Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Cahaya Pentakosta yang memperbarui

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Desember 2021

Aslinya diterbitkan di edisi November 2021 majalah The Christian Science Journal


Jika anda pernah merasa bumi di bawah kaki anda runtuh—seluruh hidup anda menjadi kacau balau—ada banyak sukacita yang menanti untuk memberkati anda dengan lebih dalam dan langgeng daripada yang dapat anda bayangkan. Tepat di mana mungkin rasa putus asa menyandera anda, suatu kehidupan baru dan dorongan yang tidak terbatas siap memperbarui pengalaman anda dengan terang dan Kasih ilahi.

Inilah yang terjadi di hari Pentakosta berabad-abad yang lalu, dan selama bertahun-tahun sejak itu, banyak yang telah menerima suatu dorongan kuat dari ilham dan kebebasan rohaniah ini. Kata pentakosta berarti hari yang ke-50 dan telah diidentifikasikan dengan Roh Kudus lima puluh hari sesudah kebangkitan Yesus. Sebagai bagian dari pertemuan yang lebih besar, para pengikut Yesus telah berkumpul dari berbagai wilayah dan kelompok bahasa, yakin bahwa wahyu yang besar siap diberikan. Mereka tergerak kuat oleh kuasa Roh dan dapat berbicara dan saling mendengar dalam bahasa mereka masing-masing. Di kitab Kisah Para Rasul tertulis, “Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya” (2:4).

Hari Pentakosta adalah pengalaman yang merupakan titik balik dalam hidup para pengikut Yesus. Penyaliban Yesus telah membuat mereka tenggelam dalam kesedihan dan kebingungan. Tetapi dari beban yang berat ini tumbuh pemahaman baru bahwa Kristus, jalan keselamatan, bersifat abadi. Kebangkitan dan kenaikan Yesus ke surga membuktikan bahwa Kasih tidak dapat dihancurkan, dihilangkan, dikuburkan, atau dipungkiri oleh kuasa kebendaan apa pun. Alih-alih demikian, kebencian, ketakutan, dan ketidaktahuanlah yang disingkapkan dan dibuang, dengan demikian membalikkan asumsi akan kekalahan yang tidak berpengharapan.

Sangatlah menyentuh bahwa rangkulan kuat Roh Kudus di hari Pentakosta adalah hasil langsung dari doa Yesus ketika dia masih bersama murid-muridnya. Yesus tidak ingin mereka bingung atau berduka saat dia hilang secara fisik, oleh sebab itu dia berdoa agar mereka mudah menerima suatu Penghibur lain, yang akan tinggal bersama mereka selamanya. Doanya yang khusyuk ini dikabulkan dengan indah dan merupakan bukti yang menyentuh akan kasih Yesus yang tidak kenal lelah bagi semua yang mencarinya. Dari penyaliban dan yang kelihatannya seperti kehilangan yang tidak dapat dikembalikan, datanglah harapan yang tidak terbayangkan.

Ketika kita merasakan kehilangan yang sangat besar dalam hidup kita, kita dapat membiarkan yang kelihatan sebagai kehancuran menjadi suatu terobosan. Dalam pencarian akan sesuatu yang kokoh dan menguatkan, kita dapat dibimbing Roh Kudus untuk menemukan kuasa Kristus yang membarui kita dan memberi kita pemahaman yang jauh lebih langgeng dan baik, akan Kasih. 

Sebelum kebangkitan Yesus, murid-muridnya merasa sangat sedih. Tetapi setelah kenaikannya ke surga, mereka dipenuhi pengharapan bahwa Roh Kudus akan datang kepada mereka. Dan memang itulah yang terjadi. Suatu pengharapan bahwa kita dapat mengalami peluhuran rohaniah seperti itu sekarang ini menggugah banyak orang untuk merenungkan apa yang membuat para murid sanggup secara bersama mengalami transformasi ini.

Buku yang menjadikan Roh Kudus dapat kita rasakan dalam kehidupan kita saat ini, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan  Mary Baker Eddy, menyatakan: “Tiap-tiap saat adalah waktu yang tepat bagi penyembuhan ilahi untuk timbul kembali dan tiap-tiap orang yang meletakkan semua hal ihwal keduniaannya di atas mezbah Ilmupengetahuan ilahi, sekarang juga minum dari cawan Kristus dan diperlengkapi dengan roh serta kekuasaan penyembuhan Kristen” (hlm. 55). Ilmupengetahuan Kristen menjelaskan bahwa setiap penyembuhan, setiap motif yang diperluas dan dimurnikan, dan setiap tindakan yang lebih bebas dari diri, adalah bukti akan Kristus yang secara aktif merubah pikiran kita dan tinggal di hati kita.

Ketika keadaan terasa begitu gelap, ketika itulah kita memiliki kesempatan terbesar untuk mengalami cahaya yang paling murni dan penuh.

Sebagai pengikut Yesus di zaman ini, hati kita pun perlu dibanjiri dengan keinginan besar yang tidak terbendung dan mendesak. Keinginan ini muncul, seperti pada para pengikut Yesus, dengan cara membebaskan diri sepenuhnya dari suatu penanggapan fana akan kebaikan, kebenaran, keselamatan, dan kerohanian. Sesungguhnya keinginan kita yang terdalam sering kali timbul saat kita sangat merasakan keperluan untuk mendapatkan arahan, penghiburan, kesehatan. Secara insani mungkin kita merasa hati kita kosong, tetapi kekosongan ini justru meluangkan tempat bagi Kristus, yang mengganti ketergantungan, kepercayaan, dan ketakutan yang telah usang. Ini adalah masa introspeksi, perjuangan, bahkan  keputusasaan. Tetapi dalam peperangan sengit ini, kejujuran dan perikemanusiaan maju ke depan dan mendorong kita untuk berpikir kembali secara total—untuk melihat lebih tinggi kepada kuasa yang tunggal dan sesungguhnya, yang lebih besar, lebih bijak, lebih kuat daripada diri kita sendiri. 

Guna mencapai akar kefanaan dan menggali kebohongannya yang tersembunyi perlu persiapan matang—wawasan yang tajam, kejujuran yang blak-blakan, dan jerih payah yang melupakan diri sendiri. Pekerjaan mental ini memperdalam iman kita, menjadikan kasih kita bebas dari diri, dan meningkatkan ketahanan rohaniah kita. Setiap kali kita mengalahkan ketakutan bahwa semua yang kita korbankan dan kerjakan dapat disapu oleh ketidaktahuan atau kejahatan, kita tumbuh dalam kasih karunia dan kepercayaan kita kepada Allah.

Ketika berumur lima tahun, ayah saya sekarat karena penyakit kanker dan polio. Orang tuanya telah melakukan semua yang mereka ketahui untuk menyelamatkannya, termasuk berobat kepada lima orang dokter terbaik di negeri itu. Pada akhirnya para dokter itu angkat tangan dan menghentikan pengobatan, mengatakan bahwa tidak ada harapan dan bahwa anak itu tidak akan hidup lebih lama dari 24 jam.

Seorang tetangga mengetahui keadaan yang menyedihkan tersebut dan datang ke rumah mereka membawa satu buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan. Meskipun tetangga itu bukan pelajar Ilmupengetahuan Kristen, dia memberitahu kakek saya bahwa dia mendengar kalau buku itu dapat menyembuhkan.

Kakek adalah seorang Kristen yang saleh dan menerima buku itu dengan pikiran terbuka dan hati yang mendambakan harapan. Kakek segera mulai membaca buku itu. Setelah empat hari, dua orang dokter yang mengobati anak itu datang ke rumah karena mereka tidak melihat berita duka tentang anak itu di surat kabar. Ketika melihat anak itu masih hidup, mereka mengatakan bahwa dia tidak akan pernah bisa berbicara atau berjalan lagi. Meskipun demikian, dalam dua minggu, anak itu sembuh sama sekali, dan selanjutnya menjalani kehidupan yang sangat aktif, termasuk tugas berat ikut berperang dalam Perang Dunia II.

Dengan sendirinya kakek dan nenek saya sangat bersyukur untuk kesembuhan yang menakjubkan ini. Saat itu mereka tinggal di kota yang sekarang disebut Karachi, di Pakistan (saat itu Pakistan adalah bagian dari India yang merupakan jajahan Inggris), dan tidak ada gereja yang dekat di wilayah itu. Oleh karena itu, kakek dan nenek memulai kebaktian gereja di rumah mereka dan mengundang tetangga mereka orang-orang India untuk bergabung. Kakek saya, seorang Inggris, mendukung kemerdekaan India dan dipercaya oleh masyarakat setempat. Banyak orang datang kepadanya dan membawa kerabat mereka untuk disembuhkan.

Kakek telah menyerap kebenaran yang diwahyukan di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan sebagai roh Kristus yang menyelamatkan hidup. Penerimaan yang dalam dan murni akan pesan Allah kepada umat manusia ini merubah pengalamannya serta pengalaman keluarganya dan membawa mereka ke jalan kesembuhan dan kebaruan rohaniah, yang sejak saat itu mereka alami dengan cara-cara yang tidak terhitung banyaknya.

Penyerahan diri kita yang penuh kerendahan hati meningkatkan komitmen kita untuk percaya kepada Allah di saat menghadapi masalah. Hal itu menyanggupkan kita berbuat kebaikan, meskipun kita mungkin ditindas, diabaikan, atau dicela untuk hal ini. Hal itu memperluas kasih kita secukupnya guna menerima arus masuk Roh murni yang memperbarui jiwa. 

Ketika kita mengalami penyembuhan yang kudus, akan pemikiran dan tindakan rohaniah, kita memperoleh suatu perasaan yang tidak bisa dilukiskan bahwa kita dikasihi Wujud Ilahi, bahwa kita dihargai dan dikasihi oleh Hidup itu sendiri, dan tidak sesuatu pun di dunia ini terasa seindah perasaan damai dan sukacita yang diilhami ketakjuban itu. Hal ini sering diikuti keinginan yang dalam dan tulus untuk bersatu dengan dan berkomitmen secara lebih konsisten kepada ajaran dari utusan-utusan Allah.

Fakta lain yang masih berkaitan, yang dicatat oleh penulis kitab Kisah Para Rasul adalah bahwa Roh Kudus telah turun pada para murid hanya ketika “semua orang percaya berkumpul di satu tempat” (Kisah 2:1). Para murid harus belajar tentang kesatuan Roh ini selangkah demi selangkah. Mereka telah ditantang untuk menerima orang dari berbagai bahasa dan budaya untuk beribadah dan makan bersama mereka. Dan mereka harus tumbuh melampaui ego yang penuh persaingan yang berlomba untuk dilihat sebagai yang paling bijak, paling saleh, atau paling benar.

Catatan Alkitab tentang Pentakosta menunjukkan bahwa kita tidak perlu menuntut atau bersaing untuk mendapatkan berkat dari pembaruan yang mendalam ini. Hukum Allah telah menjadikannya tersedia buat setiap orang. Ketika kita mengidentifikasi dan secara aktif merangkum unsur-unsur di dalam pikiran yang melenyapkan ketergantungan kepada hal yang kebendaan serta sistem kepercayaan yang berdasarkan zat, maka jalan terbuka bagi kita untuk merasakan dan diperbarui oleh Roh Kebenaran ini. Terang yang kita peroleh dari fakta bahwa kesatuan dan keselarasan yang sesungguhnya bersifat rohaniah—jauh melampaui jangkauan statistik yang tidak bisa diandalkan, pendapat yang usang, dan keterbatasan kebendaan yang dikenakan pada diri sendiri—menunjukkan wawasan yang kuat ke dalam sifat kesejatian. Hal itu membebaskan kita untuk bersama-sama menyerap dalam-dalam dorongan yang menyembuhkan, yang wajar, cerdas, memperbaiki, dan memperbarui, dari Roh.

Ketika keadaan tampak sangat gelap, saat itulah kita memiliki kesempatan terbesar untuk mengalami cahaya yang paling murni dan penuh. Inilah janji Kristus melalui setiap pencarian yang menyayat hati: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:20). Kebenaran ini, yang menyertai kita semua, yang ada di dalam kita semua, dan tanpa henti mendesakkan diri kepada kita semua, membebaskan hidup kita dari penderitaan, ketakutan, dan kesedihan, dan mengisinya dengan keindahan serta pandangan ilahi.


Berpeganglah terus-menerus pada pikiran ini,— bahwa ide yang rohaniah, Roh Kudus dan Kristus, itulah yang menyanggupkan kita untuk membuktikan dengan kepastian ilmiah aturan penyembuhan, yang didasarkan atas Asas ilahinya, Kasih, yang mendasari, melingkupi, dan merangkum segala wujud yang sejati.

—Mary Baker Eddy, Ilmupengetahuan dan kesehatan dengan kunci untuk kitab Suci, hlm. 496

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.