Sesudah Perang Dunia Kedua berakhir, kepada Mohandas K. Gandhi ... ditanyakan apa arti Yesus baginya. Jawaban yang diberikannya diterbitkan di majalah mingguan populer, Liberty.
Bagi saya Yesus adalah guru yang hebat bagi dunia. Bagi para pengikutnya, dia dari dulu, dan sekarang pun, adalah satu-satunya yang tercipta sebagai Anak Allah. Baik saya menerima hal ini atau tidak, apakah itu menjadikan Yesus kurang mempengaruhi hidup saya? Apakah keagungan ajarannya dengan demikian secara otomatis terlarang bagi saya? Saya kira tidak.
Kata sifat “tercipta” bagi saya memiliki arti yang saya pikir lebih dalam dan mungkin lebih besar dari pada artinya yang harfiah. Menurut pikiran saya hal itu menyiratkan kelahiran rohaniah. Dengan perkataan lain, penafsiran saya adalah, dalam kehidupannya sendiri Yesus berada sedekat-dekatnya dengan Allah. Dan dalam pengertian inilah saya melihatnya sebagai Anak Allah.
Tetapi saya percaya ada sesuatu dari roh ini, yang dalam Yesus dinyatakan sepenuh-penuhnya, di antara seluruh umat manusia....
Tidaklah mungkin, menurut pendapat saya, untuk menimbang-nimbang kebaikan berbagai agama yang ada di dunia, dan tidak perlu, bahkan tidak ada gunanya mencoba melakukan hal itu. Tetapi saya percaya, bahwa dalam setiap agama ada kecenderungan yang sama—keinginan untuk membantu dan memperbaiki kehidupan seluruh manusia....
Karena adanya tujuan demikian, dan karena adanya sosok seperti Yesus, saya tidak bisa bersikap pesimis, alih-alih demikian, saya dipenuhi harapan dan yakin akan masa depan. Dan karena hidup Yesus memberi dampak besar serta memiliki makna seperti itu, maka saya tidak menganggap Yesus sebagai milik Kekristenan saja, tetapi milik seluruh dunia, seluruh bangsa di dunia, tidak peduli dengan nama apa mereka beribadah.