saya melakukan gerakan tertentu ketika sedang snorkeling dengan istri dan putra saya di suatu kolam setempat, dan tiba-tiba saya merasakan sakit yang menusuk di punggung saya. Rasa sakit itu hilang setelah beberapa waktu, tetapi malam itu saya sering terbangun kesakitan. Keesokan harinya saya terus-menerus merasakan rasa sakit. Satu jam sebelum saya harus tiba di kantor, saya bahkan tidak bisa berdiri cukup lama untuk bersiap-siap, sehingga saya memutuskan untuk menelpon seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen. Dari percakapan itu, saya ingat penyembuh mengucapkan kata-kata ini: "Engkau adalah wujud rohaniah; rasa sakit itu bukanlah bagian dari dirimu." Dengan kuasa yang ada di balik beberapa kata itu, saya dapat bangun dan bersiap ke kantor. Saya berdoa dengan penyembuh itu selama lima hari, bergulat untuk menemukan kebebasan saya. 

Dua hari setelah masalah itu timbul saya menghadiri suatu pertemuan kesaksian di sebuah cabang Gereja Kristus, Ahli Ilmupengetahuan. Kata-kata dalam nyanyian pembukaan ini seolah langsung berbicara kepada saya:  

Kristus hidup, segala mimpi hilang,
Rantai pengikat putus terlepas.
                              .   .   .   .   .
Hilang penyakit dan pend’ritaan;
(Rosa M. Turner, Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, No. 202, © CSBD). 

Saat itu saya berhenti bernyanyi untuk merenungkan secara mendalam makna kata-kata itu. Ini segera membuat rasa sakit itu sedikit berkurang, dan saya bersyukur kepada Allah, namun keesokan harinya rasa sakit itu datang kembali. 

Titik balik datang Sabtu pagi berikutnya. Saya bangun dengan saran mental yang sangat agresif, dan juga rasa sakit yang hebat dan terus-menerus. Saya tahu benar bahwa saya harus membuat suatu keputusan: Apakah saya akan mengikuti konsep dan penyelesaian duniawi, atau Allah? Masih mencari jawaban dari Allah, saya menelpon penyembuh, dia menyarankan untuk mendengarkan siniar tentang seseorang yang telah mengatasi rasa sakit. Berikut ini yang saya dengar:  “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” (Ulangan 5:7). Hal ini sangat berkesan bagi saya dan benar-benar membalikkan pikiran saya. Saya mulai melihat bahwa Allah, bukan rasa sakit yang memegang kendali.  

Saya bernalar bahwa saya harus memulai doa penyembuhan saya dengan menyatakan kebenaran. Kitab Kejadian mengatakan: “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik.… Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya” (1:31, 2:1). Saya tahu bahwa saya diciptakan oleh Kasih yang sempurna, dan tidak ada tempat untuk sesuatu yang lain—tidak untuk rasa sakit, tidak untuk rasa takut. Mary Baker Eddy dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci mengajukan suatu pertanyaan penting: “Kalau demikian, bagaimanakah dapat kita, entah dalam Kekristenan ataupun dalam Ilmupengetahuan Kristen, percaya bahwa ada kesejatian dan kekuasaan pada Kebenaran maupun pada kesesatan, pada Roh maupun pada zat, dan mengharapkan dapat berhasil dengan hal-hal yang bertentangan?” (hlm. 372). Saya dapat melihat bahwa masalah yang mendasar adalah ketakutan, yang berkedok sebagai rasa sakit. Oleh karena itu saya mencari rujukan-rujukan tentang ketakutan di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, dan menemukan bahwa sebagian dari penafsiran metafisis tentang ketakutan di Daftar Istilah dengan Keterangannya adalah: “Panas; radang; … sifat was-was” (hlm. 586).

Saya tergoda untuk percaya bahwa rasa sakit dan ketakutan adalah sejati dan memiliki kuasa, dan dapat mengendalikan saya. Tetapi Allah menunjukkan yang sebaliknya. Saya memiliki perhubungan yang tak terputuskan dengan Allah; penyakit tidak bisa menghalanginya. Sekarang saya tahu dengan lebih jelas bahwa ciptaan Allah itu sudah selesai, lengkap. Semua diciptakan baik dan lengkap selama-lamanya. Saya memperoleh pemahaman yang lebih baik akan Kasih Allah yang tetap, dan bersyukur untuk hal itu. Beberapa hari kemudian rasa sakit itu hilang dan saya sudah terbebas darinya selama lebih dari satu tahun. 

Saya juga melihat dengan jelas bahwa saya telah membiarkan ketakutan mengendalikan saya dalam upaya saya menyelesaikan pekerjaan saya di kantor. Ketakutan menggoda kita untuk berpikir bahwa Allah tidak memegang kendali, dan bahwa kita tergantung kepada pikiran serta tindakan kita sendiri untuk keluar dari masalah. Saya ingat ketika masih kecil melihat gambar Daniel di kandang singa dikelilingi singa-singa; ia melihat ke atas kepada cahaya yang bersinar lewat suatu jendela. Tidak ada ketakutan terhadap singa-singa itu; kekuatan Daniel datang dari imannya yang tak tergoyahkan bahwa hanya ada satu Allah. Ia mampu melihat kepada terang rohaniah dan berpaling dari saran agresif apa pun yang akan menghalanginya untuk melihat sinar terang Kebenaran ilahi.

Demikian juga saya, seperti Daniel, tidak perlu menyerah kepada ketakutan, atau pikiran bahwa saya tidak bisa mengerjakan pekerjaan saya dan menyelesaikan proyek-proyek baru yang diberikan kepada saya. Saya sadar bahwa tidak ada tugas yang tidak bisa saya tangani dengan bergantung kepada kuasa Allah. Seperti dinyatakan di dalam Roma: “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah” (8:28). Saya belajar untuk menyangkal saran bahwa atasan saya yang baru tidak peduli kepada saya. Saya mulai melihat bahwa ia telah membimbing saya dengan sabar saat saya mengerjakan tugas tambahan saya. Ia menghargai sikap saya dalam bekerja, dan ia melihat bahwa saya mau bekerja dan sangat cakap mengerjakan tugas-tugas baru itu. Beberapa hari setelah rasa sakit saya sembuh, saya bahkan berterimakasih kepada atasan saya untuk ide-ide manajemennya yang progresif dan untuk tugas-tugas yang ia berikan kepada saya. Sungguh suatu perubahan besar!

Kira-kira dua minggu setelah kesembuhan saya, ketika bekerja sebagai pembantu koki di suatu perkemahan pemuda Ilmupengetahuan Kristen setempat, saya terkena flu. Tetapi banyak yang harus saya kerjakan. Sebagai sukarelawan, saya diharapkan membantu memasak hidangan untuk tiga kali makan setiap hari bagi para pemuda. Saya merenungkan kembali kesembuhan saya dari sakit punggung dan memutuskan bahwa saya dapat menghentikan saran ini dengan menyadari bahwa flu, seperti juga rasa sakit, tidaklah sejati, bukan bagian dari kerajaan Allah yang menakjubkan dan selaras. Saya bersukacita dalam kemenangan yang saya dapatkan melalui pergumulan saya baru-baru ini di kandang singa dan untuk pemahaman saya yang baru. Kemudian saya mengucapkan doa singkat dalam hati sebagai berikut, “Tidak, engkau bukan bagian dari diri saya.” Saya meyakini hal ini karena penyakit bukanlah bagian dari anak Allah. Keesokan harinya saya sama sekali bebas dari gejala flu. 

Doa saya pada penyembuhan yang pertama perlu berubah dari doa untuk mendapatkan kesembuhan, kepada pengakuan akan apa yang sudah sejati tentang diri saya. Bagaimanapun juga kita adalah domba-domba; Allah adalah Gembalanya. Sesungguhnyalah, Allah menjaga anak-anakNya setiap saat dan dalam keadaan apa pun. Bahkan saat saya seakan kesulitan, Allah tidak dalam kesulitan. Mazmur 46 menyatakan: “Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti” (ayat 2). Saya benar-benar bersyukur untuk penyembuhan-penyembuhan ini dan untuk atasan saya yang baru.

Steven Milson Johnston
Beaverton, Oregon, AS

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.