Dengan rasa syukur yang dalam saya menyampaikan kesaksian tentang kesembuhan ini. Selama beberapa hari saya telah berjuang melawan gejala flu, ketika keadaan itu semakin parah dan saya berpikir mungkin saya terkena radang paru-paru.
Suatu sore, saya terbaring di tempat tidur, mencoba mengetahui dan benar-benar memahami apa yang sejati tentang Allah dan pernyataanNya, manusia. Secara mental saya menegaskan bahwa Allah adalah Kasih, seperti yang kita pelajari dari Alkitab, dan bernalar bahwa Kasih hanya membuahkan kebaikan. Dalam Surat Yohanes yang Pertama kita baca, “Di dalam kasih tidak ada ketakutan: kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan” (1 Yohanes 4:18). Meskipun demikian, saya dicekam rasa ketakutan, dan merasa dihujani dengan pikiran-pikiran yang menakutkan bahwa saya tidak akan hidup lebih lama lagi. Merasa galau, saya bangun dan berjalan menuju ruang di mana suami saya sedang duduk.
Sambil mondar mandir di ruangan tersebut dengan pikiran yang penuh ketakutan, saya minta kepada suami saya untuk menelpon penyembuh yang mendoakan saya. Penyembuh tersebut dengan tenang meminta suami saya untuk memberitahu agar saya “membiarkan Kristus melakukan penyembuhan tersebut.” Ketika suami saya menyampaikan pesan itu, seakan ada sesuatu membasuh saya. Saya resapi kata-kata penyembuh itu. Saya siap dan bersedia menerima sepenuhnya bahwa pesan yang menghibur itu bersumber dari Allah; saya kembali duduk di kursi dan berserah sepenuhnya kepada Allah. Saat itu, saya merasa bahwa sesuatu seakan terkuras dari diri saya, dari ujung kepala sampai kaki. Dengan takjub dan rasa syukur saya bangun dan pergi tidur, terlelap sampai pagi dan sembuh sama sekali ketika bangun.
Lebih dari satu tahun sesudah itu, ketika suami saya dan saya tinggal di kota kecil di pedesaan, saya mulai merasakan kesulitan dalam bergerak secara umum. Tempat tinggal kami yang luas, perlu terus-menerus dipelihara, yang terkadang memerlukan upaya fisik yang cukup berat—kami memiliki kebun yang luas, dan berbagai kandang dengan ternak sapi, domba dan beberapa kuda. Saya sesekali berdoa tentang kesulitan bergerak ini, tetapi keadaan itu tidak teratasi dengan doa saya. Saat itu kami juga dititipi seorang remaja putri yang memerlukan cukup banyak penjagaan dan bimbingan.
Beberapa bulan kemudian kami pindah ke kota lain yang lebih dekat dengan tempat kerja suami saya. Di tempat baru ini, kebun kami lebih kecil dan tidak ada ternak, tetapi masalah pergerakan saya tambah parah. Saya minta bantuan doa dari seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen. Saya menceritakan kepadanya bahwa saya ingin menjadi penyembuh Ilmupengetahuan Kristen penuh waktu tetapi mendapat masalah ini dan saya ingin mendapat bantuan metafisika terlebih dahulu sebelum menjadi penyembuh yang terdaftar. Saya berpikir, bahwa jika saya hendak menyembuhkan orang lain, saya terlebih dahulu harus membuktikan dengan lebih baik kemujaraban Ilmupengetahuan ini untuk diri saya sendiri. Penyembuh itu segera mengetahui apa yang perlu disembuhkan: saya perlu berhenti melawan komitmen kepada apa yang diilhamkan Allah untuk saya lakukan.
Ini merupakan seruan bagi saya untuk bangkit. Apakah saya berpikir bahwa menjadi penyembuh penuh waktu adalah kehendak Allah bagi saya, tetapi Dia harus menyembuhkan saya dari kesulitan ini terlebih dahulu? Apakah saya mengajukan persyaratan kepada Tuhan, Bapa yang mengasihi semua yang mengaruniakan segalanya kepada kita?
Saya meluangkan banyak waktu untuk mempelajari Alkitab dan karya-karya tulis Mary Baker Eddy, terutama bukunya Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, dan berdoa tentang keinginan saya menjadi penyembuh Ilmupengetahuan Kristen yang terdaftar di majalah The Christian Science Journal. Doa saya mencakup juga suatu uluran tangan kepada sesama dan keinginan yang dalam untuk membantu mereka melalui hukum-hukum penyembuhan rohaniah yang menakjubkan yang tersedia bagi setiap laki-laki, perempuan, dan anak-anak. Saya menyampaikan permohonan pendaftaran di majalah Journal ke bagian yang menangani hal tersebut di Gereja Induk, dan tidak lama kemudian saya diterima.
Tetapi saya masih mengalami kesulitan bergerak. Ketika saya mendengarkan Allah untuk mengetahui apa yang harus saya lakukan, tiba-tiba datang pikiran bahwa saya harus secara khusus berdoa untuk mengatasi penyakit yang disebut multiple sclerosis. Mula-mula saya terguncang, tetapi setelah menyadari bahwa Kebenaran ilahi telah menyingkapkan kesesatan ini agar bisa disembuhkan, saya berdoa dengan tekun dan penuh sukacita, menggunakan kebenaran Ilmupengetahuan Kristen untuk menegaskan bahwa kepercayaan palsu itu tidak memiliki kuasa. Saya tekun bekerja dengan Pelajaran Alkitab mingguan yang terdapat di Buku Triwulanan Ilmupengetahuan Kristen, dan menyangkal kepercayaan apa pun yang melawan praktek penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen saya dan kegiatan saya yang sepatutnya dan benar. Dalam waktu singkat, saya terbebas dari keadaan yang membuat saya lemah dan terasa menyakitkan itu. Di tahun-tahun berikutnya kesulitan tersebut tidak kambuh. Menarik bagi saya bahwa begitu saya menangani kepercayaan akan perlawanan terhadap keinginan berpraktek penuh waktu, kesembuhan datang secara wajar melalui pengakuan bahwa tidak ada yang merintangi jalan saya untuk maju.
Saya senang mengingat kata-kata Ny. Eddy di halaman 400 Ilmupengetahuan dan Kesehatan: “Apabila kita menghilangkan penyakit dengan menegur budi yang terganggu dan dengan tidak mengindahkan tubuh, kita membuktikan, bahwa pikiran sajalah yang mengadakan penderitaan.” Penting bagi saya untuk tidak mengindahkan tubuh, dan hal ini mendukung kesembuhan itu. Dari pengalaman ini saya telah belajar bahwa jika Allah mengilhami saya untuk melakukan sesuatu, siapakah saya ini untuk melawan? Mematuhi arahanNya hanya dapat mendatangkan berkat.
Gaylean Haste
Upper Hutt, Selandia Baru