Pada suatu hari lebih dari satu tahun yang lalu saya terbangun dan merasakan suatu ketegangan yang amat sangat di punggung dan di bawah lengan saya. Pikiran pertama saya adalah, “Apa yang menyebabkan hal ini?” Tetapi, dari bukti penyembuhan dalam Ilmupengetahuan Kristen saya tahu bahwa mencari sebab kebendaan dari suatu masalah bukanlah suatu pikiran yang datang dari Allah, yang saya pahami sebagai sepenuhnya baik, dan yang menciptakan dan memelihara kita semua. Maka saya bangkit, berganti pakaian, dan mulai berpikir bagaimana berdoa untuk merasakan dan mengetahui lebih banyak tentang kebaikan Allah akan mendatangkan kesembuhan.
Timbul suatu pikiran yang kelihatannya tidak merugikan: “Jika saya minum secangkir coklat panas, dan duduk dengan tenang, berpikir tentang beberapa kebenaran rohaniah, maka saya akan sembuh.” Tetapi saya tahu bahwa coklat panas dan istirahat di sofa sebagai obat kebendaan tidak akan terlalu bermanfaat bagi saya. Naluri rohaniah membantu saya untuk menggali lebih dalam dan belajar serta bertumbuh secara rohaniah.
Saya terilhami untuk belajar dari buku ajar Ilmupengetahuan Kristen, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy. Saya membuka buku itu secara acak dan membaca di halaman 270: “Kalau kepercayaan bahwa kita sakit menimbulkan penderitaan, dan kepercayaan bahwa kita sehat adalah penawar penderitaan, maka penyakit adalah mental, bukan kebendaan. Dari hal itu kelihatan, bahwa hanya budi insanilah yang menderita dan yang sakit, dan hanya Budi ilahilah yang menyembuhkan.”
Saya bertanya kepada Allah, Budi ilahi, apa yang perlu saya ketahui agar terbebas dari perasaan bahwa saya mengalami ketegangan. Pokok Pelajaran Alkitab minggu itu yang terdapat di Buku Triwulanan Ilmupengetahuan Kristen adalah “Kristus Yesus,” dan Pelajaran itu mencakup kisah bagaimana Maria, ibu Yesus, menerima pesan malaikat bahwa dia akan melahirkan Juruselamat. Maria menjawab, “Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Lukas 1: 38).
Sungguh indah bagaimana Maria menerima tugas yang luhur itu! Betapa dia sepenuhnya menerima dengan ikhlas! Saya berpikir, “Saya perlu mengikuti teladannya mengenai sikap mudah menerima kebaikan.”
Hal itu menyadarkan saya akan fakta bahwa saya telah melawan suatu langkah maju untuk mengikuti suatu pelatihan di kantor. Saya tahu bahwa saya harus membuang kekhawatiran terkait perubahan tersebut dan saya bernalar bahwa Allah sudah selalu membimbing saya mengatasi situasi yang sulit. Dengan mengikuti pelatihan tersebut saya akan menjadi lebih bermanfaat bagi Allah dan sesama.
Meskipun demikian, karena masih merasa sakit, saya ragu untuk pergi membeli beberapa keperluan hari itu. Tetapi dengan cepat pikiran tersebut saya betulkan, mengetahui bahwa Allah, bukan otot, yang menguasai setiap aktivitas saya.
Saya merenungkan penyembuhan-penyembuhan yang dilakukan Yesus Kristus—bahwa semua itu terjadi dengan cepat dan datang dari pandangannya tentang manusia (setiap orang) sebagai cerminan sempurna Allah, Roh. Saya pun cerminan Roh! Saya bersifat rohaniah, tidak diciptakan dari “segumpal sel atau serat yang dapat ditarik dan dikendorkan,” sebagaimana dinyatakan dalam definisi tentang otot dalam sebuah kamus. Allah akan memberi saya kekuatan yang saya perlukan. Saya merenungkan Mazmur 18:33 “Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan dan membuat jalanku rata.” Hari itu saya dapat melakukan apa yang perlu saya lakukan, lalu pulang.
Tiba-tiba, saya sadar bahwa rasa sakit yang saya alami waktu bangun pagi itu telah hilang sama sekali. Keesokan harinya saya kembali bekerja sesuai jadwal dan memenuhi semua kewajiban saya, yang banyak memerlukan kegiatan menarik, mendorong, meregangkan, dan membungkuk. Rasa syukur saya kepada Allah tidak terkatakan.
Ini terjadi beberapa hari sebelum Natal, dan ketika saya berkendara pulang dari kantor saya melihat banyak orang berjalan tergesa-gesa dengan menjinjing belanjaan, ada yang sambil menggandeng anak-anak kecil.
Saya sadar bahwa saya dapat berdoa untuk meredakan tekanan yang dirasakan banyak orang di musim liburan. Natal adalah suatu kesempatan untuk memperbaharui pikiran kita tentang makna yang sesungguhnya dari kedatangan Kristus—Kebenaran yang menyembuhkan yang dinyatakan Yesus dengan demikian jelas dan dijadikan nyata bagi dunia. Hal itu mewakili roh Kasih yang menakjubkan yang perlu kita pelihara di hati kita sepanjang tahun—keselarasan yang tenang, kesediaan membantu sesama dengan menyatakan kasih Kristus. Sungguh menyenangkan mengetahui bahwa doa saya tidak hanya membantu saya tetapi juga setiap orang yang ada di dalam pikiran saya.
Beberapa hari setelah Natal, saya merasakan ketegangan yang sama di bagian tubuh saya yang sama. Tetapi dengan cepat saya menyadari bahwa Allah tidak menghukum kita untuk perbuatan baik, untuk kegiatan yang tidak mementingkan diri sendiri, dan saya menolak untuk percaya bahwa kesembuhan belum terjadi.
Pernyataan berikut dari Ilmupengetahuan dan Kesehatan datang kepada saya: “Ibu-Bapa adalah nama untuk Ketuhanan, yang menunjukkan hubungannya yang mesra dengan ciptaanNya yang rohaniah” (hlm. 332). Ketika membaca pernyataan tersebut, saya merasakan kemesraan dan kehangatan yang dinyatakan seorang ayah kepada putrinya. Hal itu sangat sederhana, tetapi benar: kasih Allah adalah kebenaran, dan Kebenaran ilahi mengalahkan konsep palsu bahwa tubuh atau budi saya dapat menimbulkan rasa sakit atau stres. Pikiran bahwa stres dan ketegangan ditimbulkan tubuh dapat ditolak mentah-mentah. Dengan kesadaran itu, ketidaknyamanan tersebut hilang.
Sesudah kesembuhan ini terjadi, saya mengikuti pelatihan yang diperlukan untuk maju dalam pekerjaan saya. Saya sangat bersyukur untuk suatu bukti lagi bahwa ajaran Yesus relevan dan dapat dipraktekkan pada masa kini.
Mimi Lofgren
Auburn, California, AS