“Hanya berlaku hari ini! Dapatkan suntikan anti flu secara cuma-cuma!”
Spanduk-spanduk cerah yang melambai-lambai diterpa semilir angin akhir musim gugur kelihatannya efektif. Banyak mobil berbelok ke apotik waralaba yang besar di dekat rumah kami. Ketika saya melewati apotik itu, terlintas di benak saya betapa mudahnya menganggap bahwa terjangkit penyakit menular, terutama di musim dingin, adalah wajar, bahkan tidak terelakkan.
Bertanggung-jawab atas kesehatan kita adalah penting. Bagi banyak orang, salah satu pendekatannya adalah mendapatkan suntikan vaksin dan obat-obatan secara musiman, dan sudah pasti saya menghormati dan mendukung orang yang memilih pendekatan tersebut. Tetapi dalam pengalaman saya sendiri, saya mendapati bahwa melalui Ilmupengetahuan Kristen kita dapat secara konsisten melawan asumsi-asumsi bahwa kita akan jatuh sakit, dan melakukan hal seperti itu telah mendatangkan kesehatan yang lebih baik dan lebih bertahan. Doa yang didasarkan pengertian rohaniah akan Allah telah selalu merupakan cara yang andal dan efektif dalam merawat kesehatan saya.
Bagaimana doa seperti ini bisa membantu? Dalam pengalaman saya sendiri, saya melihat bahwa doa ini membuat kita menyadari pandangan yang berbeda secara radikal tentang hidup kita serta dunia di sekeliling kita. Pandangan yang rohaniah ini didasarkan pada pengertian bahwa Allah adalah Hidup ilahi—yang sama sekali baik dan adalah sumber dari segala keselarasan. Oleh karena itu, Hidup yang sama sekali baik, yang hanya menyebabkan kebaikan, dan memelihara keselarasan bagi segala ciptaannya, adalah sumber kesehatan alih-alih penyakit, vitalitas alih-alih kelemahan. Dan fakta ini, jika dipahami, memiliki dampak yang praktis, seperti perlindungan terhadap penularan.
Meskipun biasanya kita menganggap kesehatan sebagai keadaan tubuh jasmaniah yang berubah-ubah, sesungguhnya, kesehatan adalah sifat rohaniah yang tidak berubah-ubah yang bersumber pada Allah. Hal itu bersifat permanen.
Meskipun biasanya kita menganggap kesehatan sebagai keadaan tubuh jasmaniah yang berubah-ubah, sesungguhnya, kesehatan adalah sifat rohaniah yang tidak berubah-ubah yang bersumber pada Allah. Hal itu bersifat permanen. Hal itu didukung oleh Allah dan dipelihara di dalam setiap orang di antara kita di segala musim dan keadaan. Dan kita bisa membuktikan hal ini dalam kehidupan kita sehari-hari yang memungkinkan kita mulai merasakan bahwa kesehatan, bukan penyakit, adalah yang normal.
Kita dapat mengalahkan ketakutan “terjangkit” sesuatu dengan berpegang teguh bukan hanya kepada apa yang benar tentang Allah tetapi juga kepada beberapa kebenaran mendasar tentang diri kita: misalnya, bahwa Allah sebagai Hidup ilahi menciptakan kita dalam gambar dari Hidup—dalam pernyataan hakiki dari segala sesuatu yang adalah Hidup ilahi. Oleh karena itu, sebagai gambar dari Hidup yang adalah Allah, kita tidak pernah bisa menjadi sesuatu yang kurang dari perwakilan sempurna Hidup yang sempurna ini: bersifat rohaniah dan utuh, aman dan penuh vitalitas di setiap musim.
Pertahanan yang terfokus dan penuh doa ini adalah sesuatu yang dapat kita lakukan setiap hari sehingga seluruh konsep kita tentang hidup mulai bergeser. Kita mulai melihat diri kita secara lebih konsisten sebagai keserupaan Hidup ilahi ini—yang pada dasarnya bersifat rohaniah dan tidak ringkih. Hal ini menjadikan kita mampu memerangi ketakutan untuk jatuh sakit dan menyangkal berbagai asumsi yang tersebar luas tentang penularan. Hal ini memungkinkan kita untuk secara cepat dan efektif menolak setiap rincian tentang penyakit menular yang datang kepada kita, entah melalui pemberitaan, obrolan makan siang, atau media sosial—atau bahkan melalui pikiran-pikiran yang seakan berasal dari diri kita.
Ini lebih dari sekedar pemikiran positif. Ini adalah jenis doa yang oleh Mary Baker Eddy, Penemu dan Pendiri Ilmupengetahuan Kristen, dikaitkan dengan doa Yesus yang menurutnya, “adalah pernyataan yang sangat dalam dan saksama tentang Kebenaran — tentang keserupaan manusia dengan Allah dan kesatuan manusia dengan Kebenaran dan Kasih” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 12). Orang pernah bertanya kepada saya apakah jenis doa yang “sangat dalam dan saksama” ini benar-benar dapat efektif dalam mencegah dan menangani penularan. Dengan bersyukur, saya dapat menjawab ya. Memang hal itu benar—dan saya telah melihatnya dalam kehidupan saya sendiri.
Doa dapat mengangkat kita dari pusaran ketakutan, dan dapat menjadi pengaruh yang menenangkan serta menyembuhkan bagi komunitas kita.
Selama bertahun-tahun, saya sering khawatir akan sakit pilek atau mungkin flu selama musim dingin, dan kadang-kadang itu memang terjadi. Tetapi melalui pendalaman saya sendiri akan “pernyataan . . . tentang Kebenaran” dan pengertian yang penuh doa, saya telah bisa melawan ketakutan itu dan mengalahkan saran bahwa penularan tidak dapat dielakkan, dengan melihat serta menerima hanya ciptaan Allah yang sempurna—hanya sifatNya sebagai Hidup ilahi yang dinyatakan dalam vitalitas, kesehatan, dan kebebasan. Ketika saya telah lebih memahami kemahakuasaan Allah, dan ketidakkuasaan apa pun yang tidak menyerupai Allah, maka kekhawatiran saya yang muncul setiap musim dingin serta timbulnya gejala pilek dan flu berangsur lenyap dan saya senang akan fakta bahwa sekarang saya telah terbebas dari gejala penyakit musiman atau penyakit menular selama bertahun-tahun.
Kebetulan? Keberuntungan? Bukti akan gaya hidup sehat yang menyeluruh? Sebenarnya, saya melihat kebebasan yang baru saya temukan ini sebagai penegasan serta pernyataan akan fakta rohaniah tentang kesehatan serta keutuhan kita yang dipelihara Allah.
Apa yang hendak menghalangi kita untuk mengetahui hal ini? Saya belajar bahwa sangatlah bermanfaat untuk mempertimbangkan unsur-unsur mental yang dapat mengurangi keyakinan bahwa kesehatan benar-benar adalah keadaan wujud kita yang wajar, dan salah satu unsur tersebut adalah ketakutan. Misalnya, terus-menerus mendengarkan liputan media tentang penyakit menular dapat menimbulkan ketakutan yang sangat besar yang benar-benar dapat berdampak negatif pada kesehatan manusia. Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan jelas berbicara tentang hal ini ketika menyatakan, “Ketakutan adalah sumber penyakit,…” (hlm. 391).
Mengingat dewasa ini terdapat siklus pemberitaan selama 24 jam terus-menerus, saya melihat jelas bahwa kita bisa mendapatkan dampak positif dengan cara setiap hari menyantap “dosis” akan damai dan kuasa yang timbul dari pandangan yang jernih serta keutuhan rohaniah individual. Doa dapat mengangkat kita keluar dari pusaran ketakutan, dan doa juga dapat menjadi pengaruh yang menenangkan serta menyembuhkan bagi komunitas kita.
Tidak peduli betapa meluasnya penularan—bahkan jika meliputi seluruh dunia—hal itu tidak akan pernah lebih berkuasa dari kehadiran Hidup ilahi yang tidak dapat dilanggar serta meliputi semuanya, yang merangkul setiap orang di antara kita dalam keamanan dan penjagaannya. Dan pengakuan kita akan fakta ini bagi setiap orang di mana pun dia berada, memungkinkan kita, di sini dan sekarang juga, melihat bukti bahwa hanya Allah saja yang benar-benar memerintahi dan memelihara kesehatan kita.