Pernahkah anda merasa putus asa karena telah berdoa lama dan tekun untuk sesuatu dan tidak menerima jawaban? Saat itu dapat dikatakan anda “miskin dalam roh.” Sudah pasti anda merasa memerlukan Allah.
Yesus Kristus meyakinkan kita bahwa hal itu adalah keadaan yang diberkati. Ucapan bahagia pertama sampai keempat, yang dimaklumkan Yesus dalam Khotbahnya di Bukit merujuk kepada keadaan miskin dalam roh atau keinginan akan kerohanian, dan akibat yang membahagiakan yang mengikuti dambaan yang disadari tersebut. Amplified Bible menafsirkan keempat ucapan bahagia itu demikian:
“Berbahagialah [sejahtera secara rohani, diberkati, dikagumi] orang yang miskin dalam roh [mereka yang tidak arogan secara rohani, mereka yang merasa diri tidak penting], karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga [baik sekarang maupun selamanya].
“Berbahagialah [diampuni, diperbaharui oleh kasih karunia Allah] orang yang berdukacita [atas dosa-dosa mereka, dan bertobat], karena mereka akan dihibur [ketika beban dosa diangkat].
“Berbahagialah [hatinya damai, aman secara rohaniah, patut dihargai] orang yang lemah lembut [yang baik hati, yang ramah, yang dapat mengendalikan diri], karena mereka akan memiliki bumi.
“Berbahagialah [bersukacita, dikenyangkan oleh kebaikan Allah] orang yang lapar dan haus akan kebenaran [mereka yang secara aktif mencari pemahaman bahwa Allah menjadikan kita baik], karena mereka akan [sepenuhnya] dipuaskan” (Matius 5:3-6, menurut Alkitab bahasa Inggris).
Terjemahan lain dari ucapan bahagia yang pertama secara ringkas dan tepat menyatakan, “Allah menjadikan bahagia orang yang tahu bahwa mereka memerlukanNya. Kerajaan sorga diperuntukkan bagi mereka” (Worldwide English).
Satu-satunya yang dapat memenuhi keperluan kita akan Allah adalah pertumbuhan rohaniah. Budi insani dan upaya insani tidak bisa mendapatkan apa yang hanya bisa diberikan oleh Roh. Tumbuh dalam Roh berarti menerima lebih banyak pemahaman ilahi dan menjadikannya aktif dan bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari. Artinya kita diilhami sedemikian rupa oleh kebenaran-kebenaran rohaniah yang kita pelajari sehingga kita memiliki keyakinan yang tak tergoyahkan tentang keabsahan serta kuasa dari kebenaran itu. Hal ini memperbaharui pengalaman insani dan menghasilkan kesembuhan.
Suatu kali, murid-murid Yesus bertemu seorang ayah yang sangat putus asa karena anak laki-lakinya terserang penyakit ayan yang seringkali menjatuhkannya ke dalam api atau air sehingga nyawa anak itu terancam. Murid-murid Yesus berdoa bagi anak laki-laki tersebut tetapi tidak bisa menyembuhkannya. Kemudian Yesus berkata kepada ayah itu bahwa semuanya mungkin bagi orang yang percaya, dan ayah itu berteriak, “Aku percaya. Tolonglah aku yang tidak percaya ini!” (Markus 9:24).
Percakapan ini mengandung kunci yang dapat kita gunakan saat ini setiap kali kesembuhan seakan tertunda. Cara untuk keluar dari frustasi dan kekhawatiran adalah memahami bahwa Allah tidak pernah mengucapkan kata-kata yang kosong. Allah adalah satu-satunya sebab, dan FirmanNya adalah hukum yang memelihara keselarasan ciptaanNya. Alkitab menyatakan, “Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yesaya 55:11).
Percaya bahwa semuanya mungkin bagi Allah, seperti yang dianjurkan Yesus kepada ayah yang bersedih itu, memiliki dasar akan pemahaman tentang kuasa Kasih alih-alih mempercayai kemampuan insani. Ketika mengatakan hal yang serupa kepada murid-muridnya, “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya” (Matius 21:22), yang dimaksudkannya adalah lebih dari memiliki pendapat insani yang kuat. Yesus mendorong mereka untuk dengan teguh percaya kepada penjagaan Allah yang lemah lembut serta kesediaanNya untuk memenuhi keperluan manusia.
Inilah inti permasalahan masa ini yang penuh dengan argumentasi yang canggih, keajaiban kebendaan, dan penanggapan tumpul tentang penawar besar berikutnya yang akan segera muncul. Bagaimanakah kita dapat memiliki keyakinan yang kokoh ketika mengalami paceklik dalam kepercayaan akan kuasa Allah? Dapatkah hal itu diperoleh cukup dengan memintanya?
Ketika Yesus bersabda, “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu” (Matius 7:7), dia menggunakan suatu kata kerja yang berarti meminta terus menerus—tetap meminta. Nabi Zakharia berkata, “Mintalah hujan dari pada TUHAN pada akhir masa semi! Tuhanlah yang membuat awan-awan pembawa hujan deras, dan hujan lebat akan diberikan-Nya kepada mereka dan tumbuh-tumbuhan di padang kepada setiap orang” (Zakharia 10:1). Nabi Yehezkiel mendengar Allah bersabda, “Aku akan menurunkan hujan pada waktunya; itu adalah hujan yang membawa berkat” (Yehezkiel 34:26).
Allah adalah sumber dari segala yang baik, dan Dia mencurahkan kasihNya kepada kita setiap saat. Tindakan memohon agar diberkati Roh menujukan perhatian kepada sifat mudah menerima yang kita miliki dan mempersiapkan kita untuk menerima kebaikan yang selalu dicurahkan Allah.
Setelah Yesus bertemu seorang perempuan dekat sumur di Samaria dan meminta minum kepadanya, mereka berbincang tentang air, rasa haus, dan bagaimana dengan benar menyembah Allah sebagai Roh. Suatu ketika Yesus berkata kepada perempuan itu, “Jikalau engkau tahu tentang karunia Allah dan siapakah Dia yang berkata kepadamu: Berilah aku minum! niscaya engkau telah meminta kepada-Nya dan Ia telah memberikan kepadamu air hidup” (Yohanes 4:10).
Makna utama dari doa adalah memohon, meminta. Mungkin sebelum kita dapat percaya bahwa kita akan menerima apa yang kita pohonkan, kita harus mengambil langkah-langkah yang lebih kecil terlebih dahulu dan hanya minta agar bisa percaya, untuk memiliki keyakinan yang teguh bahwa Allah hadir dan mendengar doa kita. Yesus mengetahui keperluan ini dan berjanji bahwa orang yang miskin dalam roh akan menerima kerajaan sorga, atau merasakan kebaikan Allah yang senantiasa tersedia. Yesus membuktikan hal ini kepada ayah dari anak laki-laki yang sakit ayan ketika orang itu dibantu menghilangkan roh ketidakpercayaannya dan anak laki-lakinya disembuhkan.
Jika anda memerlukan iman yang kuat bahwa segala sesuatu mungkin bagi Allah, maka bawalah doa anda ke suatu tempat mental yang sangat anda hargai—apa yang disebut oleh pengarang buku ajar Ilmupengetahuan Kristen sebagai “keheningan tempat kudus keinginan yang sungguh-sungguh” (Mary Baker Eddy, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 15). Tenangkanlah pikiranmu, diamlah, dan undanglah Roh untuk berbicara kepadamu. Mohonlah kepada Allah apa yang perlu anda lihat agar percaya bahwa FirmanNya adalah hukum—benar, tidak tergoyahkan, dan sejati, sekarang juga.
Alkitab menjanjikan, “Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya” (1 Yohanes 5:14, 15).
Tidakkah Allah yang adalah Kasih menginginkan kita untuk merasakan dan mengetahui kehadiran dan kuasa Kasih, dengan tanda-tanda menyembuhkan yang menyertainya? Apa yang kita minta adalah pemahaman akan Ilmupengetahuan ilahi, Roh Kudus, yang menyanggupkan kita untuk menyembuhkan melalui doa.
Yesus menunjukkan bahwa bahkan seorang ayah insani tidak akan memberi ular ketika anaknya meminta ikan. Bukankah terlebih lagi Bapa kita yang di surga akan memberi kita iman, pengertian, keberanian, kekuatan, dan keyakinan yang kita perlukan untuk membuktikan kebenaran-kebenaran Ilmupengetahuan ilahi?
Jika anda merasa miskin dalam roh, tidak bisa membuktikan, letih dan berkecil hati dalam berdoa, janganlah menunda untuk minta agar kuasa Roh, atau Roh Kudus, hadir dalam hidup anda. Hal itu mendatangkan keyakinan surgawi dan rasa berkecukupan dalam segala hal melalui pemberian kasih karunia Allah, yang diberikan dengan cuma-cuma, tidak perlu kita perjuangkan atau dapatkan dengan bekerja tetapi memang harus kita inginkan. Dan jangan kita menolak ketika pemberian yang kita minta itu datang, tetapi kita tindaklanjuti dengan hidup sesuai permintaan kita. Rasa syukur yang terus-menerus untuk karunia akan kecukupan rohaniah dan iman kepada Allah menjamin kita untuk merasakan kelanjutan hal tersebut dalam pengalaman kita.
Ny. Eddy, yang penuh dedikasi mengikuti teladan Yesus dan seorang penyembuh yang sangat berhasil, pada nya suatu kali ditanyakan kapan kita bisa menyembuhkan seperti yang dilakukannya. Dia menjawab: “Ketika anda percaya akan yang anda katakan. Saya percaya akan setiap pernyataan Kebenaran yang saya buat” (Mary Baker Eddy: Christian Healer, Amplified Edition, hlm. 101). Bukankah menakjubkan menyadari bahwa setiap orang di antara kita juga bisa memiliki karunia ilahi untuk percaya akan setiap kata tentang Kebenaran yang kita ucapkan atau baca?
Ny. Eddy mendorong kita untuk berpaling kepada Allah dalam setiap keadaan. “Ingatlah, Anda tidak dapat di bawa ke dalam suatu keadaan, betapapun beratnya, di mana Kasih tidak mendahului Anda dan ajarannya yang mesra tidak menunggu Anda. Karena itu, janganlah putus asa atau menggerutu, karena yang berusaha untuk menyelamatkan, menyembuhkan dan membebaskan, akan membimbing Anda, jika Anda mencari bimbingan ini” (The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany, hlm. 149-150).
Apapun yang anda rasakan sebagai kebutuhan rohaniah anda yang terbesar, mintalah kapada Allah untuk memenuhinya. Dan jika anda tidak segera menerima jawaban yang sertamerta, teruslah memohon, karena doa selalu membawa kita lebih dekat kepada Dia yang berusaha untuk menyembuhkan, menyelamatkan, dan membimbing kita. Seperti anak ayam yang memecahkan dinding telurnya, kita dapat yakin bahwa setiap permohonan yang keluar dari hati membawa kita lebih dekat kepada kemerdekaan yang sepenuhnya dari dunia baru ke mana kita dibimbing untuk memasukinya. Upaya untuk dengan penuh dedikasi memecahkan dinding sedikit demi sedikit memperkuat dan mempersiapkan kita untuk mengembangkan sayap kita dan terbang ke surga.