Salah satu masalah yang paling mendesak saat ini adalah bagaimana mengalahkan kebencian dengan Kasih. Ini berlaku dalam konteks internasional yang seluas-luasnya sampai dengan perhubungan insani yang sedalam-dalamnya. Tidak seorang pun dikecualikan dari keperluan ini. Hal ini sangat berkaitan dengan kesehatan dan keselarasan yang kita alami, dan berlaku bagi perorangan maupun bangsa-bangsa.
Ini merupakan topik keagamaan yang sudah sering dibicarakan, tetapi sangat mendasar sehingga memerlukan penyelidikan yang semakin dalam serta upaya kita yang terus-menerus diperbaharui. Ketegangan antar ras, ketidaksepakatan mengenai kebijakan negara, benturan nilai-nilai kesusilaan, dan gangguan pada kehidupan keluarga, semua itu adalah situasi yang menyangkut kebencian serta kedengkian. Jika kita tidak memperbaiki keadaan mental ini, maka hal itu pada gilirannya akan menimbulkan masalah dalam kesehatan serta upaya masing-masing perorangan untuk bertahan hidup. Kita tidak bisa memendam kebencian di dalam hati dan berharap tidak terpengaruh olehnya.
Peringatan-peringatan seperti ini tidaklah baru, tetapi perlu diulang-ulang. Kristus Yesus menunjukkan hal ini dalam Khotbahnya di Bukit. Rasul Yohanes menekankannya berkali-kali. Dan dengan bahasa yang tegas Ny. Eddy memberi kita perintah ini, “Jangan membenci seorang pun; karena kebencian adalah sarang penyakit yang menyebarkan virusnya dan pada akhirnya membunuh. Jika dituruti, hal itu menguasai kita; mendatangkan penderitaan demi penderitaan bagi pemiliknya, sepanjang waktu dan melampaui kubur.”1
Mungkin kita tidak selalu mendeteksi kesesatan ini dan mengenalnya sebagai keadaannya yang sesungguhnya. Kesesatan memiliki berbagai samaran. Terkadang kesesatan menyamar sebagai rasa benar sendiri serta pembenaran diri sendiri. Seringkali kesesatan menyamar sebagai materialisme yang melawan kemajuan rohaniah. Kebencian dan sensualitas sangat berhubungan. Masalah tersebut berkaitan dengan penanggapan perorangan, yang hendak memisahkan kebaikan kita dari kebaikan orang lain. Hal itu tumbuh subur di atas ketidaktahuan, kecurigaan, dan ketidakpercayaan.
Tetapi baik sebagai agen ataupun korban, kita bisa mendapatkan kebebasan dari kesesatan ini; dan kita dapat menemukan cara untuk melindungi pengalaman kita dari kejahatan yang agresif. Ilmupengetahuan Kristen menekankan sifat Allah sebagai Allah Ibu-Bapa yang satu, sebagai Kasih ilahi yang universal dan mahakuasa. Kasih atau Asas ini merangkul semuanya, senantiasa hadir, meresapi semuanya. Begitu kita mengakui kehadiran serta kuasa Asas ilahi ini, kita merasakan penjagaan yang memurnikan serta melindungi dari Yang Mahakuasa. Membuka pikiran kepada pengaruh ilahi ini meniadakan kebencian, membersihkan kesadaran insani, dan membebaskan kita dari dosa, penyakit, dan maut.
Untuk dapat mengasihi dengan cerdas kita harus mempunyai konsep yang benar tentang manusia. Sifat Allah sebagai kebaikan yang mutlak, Roh yang murni, mengembangkan sifat manusia dalam keserupaan Allah. Manusia yang sejati tidak memiliki sifat lain kecuali kebaikan, dan inilah identitas yang sesungguhnya dari setiap orang. Mengasihi saudara kita, sesama manusia, adalah melihat sifatnya yang sebenarnya.
Konsep yang salah tentang manusia sebagai pembohong, suka menipu, mementingkan diri sendiri, materialistis, datang dari budi kedagingan, atau budi fana, yang adalah kebalikan yang disangkakan ada dari Allah, Budi ilahi. Kita selalu terpanggil untuk menentang budi palsu ini, untuk menggantikan konsep yang keliru tentang manusia dengan ide yang benar. Jika kita membenci seseorang, jelaslah bahwa dalam pikiran, kita berpegang pada konsep yang salah. Dan Ilmupengetahuan Kristen mengajarkan bahwa apa yang kita pegang di dalam kesadaran mempunyai akibat yang nyata di dalam pengalaman kita. Membenci adalah seperti bunuh diri. Tetapi mengasihi adalah memberi hidup dan menghasilkan kesehatan.
Yesus bersabda, "Jika dunia membenci kamu, engkau tahu bahwa dunia membenciku sebelum membencimu"2 Pengaruh Ilmupengetahuan Kristen dalam mengembangkan kuasa Kasih ilahi yang memperbaharui dan menyembuhkan telah membangkitkan perlawanan kejahatan. Hal ini terlihat dalam bentuk-bentuk materialisme yang agresif. Ny. Eddy berkata di buku ajar kita, Ilmupengetahuan dan Kesehatan, "Sebelum pengarang buku ini menginsafi betapa luasnya Ilmupengetahuan Kristen, betapa teguhnya berakar khayalan fana, dan bagaimana umat manusia membenci Kebenaran, ia menaruh pengharapan yang optimistis, bahwa Ilmupengetahuan Kristen akan diterima dengan segera dan secara universil."3
Tetapi teladan Yesus dalam mengalahkan kebencian dengan kasih memberi harapan kepada umat manusia di setiap zaman. Hal itu dapat dilakukan; dan Kristus, sebagai ide yang benar tentang Allah, menunjukkan jalannya kepada kita. Kristus menunjukkan kepada kita ketidaksesuatuan kejahatan baik sebagai sebab ataupun akibat. Hal itu menjadikan kita mampu melihat melalui lautan api, letusan yang dahsyat, perlawanan yang tidak terlihat maupun yang terlihat terhadap Kebenaran, dan membuktikan kehadiran serta kuasa Asas ilahi. Kasih menunjukkan fakta bahwa semua orang memiliki kebaikan yang sama, bahwa sesungguhnya tidak ada benturan kepentingan, bahwa kebaikan itu tidak berhingga dan tersedia bagi semua, bahwa tidak ada dasar yang sesungguhnya bagi kecurigaan dan ketidakpercayaan. Keesaan Allah menetapkan bahwa manusia itu satu sebagai cerminan Allah.
Setiap orang dapat menjaga pikiran serta tindakannya dan melihat apakah semua itu menyatakan sifat-sifat Allah. Ia dapat menyangkal kebencian dimanapun hal itu ditemukannya dan meniadakannya dengan Kasih. Ny. Eddy berkata: “Saya akan mengasihi, jika orang lain membenci. Saya akan menaruh anak timbangan di sisi kebaikan, wujud saya yang sesungguhnya. Hanya inilah yang memberi saya kekuatan-kekuatan Allah untuk mengalahkan segala kejahatan.”4 Hanya kekuatan-kekuatan Allah yang dapat memenuhi keperluan saat ini.
William Milford Correl
1 Miscellaneous Writings, hlm. 12;↑ 2 Yohanes 15:18 (menurut Alkitab Bahasa Inggris);↑ 3 Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 330;↑ 4 Mis., hlm. 104.↑