Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Guru yang selalu bersama kita

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 10 Mei 2019

Aslinya diterbitkan di edisi April 2019 majalah The Christian Science Journal


Sebelum penyaliban dan kebangkitannya, Yesus Kristus telah memberitahu murid-muridnya bahwa ia akan meninggalkan mereka, tetapi mereka tidak bisa memahami maksudnya. Ketika Yesus mengatakan bahwa mereka akan mengikutinya dan bahwa dia akan menyiapkan tempat bagi mereka, mereka bingung karena mereka membayangkan suatu tempat yang bersifat fisik. Padahal Yesus berbicara mengenai keadaan kesadaran yang berbeda. 

Bagi Yesus, kesadaran adalah hidup yang sesungguhnya. Secara mental ia bergerak maju untuk menjalani hidup sepenuhnya dalam Roh, suatu kehidupan yang tidak dapat dilihat oleh pancaindera tetapi lebih sejati bagi Yesus daripada kehidupan di negara atau kota mana pun. Yesus tahu ia telah memberi murid-muridnya arahan yang mereka perlukan untuk mendapatkan kesadaran itu—yang disebutnya kerajaan Allah. Tetapi ketika mereka mulai menyadari bahwa mereka tidak akan bersama Yesus secara pribadi, mereka sedih. Selama ini guru mereka ada bersama mereka setiap hari untuk menjelaskan ide-ide rohaniah dan menunjukkan bagaimana kuasa Allah menyembuhkan penyakit dan mengatasi segala macam rintangan. Yesus berjanji akan selalu bersama mereka, tetapi bagaimana semua itu bisa terjadi kalau mereka tidak dapat bertanya kepadanya, atau mendapatkan pertolongannya ketika mereka menghadapi kesulitan?  

Kebanyakan di antara kita mungkin dapat memahami keinginan untuk selalu bersama seseorang yang lebih bijak dari kita, semacam Tuan dan Guru, seperti orang menyebut Yesus. Mencari arti kedua kata itu di kamus memberi gambaran bahwa seorang guru yang mumpuni (tuan guru) tidak hanya menyampaikan ajaran kepada murid-muridnya, tetapi membantu mereka mengembangkan ketrampilan paling penting dalam berpikir supaya tumbuh dan berkembang dengan subur. Guru-guru ini mendahulukan murid-muridnya dan menyesuaikan diri dengan keperluan mereka.  

Mendahulukan murid tidak berarti selalu hadir secara pribadi untuk menyampaikan pengetahuan atau menyelesaikan masalah. Tujuan mengajar adalah menunjukkan kepada murid bagaimana menemukan sendiri jawabannya. Ayah saya memiliki perpustakaan dengan segala macam buku acuan. Kalau saya menanyakan sesuatu, dia seringkali akan pergi mengambil buku. Hal itu biasanya menjengkelkan karena saya ingin jawaban yang cepat alih-alih berupaya mendapatkan sendiri jawaban itu. Terkadang, sekarang pun saya masih memiliki kecenderungan itu. Adalah lebih mudah bergantung kepada keahlian orang lain, dan dalam keadaan tertentu, hal tersebut memang praktis. Kita tidak semuanya harus tahu bagaimana menghubungkan kabel-kabel dalam sistem perlistrikan. Tetapi kalau menyangkut hal-hal yang bersifat rohaniah, setiap orang perlu belajar “ketrampilan paling penting dalam berpikir supaya tumbuh dan berkembang dengan subur.”  

Yesus mengajarkan kepada para pengikutnya agar mencari dalam Kitab Suci untuk mendapatkan maknanya yang rohaniah dan praktis. Kitab Suci menyatakan bahwa Allah adalah Roh dan Kasih, pencipta yang mahakuasa yang telah menciptakan kita sempurna. Yesus  menunjukkan kepada murid-muridnya bagaimana menjalani hidup dari dasar ini dan mengatasi pandangan duniawi bahwa zat menentukan wujud. Yesus menunjukkan kemampuan untuk menyembuhkan keadaan yang tidak baik, termasuk dosa dan penyakit, dan menugaskan mereka untuk melakukan hal yang sama. Dia menunjukkan kepada mereka untuk tidak takut terhadap ancaman kejahatan, baik dalam bentuk penindasan oleh kekuasaan negara, atau pandangan yang mendesak bahwa penderitaan adalah suatu keperluan hidup atau bahwa sikap mementingkan diri sendiri atau persaingan merupakan bagian dari sifat insani. Dia mengajarkan dan menjadikan sebagai model ketrampilan paling penting yang dapat dan akan mereka capai, dalam menjalani hidup yang didasarkan pada Roh—misalnya, kasihilah musuh-musuhmu, hendaklah kamu rendah hati dan suka mengampuni, berdoalah dengan teguh, percayalah kepada kemahakuasaan kasih Allah.  

Mary Baker Eddy mengembangkan ketrampilan paling penting dalam menjalani hidup dan berpikir ini dari suatu kehidupan yang dijalaninya dengan mempelajari Alkitab dan suatu keinginan yang dalam untuk mengetahui kebenaran. Ketika ia membuat catatan tentang penemuannya dan terus-menerus memperbaiki catatan itu, kebenaran yang tidak dapat disangkal tentang alam semesta yang sempurna yang diciptakan Allah menjadi lebih jelas baginya. Pemahamannya tumbuh ketika dia menerapkan pengetahuan ini untuk menyembuhkan penyakit dan berbagai macam keterbatasan lainnya. Kegiatan ini menghasilkan buku ajar Ilmupengetahuan Kristen, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, yang juga dipelajarinya setiap hari selama hidupnya, dengan demikian mengakui bahwa isi buku itu telah diwahyukan kepadanya oleh kecerdasan yang lebih tinggi daripada yang dimilikinya.   

Banyak orang yang telah mempelajari buku ini, bahkan selama hidupnya, kagum pada wawasan yang dalam yang terus diajarkan buku itu. Salah satu contoh adalah bagaimana buku tersebut menjelaskan cara yang benar-benar digunakan Yesus untuk mengajar. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini:  

“Ia mengetahui, bahwa Asas ilahi, Kasih, menciptakan dan memerintahi semua yang sejati.” (hlm. 286).

“Ia mengetahui, bahwa zat tidak mengandung hidup dan bahwa Hidup yang sejati adalah Allah; oleh karena itu ia pun tidak dapat dipisahkan dari Hidup rohaniahnya, seperti Allah tidak dapat dimusnahkan juga.” (hlm. 51).

“Ia memahami, bahwa manusia — yang Hidupnya adalah Allah — bersifat baka, dan mengetahui, bahwa manusia tidak mempunyai dua hidup, yang satu untuk dimusnahkan dan yang lain untuk dijadikan tidak dapat dimusnahkan.” (hlm. 369).

Sungguh mencengangkan bahwa seseorang yang tidak pernah berbicara dengan Yesus dapat menyatakan dengan sangat berwibawa apa yang diketahui Yesus. Ini bukan berteori. Ny. Eddy mengetahui apa yang diketahui Yesus karena dia telah membuktikan bahwa fakta-fakta wujud ini menerobos kepercayaan-kepercayaan yang terbelenggu oleh zat dan menghapuskan penderitaan dengan cara seperti yang dilakukan Yesus. Meskipun diakuinya kalau membuktikan bahwa hidup itu tidak bisa dibunuh, seperti yang dilakukan Yesus, bukan tidak  memerlukan lebih banyak pertumbuhan rohaniah, Ny. Eddy menerima janji Yesus bahwa kita akan mengikutinya menuju keadaan kesadaran tersebut di mana dosa, penyakit, atau maut tidak ada. Mempelajari, merenungkan, dan berusaha menerapkan apa yang diketahui Sang Guru Agung, secara bertahap setiap hari, adalah selalu bersama Guru kita, yang menunjukkan jalan untuk maju.   

Margaret Rogers
Anggota Dewan Direktur Ilmupengetahuan Kristen  

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.