Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Kesembuhan-kesembuhan di Jerman selama Perang Dunia II dan sepanjang hidup saya

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 6 Maret 2019

Aslinya diterbitkan di edisi Februari 2019 majalah The Christian Science Journal


Untuk berbagai berkat yang telah saya terima dengan mempelajari Ilmupengetahuan Kristen, seharusnya saya sudah lama menyampaikan rasa syukur saya di terbitan berkala kita. Secara harfiah, boleh dikatakan saya hidup berkat penerapan Ilmupengetahuan tentang Kristus, seperti dinyatakan di dalam Alkitab dan dijelaskan dalam buku ajar Ilmupengetahuan Kristen, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy.

Selama masa kanak-kanak saya di Jerman yang porak poranda karena perang, keluarga saya menghadapi banyak  tantangan berat, termasuk penyakit yang mematikan. Meskipun demikian, kami mengandalkan Ilmupengetahuan Kristen tanpa ragu, walaupun hal itu dilarang oleh rezim Nazi dan memiliki buku ajar dan bacaan-bacaan Ilmupengetahuan Kristen bisa dikenai hukuman penjara atau bahkan lebih berat dari itu. Ibu saya berkali-kali mengatakan bahwa tanpa Ilmupengetahuan Kristen kami tidak bisa bertahan hidup! 

Salah satu tantangan besar yang saya alami adalah penyakit difteri, yang menyebabkan saya lumpuh total. Sesuai peraturan yang berlaku, saya dimasukkan ke rumah sakit anak-anak. Saya diragukan bisa bertahan hidup. Menurut para dokter, kalaupun obat-obatan yang diperlukan tersedia, kemungkinan saya untuk hidup kurang dari 5 persen. Ibu saya, ayah saya (yang saat itu menjalani wajib militer di angkatan darat Jerman), dan seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen yang sangat berani dan berbakti memberikan dukungan doa selama seluruh peristiwa itu. Pada akhirnya, saya sembuh sama sekali dari difteri serta kelumpuhan yang diakibatkannya, yang membuat para dokter dan pegawai rumah sakit heran sekali.  

Tidak lama sesudah perang usai, ketika kekurangan dan kelaparan melanda, saya menderita disentri akut, yang saat itu sering berakibat fatal. Sekali lagi saya diopname sesuai dengan peraturan yang berlaku. Doa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen diberikan lagi oleh penyembuh yang sama yang sangat berbakti. Dia mengatakan bahwa Allah terus-menerus menjaga anak-anakNya dengan penuh kasih, tidak peduli apa pun keadaan insaninya. Meskipun ibu telah diberitahu oleh para pejabat rumah sakit bahwa tanpa gizi yang cukup (yang saat itu tidak tersedia), saya tidak mungkin bertahan, ketakutan kami hilang dengan mendapatkan pemahaman yang lebih jelas tentang makanan yang sesungguhnya yang bersifat rohaniah. 

Dari sudut pandang insani, itu adalah saat yang tersulit, tetapi keperluan insani itu tanpa kami sangka terpenuhi oleh seorang prajurit Amerika keturunan Afrika yang bertugas di dekat situ sebagai tentara pendudukan Amerika yang saat itu masih mengalami pemisahan karena perbedaan warna kulit. Tentara yang penuh kasih ini berbagi ransumnya dengan saya, seorang anak kecil Jerman yang baru keluar dari rumah sakit dengan kemungkinan yang sangat meragukan untuk bisa bertahan hidup, dan sangat memerlukan pertolongan. Sesungguhnya, ini adalah bukti ilahi akan penjagaan Allah dan suatu pembuktian tentang persaudaraan manusia bahkan di saat yang sangat sulit. Meskipun saya tidak ingat kapan tepatnya, penyakit disentri itu sembuh sama sekali. 

Karena berbagai alasan, termasuk penutupan sekolah-sekolah Jerman sesudah perang usai sampai para guru dapat “dibersihkan dari paham Nazi” atau diganti, saya tidak mendapat pendidikan sekolah yang serius dan sistematis sampai berumur sembilan tahun. Sebagai akibatnya, sesudah itu nilai-nilai saya selalu buruk dan saya sangat tidak percaya diri. Seorang psikolog pendidikan, yang mengevaluasi saya atas permintaan kepala sekolah dari sekolah asrama saya yang berbahasa Inggris, menyimpulkan bahwa sangatlah tidak realistis untuk mengharapkan saya bisa mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi; sesungguhnya sangat diragukan bahwa saya bisa menyelesaikan pendidikan SMU.  

Akhirnya, dalam suatu kebaktian gereja Ilmupengetahuan Kristen, saya bertemu seorang profesor yang mengajar di perguruan tinggi di Amerika Serikat, yang dalam rangka Fulbright Fellowship, mengajar di Jerman. Profesor ini adalah seorang Ahli Ilmupengetahuan Kristen yang penuh pengabdian, dan dia ingin menolong saya. Meskipun rapor SMU saya jelek sekali, dia bisa mengatur agar saya dapat kuliah di perguruan tinggi di Amerika Serikat di mana dia mengajar. Sudah pasti, saya diterima karena ada campur tangan darinya.  

Meskipun pada tahun pertama nilai-nilai saya di perguruan tinggi buruk, saat itulah saya secara serius berminat untuk memahami dan bersandar kepada Ilmupengetahuan Kristen, alih-alih pada dukungan orang tua saya atau para penyembuh Ilmupengetahuan Kristen. Di bawah bimbingan profesor itu—yang kemudian menjadi guru Sekolah Minggu saya—saya mampu menggantikan pandangan tentang diri saya sendiri sebagai mahasiswa yang bersusahpayah mencoba menguasai bidang akademik, dengan pemahaman yang lebih baik tentang sifat saya sebagai pernyataan serta manifestasi dari kecerdasan, kearifan yang tidak berhingga dan kegiatan yang benar dari Budi. Diciptakan sebagai gambar dan keserupaan Allah, yang sama sekali bersifat rohaniah, saya menyatakan kualitas yang tidak berhingga dari Ibu-Bapa saya yang mahapengasih.   

Ketika saya semakin memahami sifat saya yang benar dan satu-satunya ini, hal itu menjadi nyata dalam pengalaman insani saya. Secara teratur saya masuk daftar dekan dan menerima penghargaan-penghargaan akademik lainnya. Saya juga menyelesaikan persyaratan untuk S1 dalam waktu kurang dari empat tahun yang dijadwalkan, sehingga saya bisa memulai dan menyelesaikan program S2 di bidang yang saya pilih.  

Ujian yang komprehensif untuk gelar S2 memberi kesempatan lain untuk bersandar kepada bimbingan Budi. Saya khawatir ketika mendapati bahwa meskipun ujian itu terdiri dari empat pertanyaan, saya hanya siap untuk menjawab pertanyaan pertama. Saya memusatkan perhatian untuk menjawab pertanyaan itu sebaik-baiknya. Tidak tahu apa yang harus saya tulis untuk menjawab ketiga pertanyaan tambahan itu, di dalam hati saya menyatakan bahwa Budi ilahi selalu hadir dan bahwa saya sebagai cerminan Budi yang satu ini mencerminkan kuasa yang tidak berhingga atas situasi yang saya hadapi. Ketika saya berdoa, ide-ide datang mengalir, dan saya sibuk menuliskannya di kertas ujian. Sampai hari ini, saya tidak tahu pasti apa yang saya tulis; tetapi, beberapa minggu kemudian ketika hasil ujian keluar, saya lulus dengan nilai tinggi. Sesungguhnya nilai yang saya dapatkan untuk ketiga pertanyaan tambahan itu lebih bagus daripada nilai untuk pertanyaan yang pertama! 

Beberapa tahun kemudian saya harus menjalani tes kesehatan karena pindah pekerjaan, dan diberitahu bahwa saya menderita tekanan darah tinggi yang parah. Dokter yang memeriksa merekomendasikan agar keadaan itu segera ditangani. Meskipun saya menuruti nasihatnya untuk menangani keadaan itu, saya melakukannya dengan menerapkan Ilmupengetahuan Kristen sebagaimana diajarkan dalam Alkitab dan karya-karya tulis Ny. Eddy. Secara  konsisten saya menyatakan bahwa sebagai gambar dan keserupaan Allah saya tidak pernah dapat menderita atau tunduk kepada tuntutan palsu apa pun atau saran tentang tekanan. Ilmupengetahuan dan Kesehatan menjelaskan bahwa  “Para Ahli Ilmupengetahuan Kristen harus dengan terus-menerus hidup di bawah tekanan perintah rasul untuk keluar dari dunia kebendaan dan memisahkan diri” (hlm. 451). Bagi saya ini berarti saya hanya dapat merasakan tekanan atau tuntutan ilahi, untuk menolak kepercayaan bahwa manusia bersifat fana serta penuh perjuangan dan menggantinya dengan kebenaran akan manusia yang sejati yang diciptakan secara rohaniah oleh Allah. Meskipun saya tidak tahu kapan kesembuhan itu terjadi, pada tes kesehatan berikutnya yang diharuskan oleh perusahaan, tekanan darah saya normal.   

Kemudian saya mengalami berbagai kesembuhan melalui penerapan Ilmupengetahuan Kristen, termasuk baru-baru ini, ketika berenang di laut Mediterania dan disengat ubur-ubur beracun. Ruam serta rasa sakit yang hebat yang ditimbulkannya sembuh dengan sertamerta ketika saya meresapi pernyataan dari buku ajar kita, “AKULAH AKU yang agung menjadikan semua ‘yang telah dijadikan.’ Oleh karena itu manusia dan alam semesta yang rohaniah bersama-sama ada dengan Allah” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 267). Saya memehami bahwa “manusia” berarti setiap orang sebagai ide rohaniah Allah. Dan jelas bagi saya bahwa semua ide Allah, bahkan ikan di laut, hidup sepenuhnya dalam keselarasan satu sama lain; ide yang satu tidak mungkin mencederai atau merugikan yang lain.

Serangan-serangan flu juga disembuhkan, demikian juga pusing kepala yang parah, dan cedera berat di paha akibat jatuh di es hanya beberapa jam sebelum melakukan penerbangan transatlantik. Komentar yang menakutkan dari seorang dokter yang telah ditelpon tetangga (tanpa sepengetahuan saya) yang melihat kejadian itu, dengan segera disangkal dan diganti dengan pemahaman bahwa saya tidak tunduk kepada kepercayaan bahwa manusia diciptakan secara kebendaan dan telah jatuh dari kesempurnaan. Saya dapat melakukan perjalanan itu, dan para awak pesawat dengan baik hati memberi saya tiga kursi sehingga saya dapat berbaring selama sembilan jam kami di udara. Meskipun memakan waktu beberapa lama, saya mengalami kesembuhan yang tuntas. 

Untuk pengalaman-pengalaman ini dan berbagai pengalaman lain serta bukti akan kasih Allah yang menjadi nyata melalui Ilmupengetahuan Kristen, Penghibur yang dijanjikan Alkitab, saya sungguh sangat bersyukur. 

Hans-Martin von Tucher
Rottach-Egern, Jerman

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.