Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

RASA SYUKUR

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 2 November 2020

Aslinya diterbitkan di edisi November 1950 majalah The Christian Science Journal


Bagi mereka yang sedang bergumul di samudra pemikiran yang fana dan terbatas, Ilmupengetahuan Kristen datang dengan berita yang menakjubkan bahwa rasa syukur adalah kuasa rohaniah yang menyingkirkan semua kesesatan, karena hal itu mendatangkan kepada kesadaran kehadiran yang penuh kasih dan sukacita akan kuasa Allah yang memberi kilasan pertama tentang kuasa yang dikaruniakan Allah kepada manusia.

Rasa syukur membuka pintu kesadaran insani lebar-lebar, dan hidup kita dibanjiri terang yang membimbing kepada semua kebaikan. Pemimpin kita yang tercinta, Mary Baker Eddy, menyatakan di buku Miscellaneous Writings, (hlm. 1), “Untuk menyalakan semua budi dengan sekelumit rasa syukur, ide baru yang datang membuncah dari Kebenaran yang tidak berhingga perlu dipahami.” Rasa syukur perlu dipupuk. Langkah-langkah maju pertumbuhan rohaniah menempatkan penjaga  rasa syukur di setiap pintu pikiran. Penjaga-penjaga ini—ilham, kebahagiaan, dan sukacita—menjaga terhadap kepercayaan budi fana dan membimbing kita kepada pengertian rohaniah, dari mana semua berkat mengalir secara abadi. 

Ilmupengetahuan Kristen meneguhkan fakta bahwa Allah adalah Semua-dalam-semua. Hal itu membuktikan kebenaran yang tidak dapat disangkal tentang ketidakberhinggaan kebaikan. Demikianlah, seorang Ahli Ilmupengetahuan Kristen yang mulai dengan rasa syukur, menemukan, di tengah yang kelihatannya sebagai rintangan, dasar bagi penalarannya pada sisi Allah, kebaikan. Di situlah dia belajar melalui rasa syukur bahwa Allah adalah semua, dan hal ini dengan sendirinya mencakup ketidakberhinggaan. Oleh karena itu, kebaikan tidak bisa dibatasi pada seseorang atau pada suatu tempat. Kebaikan adalah milik semua anak Allah, dan Bapa yang penuh kasih mengaruniakannya secara tidak berat sebelah kepada semua. 

Rasa syukur menghapuskan kekhawatiran akan kekurangan serta ketidakcukupan yang hendak digunakan penanggapan fana untuk mencegah kita menerima apa yang dikaruniakan Allah. Nabi Maleakhi pasti sangat memahami kuasa rasa syukur, yang menyatakan diri dalam berkat yang membanjir, ketika dia menulis (3:10), "Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujiah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan.” 

Dalam langkah-langkah awal yang lemah saat menyatakan rasa syukur, manusia berterimakasih untuk manfaat yang diterimanya. Meskipun demikian, dalam Ilmupengetahuan Kristen, rasa syukur jauh lebih daripada itu, seperti ditunjukkan oleh kata-kata Ny. Eddy di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci (hlm. 3): "Sungguh-sungguh bersyukurkah kita untuk kebaikan yang sudah kita terima? Maka kita akan mempergunakan berkat yang kita miliki dan dengan demikian menjadi layak untuk menerima lebih banyak lagi. Bersyukur hati adalah jauh lebih daripada mengucapkan terima kasih dengan kata-kata saja. Perbuatan lebih menyatakan rasa syukur daripada perkataan.” 

Kadang-kadang rasa syukur kita seakan sangat kering sehingga kita mungkin berkata, “Tidak ada sesuatu pun yang bisa saya syukuri.” Itulah dusta kesesatan. Kita selalu dapat mulai dengan bersyukur untuk Hidup, betapa pun sederhananya penanggapan insani kita tentang hidup. Ini adalah suatu awal. Keinginan untuk menyatakan rasa syukur akan menunjukkan kepada kita apa yang dapat kita syukuri. Kemudian kita mendapatkan keyakinan, iman, dan keberanian kita dikuatkan, kesempatan baru muncul, pertumbuhan rohaniah berkembang, dan kesehatan, damai, dan sukacita dinyatakan. 

Maka pelajar menyadari bahwa keselamatannya tidak datang dari mendapatkan hal-hal kebendaan, melainkan dari sukacita yang terus-menerus akan kesediaan Sang Bapa untuk memberikan semua kebaikan. Rasa syukur ini, atau pengakuan akan kesemestaaan Allah, kebaikan, memenuhi semua keinginan, tidak memberi tempat kepada kepercayaan tentang kekosongan, dompet yang kosong, tanpa pertemanan, tuna wisma, ketidakselarasan, ketidakbahagiaan, penyakit atau maut. 

Rasa syukur menjadikan kuasa penyembuhan Allah nyata. Kebaikan Allah tidak pernah berubah. Hal itu selalu dinyatakan dalam memberi. Ketika hati umat manusia terangkat dari  kegelapan kepada terang, kebenaran yang menyembuhkan pun datang. Ny. Eddy menulis di buku The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany (hlm. 164), “Apakah rasa syukur itu selain camera obscura yang kuat, sesuatu yang memfokuskan cahaya di mana kasih, kenangan, dan semua di dalam hati insani hadir untuk menyatakan terang.” Rasa syukur membawa terang ilahi ke dalam hati manusia, menyembuhkannya, dan menghapuskan kepercayaan akan maut. Rasa syukur menghapus kegelapan penanggapan yang tidak bersyukur dan menjadikan pikiran dapat melihat dan disentuh oleh Kristus yang menyembuhkan. 

Hal ini disaksikan dengan indah oleh penulis beberapa tahun yang lalu. Orang yang paling disayanginya dalam kehidupan insaninya tergeletak menghadapi maut selama berminggu-minggu. Penulis telah melawan semua saran akan ketakutan dan keraguan. Tetapi pada suatu malam, ketika semuanya seakan berada di luar ketahanan insani, dia berseru kepada Allah, “Ya Tuhan, saya bersyukur sejauh saya mengetahui bagaimana cara bersyukur, meskipun demikian saya tahu bahwa jika kita cukup bersyukur maka kita dapat membuktikan kuasa di sini dan sekarang juga.” Dengan seruan itu datang keberanian. Kristus mengatakan kepadanya untuk terus maju. Rasa syukur untuk semua hal di sekelilingnya dinyatakan kembali; dan seiring kesediaannya mematuhi tuntutan Kristus, pikiran bangkit mengakui kesembuhan-kesembuhan yang telah dialaminya melalui Ilmupengetahuan Kristen dan bersyukur untuk pemahaman rohaniah tentang kebenaran-kebenaran agung yang dinyatakan melalui kesembuhan itu. 

Berjam-jam waktu berlalu. Malam berganti pagi; ketakutan hilang. Kamar itu dipenuhi terang yang datang dari pemahaman rohaniah yang dibuktikan. Dengan kebangunan yang penuh sukacita itu datang pesan malaikat melalui kata-kata suatu nyanyian gereja (Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, No. 65):

Berkat Tuhan melimpah
S’panjang jalan kita;
JanjiNya sepenuhnya
Berlaku tiap masa;
Kesemestaan Bapa
Menyatakan seg’ra,
Betapa tidak berbatas
Kasih karuniaNya.

Rasa syukur telah memenuhi pikiran untuk mengetahui bahwa berkat Tuhan melimpah sepanjang jalan kita dan bahwa tidak ada yang perlu ditakutkan. Rasa syukur telah menerangi pikiran untuk mengetahui bahwa janji-janji Tuhan ditepati, dan  bahwa janjiNya adalah Hidup, bukan maut. Kristus yang diberkati, Kebenaran, telah menunjukkan jalan. Hari itu orang yang sangat dikasihinya tersebut bangkit dan berganti pakaian. Kesesatan terbukti tidak berkuasa, dan kuasa yang dikaruniakan Allah kepada manusia dibuktikan. 

Ahli Ilmupengetahuan Kristen terus maju ketika ide-ide Budi ilahi berkembang di dalam kesadarannya. Ide-ide ini selalu datang dari sumber yang tidak habis-habisnya, dan karena itu memberkati serta menyembuhkan umat manusia. Orang yang diresapi rasa syukur selalu berjalan maju dan menerima berkat yang mengalir semakin deras dari Kasih ilahi. Ilham rohaniah senantiasa memberitahunya tentang kesatuan wujudnya yang sejati dengan Allah Ibu-Bapanya. Dengan demikian Kebenaran yang tidak berhingga dipahami, umat manusia diberkati, dan Allah dimuliakan. 

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.