Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Menantang dan Memperbaiki Kepercayaan Insani

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 13 Februari 2019

Aslinya diterbitkan di edisi 13 Mei 1967 majalah Christian Science Sentinel 


Alkitab menyatakan: "Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan,"1 dan "Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik."2 Sesuai dengan pernyataan-pernyataan ini Ilmupengetahuan Kristen mengajarkan bahwa segala sesuatu yang tidak baik, bagaimana pun tampaknya, kedengarannya, atau rasanya, tidak dapat sejati atau memiliki substansi. Hal itu hanya dapat kelihatannya saja ada dan itu pun hanya sebagai suatu kepercayaan, suatu khayalan di dalam pikiran insani, karena tidak mungkin hal itu diciptakan Allah, kebaikan yang tidak berhingga, pencipta yang satu-satunya. Menantang dan memperbaiki kepercayaan-kepercayaan insani dengan ide-ide Budi yang selaras dan penuh kasih, mendatangkan perubahan yang diperlukan.

Ketika kejahatan, atau budi fana, nampaknya sangat besar dan mengancam, sungguh melegakan untuk menyadari dengan penuh keyakinan bahwa semua itu hanyalah kepercayaan! Kita tahu bahwa kepercayaan dapat dirubah dan tunduk kepada pemahaman akan kebenaran mengenai kepercayaan itu. Masalah yang kita hadapi dapat dilihat tidak lagi sebagai suatu hal atau keadaan yang seakan memiliki substansi atau bersifat permanen, tetapi hanya suatu konsep yang tidak berkuasa yang berubah begitu pikiran dirohanikan. Hal ini menempatkan keadaan yang menakutkan di atas dasar yang dapat ditangani, karena tidak ada lagi sesuatu di luar pikiran yang harus dirubah untuk mendatangkan keselarasan, kemakmuran, atau kesehatan bagi kita.  

Mengetahui bahwa kita tidak perlu melawan secara insani, pergi ke suatu tempat, atau merubah seseorang atau sesuatu “di luar sana” adalah kesadaran yang melegakan. Hal itu cenderung menghilangkan ketakutan serta ketidakpastian yang hendak membutakan penglihatan kita ketika khayalan-khayalan budi fana menyatakan bahwa dirinya sejati. Tidak sesuatu pun—sama sekali tidak sesuatu pun—harus dirubah selain kepercayaan sesat yang kita pikirkan.  

Ny. Eddy menyatakan, "Kepercayaan bersifat berubah-ubah, tetapi pengertian rohaniah tetap tidak berubah."3 Melalui pembelajaran serta doa kita yang tulus sebagaimana diajarkan dalam Ilmupengetahuan Kristen, kepercayaan fana yang bersifat berubah-ubah menyerah kepada pemahaman rohaniah mengenai Budi yang tidak berubah. Ketika pengertian ini memperbaiki konsep-konsep yang sesat, maka keselarasan menggantikan ketidakselarasan; kelimpahan menggantikan kekurangan; kesehatan dan aktivitas menggantikan penyakit serta stagnasi; kepuasan dan kebahagiaan memerintah di mana depresi serta ketakutan bertahan.   

Kita mengganti kepercayaan sesat dengan cara mula-mula mengenalinya serta menantangnya sebagai kepalsuan yang kosong, tidak berdasar, sama sekali tak bernilai atau bersubstansi, kemudian dengan cara membuangnya sebagai tipuan yang tidak berharga. Kepalsuan-kepalsuan ini dapat segera dideteksi dengan menerapkan norma-norma yang diajarkan Sang Guru kita, Yesus Kristus, yang dengan sangat berhasil membuktikan hukum Allah yang tidak berubah.  

Salah satu norma Kristen yang disampaikan dalam surat Paulus kepada jemaat di Filipi adalah, "Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."4 Konsep-konsep yang keliru—sifat mementingkan diri sendiri, ketidakmurnian, ketakutan, atau ketidakjujuran—tidak memenuhi norma-norma yang diilhami ini. Kita dapat mengenalinya sebagai kesesatan dan membuangnya. Tidak masalah berapa lama kita telah berpegang pada kepalsuan, saat kita mengenalinya sebagai kepalsuan, hal itu tidak bernilai lagi.   

Setelah kita mengenali, menantang, tidak mempercayai, dan membuang kepercayaan-kepercayaan yang keliru, kita harus menggantinya dengan ide-ide yang benar yang memenuhi norma yang diajarkan Yesus. Kita melakukan hal ini dengan mengisi kesadaran kita dengan kasih, kemurnian, sifat tidak mementingkan diri sendiri, keselarasan, dan suka cita. Di mana seakan ada orang yang tidak selaras, tidak jujur, mementingkan diri sendiri, ketakutan, atau tidak murni, kita harus mengangkat jubah kotor kepercayaan yang keliru itu dan melihat manusia sempurna yang diciptakan Allah, gambar dan keserupaanNya, cerminan kesempurnaan Allah. Maka kepercayaan-kepercayaan yang keliru itu akan kehilangan yang disangkakan sebagai kekuatan serta keberhasilannya dan, dilihat secara benar, akan sirna dalam ketidaksesuatuan yang mutlak.  

Karena konsep yang dipikirkan menjadi nyata dalam pengalaman insani, maka setiap konsep yang berubah dan diperbaiki sudah pasti mendatangkan suatu pengalaman insani yang lebih baik. Ny. Eddy mengatakan, “Tujukanlah pikiran dengan tetap kepada yang kekal, yang baik, dan yang hakiki, maka makin dipenuhi pikiran kita dengan hal itu, makin banyak kita akan mengalaminya dalam kehidupan kita."5 

Seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen yang secara ceroboh mengakui penyakit bursitis yang diderita temannya sekantor sebagai hal yang sejati, menderita penyakit yang sama berbulan-bulan kemudian. Pada awalnya dia cenderung untuk mengabaikannya dengan harapan penyakit itu akan sembuh sendiri; tetapi keadaan itu menjadi semakin menyakitkan dan membuatnya tidak berdaya sehingga ia tidak mampu tidur atau beristirahat.  

Ketidaknyamanan ini membangunkan pelajar Ilmupengetahuan Kristen itu bahwa ia perlu membersihkan kesadarannya dari kepercayaan-kepercayaan palsu yang diterimanya. Ia memahami bahwa keadaan itu tidak bersifat jasmani melainkan hanyalah saran budi fana; bahwa tidak ada sesuatu yang perlu dilakukan selain membalikkan kepercayaan yang salah tentang menusia dan menggantinya dengan konsep yang benar tentang manusia yang diciptakan Allah—yang bersifat rohaniah, sempurna dalam segala hal. 

Ny. Eddy berkata, "Penawar untuk hal itu adalah menyelidiki kesusahan sampai ke dasarnya, menemukan dan dengan jalan penyangkalan membuangkan kepercayaan sesat yang menyebabkan suatu gangguan fana, dan sama sekali tidak menghormati kepercayaan sesat dengan menamainya hukum ataupun menaatinya."6 Mematuhi anjuran ini pelajar Ilmupengetahuan Kristen itu dengan tekun menyangkal kesejatian penyakit tersebut, baik yang diderita temannya maupun dirinya sendiri. Ketika kepercayaan yang salah itu diganti dengan konsep yang benar tentang manusia, keadaan jasmani yang tidak selaras itu sirna, digantikan keadaan yang sepenuhnya normal. Selain itu, beban berat yang ditanggungnya selama bertahun-tahun karena merasa bertanggungjawab secara pribadi atas perusahaannya juga hilang, digantikan perasaan yang baru akan kebebasan dan suka cita yang menakjubkan. 

Entah masalah yang kita hadapi bersifat jasmaniah, finansial, atau hubungan antar manusia, jawabannya selalu terletak pada pembetulan serta pemurnian pikiran kita sendiri. Dengan mengganti konsep insani dengan kesadaran ilahi, kita dapat mengetahui kuasa yang dikaruniakan Allah kepada kita dan mengalami keselarasan, kesehatan, dan suka cita, yang merupakan pahala yang tak terelakkan dari suatu kesadaran yang dipenuhi kasih. Sebagaimana dianjurkan Rasul Paulus kepada jemaat di Roma, “Berubahlah oleh pembaharuan budimu.”7 

1 Joh. 1:3;↑  2 Kej. 1:31;↑  3 Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 96;↑  4 Filipi 4:8;↑  5 Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 261;↑  6 hlm. 184;↑  7 Rom. 12:2.↑  

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.