Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Mengenakan jubah yang tidak terbagi-bagi

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 20 Juli 2021

Aslinya diterbitkan di edisi Januari 1996 majalah The Christian Science Journal


Mereka yang mempraktekkan Ilmupengetahuan Kristen dengan sungguh-sungguh segera menemukan bahwa Allah adalah penyembuh terbaik dan pada akhirnya satu-satunya penyembuh dari segala kesulitan. Karena mereka membuktikan hal ini bagi diri sendiri secara  meyakinkan, mereka tidak merasa perlu untuk mencari cara penyembuhan yang lain, baik untuk penyakit atau untuk masalah lain apa pun.   

Kuasa Allah yang sama, yang menyembuhkan penyakit dan idap-idapan tersedia untuk menangani segala keperluan—apakah itu dalam bisnis atau perhubungan pribadi atau aspek lain dalam kehidupan kita. Tetapi seringkali ada godaan untuk menghadapi tantangan dengan cara-cara konvensional alih-alih berpaling sepenuhnya kepada kuasa Kebenaran dan Kasih ilahi.  

Ketika berbicara bahwa kuasa Kekristenan tidak hanya berlaku atas dosa, tetapi atas penyakit dan maut juga, Mary Baker Eddy menulis, “Kita harus mencari jubah yang tidak terbagi-bagi, yakni seluruh Kristus, sebagai bukti kita yang pertama akan Kekristenan, karena hanyalah Kristus, Kebenaran, yang dapat memberi kepada kita bukti yang mutlak.” 1

Pendekatan terbaik untuk menangani suatu masalah adalah melalui doa. Tetapi orang yang tidak mengenal kuasa doa yang benar seringkali berpikir bahwa ini tidak cukup, dan diperlukan beberapa langkah lebih jauh untuk melengkapinya. Tetapi doa itu sendiri adalah suatu kegiatan yang penuh kuasa dan efektif. Berdoa adalah hal yang dilakukan banyak sekali orang untuk memanfaatkan kuasa yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia. Banyak, banyak sekali orang telah membuktikan bahwa doa adalah satu-satunya langkah yang diperlukan untuk menyembuhkan suatu penyakit, menyelesaikan konflik pribadi, atau membuahkan transaksi bisnis yang berhasil. Tetapi seringkali kekhawatiran, ketidaksabaran, frustasi, atau ketidak-percayaan kepada Allah menyebabkan kita bersandar kepada langkah-langkah lain alih-alih kepada doa yang gigih dan menyeluruh, yang menyembuhkan secara tuntas dan permanen.  

Suatu aspek penting dari doa seperti itu adalah penggunaan apa yang diistilahkan Ilmupengetahuan Kristen sebagai penanggapan rohaniah. Ini adalah kemampuan yang dikaruniakan Allah kepada kita untuk mendapatkan pandangan yang benar akan kesejatian, dengan melihat melampaui kabut penampakan kebendaan kepada kebenaran rohaniah tentang keadaan tersebut—yakni, kesejatian akan pemerintahan serta penjagaan sempurna Allah bagi manusia. 

Ketika seorang Ahli Ilmupengetahuan Kristen tidak bersedia menganalisa atau mendiagnosa suatu kesulitan, atau tidak mau terlibat dalam suatu perdebatan tentang masalah tertentu, dia sering dituduh menyembunyikan kepalanya di dalam pasir, atau mengabaikan masalahnya. Ketika dia menolak untuk mengakui bahwa yang dikatakan penanggapan jasmaniah itu benar, dan alih-alih demikian gigih berpegang pada fakta yang ditunjukkan penanggapan rohaniah, dia sering dianggap sebagai “pemimpi.” Tetapi yang sesungguhnya dilakukannya adalah mengangkat kepalanya di atas awan—kebalikan mutlak dari menyembunyikan kepalanya di dalam pasir. Karena dia mengangkat pandangannya kepada Allah untuk mengetahui kesejatian dari keadaan yang dihadapinya, dan hal ini mau tidak mau mendatangkan kesembuhan. 

Kita dapat mengumpamakan penanggapan rohaniah sebagai radar yang sangat penting bagi keamanan navigasi pesawat terbang. Radar telah menjadi alat yang sangat penting pada penerbangan, terutama untuk mendaratkan pesawat ketika ada kabut. Alasan mengapa radar sangat berguna adalah karena radar tidak melihat masalahnya—yakni kabut itu. Kalau radar mengukur kepadatan kabut, menunjukkan dari mana datangnya, dan menayangkan di layar komputer berbagai data mengenai kabut bagi pilot, maka alat itu tidak akan berguna. Dan pilot juga tidak minta para penumpang untuk melihat kabut dari jendela mereka dan memberi pendapat tentang hal itu. Tidak satu pun laporan mereka akan bermanfaat. Pilot tidak ingin tahu tentang kabut itu; dia ingin tahu tentang bandar udara! 

Dengan cara yang sama, penanggapan rohaniah berguna justru karena tidak melihat masalah—penanggapan rohaniah melihat apa yang sesungguhnya terjadi. Melibatkan diri kita dalam analisa yang rinci tentang suatu masalah (baik itu penyakit, tulang yang patah, pasangan yang tidak setia, keadaan bisnis yang tidak jujur, atau apa pun juga) mengalihkan perhatian kita dari pandangan rohaniah, yang, dalam arti yang sebenar-benarnya, adalah satu-satunya hal yang penting untuk dipertimbangkan. 

Ny. Eddy memperingatkan akan bahaya menujukan perhatian kita pada kesaksian penanggapan jasmaniah serta mendukung keabsahannya. Setelah melukiskan cara yang benar untuk menyembuhkan penyakit dengan sarana rohaniah, dia menulis, “... jika proses dan kuasa mental ini dibalikkan, dan orang percaya bahwa seseorang sakit dan mengetahuinya, dan berbicara tentang orang itu bahwa dia sakit, membuat orang-orang lain percaya bahwa dia sakit, menyiarkannya di suratkabar bahwa kesehatannya menurun, dan terus melakukan tindakan budi atas budi ini, akibatnya dia akan percaya bahwa dia sakit,—dan Yesus bersabda bahwa hasilnya akan sesuai dengan yang dipercayai perempuan itu; tetapi jika dengan kepastian Ilmupengetahuan dia mengetahui bahwa kesesatan suatu kepercayaan tidak memiliki kuasa Kebenaran, dan tidak dapat serta tidak menghasilkan akibat apa pun, maka hal itu tidak memiliki kuasa atasnya.” 2

Nasihat ini jelas, tetapi betapa halusnya budi yang kedagingan berusaha menyalahgunakan praktek Ilmupengetahuan Kristen dengan membuat kita sangat terlibat dalam keingintahuan tentang kejahatan, membahasnya, dan membangun gejala-gejalanya. Penanggapan kebendaan tentang berbagai hal ini dapat diumpamakan seperti kabut yang naik dari bumi.3

Penyelesaian masalah yang benar-benar efektif dalam Ilmupengetahuan Kristen adalah berpaling dari kesaksian kebendaan dan membiarkan penanggapan rohaniah menunjukkan yang diketahui Allah tentang keadaan tersebut. Dan yang diketahui Allah selalu adalah keselarasan yang telah ditetapkan dan dipeliharaNya. Dalam mengetahui kebenaran inilah kita menemukan kebebasan dari kesesatan itu, seperti diberitahukan Yesus kepada kita.4

Rasul Paulus berkata, "Memang kami masih hidup di dunia, tetapi kami tidak berjuang secara duniawi, karena senjata kami dalam perjuangan bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang diperlengkapi dengan kuasa Allah, yang sanggup untuk meruntuhkan benteng-benteng. Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus." 5 Petikan ini menyimpulkan pekerjaan yang harus dilakukan dalam setiap kasus—menolak budi yang kedagingan dan pernyataannya bahwa budi itu mengetahui sesuatu yang tidak diketahui Allah, dan menyesuaikan setiap pikiran dengan sifat Kristus, dengan rendah hati menundukkan diri kepada Kebenaran dan Kasih, yang menunjukkan kesejatian dari keadaan tersebut. 

Budi yang kedagingan dan fana mengatakan bahwa jika doa kita tidak dengan cepat mendatangkan hasil yang kita harapkan atas suatu keadaan tertentu, mungkin kita harus berpaling kepada cara kebendaan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tetapi apa yang kita anggap sebagai kuasa yang tertinggi? Tidak ada kuasa yang lebih tinggi dari Allah, oleh karena itu tidak ada cara yang lebih tinggi daripada berdoa untuk menyembuhkan masalah fisik. Jika kita harus mengenakan jubah yang tidak terbagi-bagi, maka pengertian ini harus membimbing kita tidak hanya pada kasus masalah fisik tetapi segala masalah yang kita hadapi. 

Alih-alih meninggalkan kita dengan kekhawatiran sekecil apa pun bahwa zat, cara-caranya yang ringkih, yang disangkakan sebagai hukum-hukum dan penilaian-penilaiannya, adalah otoritas terakhir, Ny. Eddy menegaskan bahwa Roh adalah di atas segala-galanya dan memberitahu kita di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan bagaimana menangani kasus-kasus yang sulit: “Makin sulit rupanya keadaan kebendaan yang harus dikalahkan oleh Roh, makin kuatlah seharusnya iman kita dan makin murni kasih kita." 6  Selanjutnya, Ilmupengetahuan Kristen menjadikan jelas kepada kita bahwa kita tidak bisa mencampur cara insani dengan cara rohaniah. Ilmupengetahuan dan Kesehatan  menyatakan: "Tidaklah mungkin bekerja berdasarkan dua pendirian yang berlainan. Jika kita mencobanya, dengan segera kita akan ‘setia kepada [yang satu] dan tidak mengindahkan yang lain.'" 7 Dalam menghadapi Goliat, si raksasa, Daud tidak menggunakan baju zirah yang diberikan raja kepadanya. Mungkin dia sadar bahwa dia tidak bisa menggunakan sepenuhnya kuasa Allah kecuali dia menanggalkan cara-cara kebendaan. 

Bagaimana jika kita berdoa untuk seseorang yang perlu bimbingan dalam situasi yang sangat sulit? Sebagai penyembuh yang menangani kasus-kasus seperti itu, saya tidak pernah merasa bahwa tugas saya adalah mengetahui jalur yang harus diambil pasien agar saya dapat menasihatinya tentang langkah insani yang harus diambilnya. Saya lebih suka berdoa dengan pemahaman bahwa pasien selalu satu dengan Budi ilahi, dan bahwa Budi yang mahatahu ini akan membimbing langkah-langkahnya. 

Pada awal karir saya sebagai penyembuh Ilmupengetahuan Kristen yang terdaftar, seorang wanita menelpon minta bantuan untuk mengatasi masalah fisik yang sudah lama dideritanya. Saya bersedia berdoa baginya. Beberapa hari kemudian dia menelpon dengan hati penuh rasa syukur untuk kesembuhannya yang tuntas. Dia mengatakan bahwa dia juga bersyukur bahwa saya telah melihat penyimpangan moral yang dilakukannya bertahun-tahun sebelumnya, dan dia telah mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki akibat dari kesalahan yang diperbuatnya. Saya sama sekali tidak tahu mengenai penyimpangan moral yang dibicarakannya. Saya tidak berdoa untuk mengetahui apa yang salah dengannya; saya berdoa untuk mengetahui apa yang mutlak benar tentang dirinya sebagai gambar Allah yang sempurna. Kebenaran ini mengungkapkan kepada orang yang perlu mengetahuinya, kesesatan apa yang perlu dibetulkan, dan bagaimana membetulkannya. 

Mengapa perbedaan ini dalam cara kita menghadapi tantangan penting? Cara yang sepenuhnya rohaniah tidak saja yang paling efektif; cara itu mendatangkan berkat kepada dunia melalui pengenalan yang semakin baik tentang kuasa Allah, Roh, dan kepraktisan Ilmupengetahuan Kristen. Sebaliknya, penggunaan cara-cara kebendaan, bahkan meskipun kelihatannya berhasil, cenderung untuk menguatkan kepercayaan dan pergantungan kepada yang disebut sebagai kuasa kebendaan—kebalikan dari pesan yang diberikan Yesus kepada umat manusia.  

Selain itu, kasih rohaniah yang merupakan intisari dari praktek murni akan Ilmupengetahuan Kristen membuat kita lebih menghargai sesama dan lebih menyatakan kasih persaudaraan. Tidak ada yang lebih berkuasa daripada kasih yang mencerminkan Kasih ilahi, dan setiap hari memberi kita kesempatan baru untuk membuktikan kebenaran ini dalam segala segi kehidupan kita.   

1 Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 142. 
2 Miscellaneous Writings, hlm. 220-221. 
3 Lihat Kejadian 2:6. 
4 Lihat Yohanes 8:32. 
5 2 Kor. 10:3-5. 
6 Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 410.
7 Idem, hlm. 182. 

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.