Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Pertahanan diri sehari-hari yang bersifat rohaniah

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Maret 2021


Ketika mula-mula saya mempelajari Ilmupengetahuan Kristen, saya berfokus untuk mengisi pikiran saya dengan kebenaran serta kuasa yang telah ditemukan Mary Baker Eddy. Saya senang berbicara dengan para pekerja dan penyembuh yang lebih berpengalaman dalam Ilmupengetahuan ini. Mereka terkadang akan menunjukkan, bahwa saya benar dengan menekankan sisi-sisi positif ketika menyelidiki Kebenaran ilahi, tetapi saya tidak selalu bersedia menyelidiki kebalikannya yang bersifat hipotetis, yang oleh Ny. Eddy disebut kesesatan

Ilmupengetahuan Kristen menggunakan Kebenaran sebagai salah satu nama lain untuk Allah, dan juga menggunakan kata itu sebagai istilah yang menggambarkan hukum-hukum Allah, atau Ilmupengetahuan ilahi. "Kebenaran," tulis Ny. Eddy, "adalah kecerdasan Budi baka [Allah]. Kesesatan adalah yang disebutkan sebagai kecerdasan budi fana" (Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 282).

Di saat-saat awal itu, sikap saya sesuai benar dengan gambaran berikut: “Banyak orang yang bersedia membukakan mata manusia supaya mengetahui kekuasaan kebaikan yang diam dalam Budi ilahi, tetapi mereka kurang bersedia untuk menunjukkan kejahatan dalam pikiran insani, dan menyingkapkan jalan-jalan mental dan tersembunyi yang dipergunakan kejahatan untuk melakukan kekejian” (hlm. 570-571). Memeriksa “jalan-jalan mental dan tersembunyi yang dipergunakan kejahatan” mungkin mula-mula kelihatannya menakutkan atau menyedihkan. Tetapi maksud pemeriksaan ini adalah untuk menyingkapkan ketidaksesuatuan dan ketidakkuasaan kejahatan, baik dalam bentuk penyakit, kebencian, kekurangan, atau tahap kehidupan fana yang mana jua pun.  

Berkedok sebagai pikiran kita sendiri, kesesatan selalu menyatakan dirinya sejati, dan berusaha menipu kita untuk menerima kejahatan sebagai fakta yang nyata. Tetapi dengan melihat kesesatan dari sudut pandang Ilmupengetahuan Kristen—alih-alih merasa sedih ketika memeriksanya—kita diperkuat dengan perasaan memiliki kuasa yang hanya diberikan oleh penanggapan rohaniah yang memberi terang. Allah juga adalah Hidup, dan Allah itu baik. Dia menyatakan sifatNya dalam kemampuan yang tidak dapat dihancurkan dan tidak berhingga yang mencirikan wujud kita yang sejati.

Selama kita percaya bahwa hidup bersifat kebendaan dan ringkih, akan ada keperluan untuk melihat kejahatan sebagai gambar palsu yang bersifat mental, dan mempertahankan diri kita terhadapnya. Untuk maksud ini, Ny. Eddy memberikan bimbingan berikut kapada para pelajar Ilmupengetahuan Kristen: “Adalah kewajiban tiap-tiap anggota Gereja ini untuk setiap hari mempertahankan diri terhadap saran mental yang agresif, dan tidak membiarkan dirinya tergoda untuk melupakan atau melalaikan kewajibannya terhadap Allah, terhadap Pemimpinnya, dan terhadap umat manusia. Dari perbuatannyalah ia akan dinilai—dan dibenarkan atau disalahkan” (Buku Pedoman Gereja Induk, hlm. 42). Meskipun Ny. Eddy secara khusus berbicara kepada para anggota Gerejanya, bimbingan ini dapat membantu siapa saja yang mencari kebebasan dari penjajahan mental itikad jahat, ketakutan, penyakit, kesedihan. Bagi saya, “bagaimana” mendapatkan kebebasan terletak dalam bagaimana saya menanggapi ketiga kewajiban yang tertulis dalam Anggaran Dasar ini.  

Berpikir tentang kewajiban saya terhadap Allah, pertama-tama saya merasa perlu untuk mengakui keberadaan serta kekuasaan Allah—untuk menyadari bahwa tidak ada kekuasaan atau keberadaan selain Allah dan ciptaanNya. Saya juga perlu melihat bahwa Allah adalah Roh yang tidak berhingga, sebagaimana digambarkan dalam Alkitab tentang Allah. Karena Roh meliputi segalanya dan tidak bersifat kedagingan, zat pastilah tidak sejati.

Salah satu jenis “saran mental yang agresif” adalah pikiran bahwa mempercayai keselaluhadiran Roh adalah terlalu sulit, karena kesaksian alam semesta kebendaan terlalu meyakinkan untuk disangkal. Meskipun demikian, saya tidak perlu menyadari sifat ilahi melalui usaha insani semata. Roh senantiasa memberikan kesadaranNya akan kesejatian rohaniah kepada setiap orang di antara kita. Bahkan sebelum saya mencapai titik di mana seluruh pandangan kebendaan tentang hidup lenyap dari kesadaran saya, saya dapat mengalami akibat dari perohanian pikiran ini, ketika keterbatasan dan ketidakselarasan zat mengabur di bawah terang pemahaman bahwa Roh adalah substansi. Saya telah mengalami kesembuhan yang tidak terhitung jumlahnya dalam Ilmupengetahuan Kristen dengan cara ini, setiap kesembuhan menegaskan kuasa serta kehadiran Roh dalam hidup saya. 

Cara lain untuk memenuhi kewajiban saya terhadap Allah adalah bersyukur karena Dia adalah Kasih, yang menyediakan semua yang baik dan memuaskan  bagi ciptaanNya. Rasa syukur menggantikan saran yang agresif bahwa saya dapat kekurangan sesuatu yang diperlukan, atau menjadi korban dari suatu keadaan atau pengaruh yang jahat.  

Saya memandang Allah sebagai sumber dari seluruh wujud saya, sebagai sumber dari segala yang adalah saya, semua yang saya miliki, semua yang saya rasakan.   

Allah juga adalah Budi yang mahacerdas. Memahami fakta ini berarti menyangkal argumen yang menggoda bahwa dapat terjadi kesalahan dalam bimbinganNya serta pengendalianNya atas hidup kita. Selain mengakui bahwa Allah adalah Kasih dan Budi, saya pun senang untuk berserah diri kepada Allah yang adalah Jiwa, dengan memahami bahwa Dia terus-menerus meluhurkan hati saya dengan sukacita, keriangan, dan kepuasan. 

Kewajiban saya terhadap Allah juga mencakup perlunya memahamiNya dengan jelas, dan tidak melemahkan pemahaman ini dengan menerima apa pun yang kurang dari persepsi yang semurni-murninya akan sifatNya yang sempurna—dan, sesuai yang tertulis dalam Alkitab, mata Allah itu “terlalu suci untuk melihat kejahatan” (Hab. 1:13). Saya memandang Allah sebagai sumber dari seluruh wujud saya, sebagai sumber dari semua yang adalah saya, semua yang saya miliki, semua yang saya rasakan. Dengan pertahanan diri dan doa untuk diri sendiri seperti ini, saya mampu melawan saran apa pun yang menggambarkan kekurangan, depresi, iritasi, ketakutan, atau frustasi sebagai bagian dari ciptaan Allah. 

Mary Baker Eddy menemukan Ilmupengetahuan, atau hukum-hukum ilahi, yang menjadikan Yesus Kristus mampu menyembuhkan. Saya memenuhi kewajiban saya terhadap Ny. Eddy, Pemimpin yang diilhami bagi mereka yang mempraktekkan Ilmupengetahuan ini, dengan menerima bahwa penemuannya akan Kebenaran yang diwahyukan secara ilahi adalah otentik. Saya menerima pedoman untuk berpikir secara rohaniah yang diberikannya kepada mereka yang mempraktekkan penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen, dan berdoa untuk mengetahui bahwa tahap pemikiran duniawi apa pun tidak dapat mendiskreditkan penjelasan yang lengkap tentang Kebenaran ini.  

Saya juga menganggap penting untuk mempertahankan diri terhadap saran yang agresif bahwa dengan adanya demikian banyak tuntutan dan kegiatan, saya tidak mempunyai waktu untuk belajar dan berdoa dengan secukupnya. Atau, bahwa saya tidak mempunyai waktu untuk berpartisipasi dalam berbagai saluran untuk maju serta pelayanan yang dijabarkan dalam Buku Pedoman, seperti mengikuti kebaktian-kebaktian gereja pada hari Minggu dan Rabu, dan mendukung ceramah Ilmupengetahuan Kristen. Ny. Eddy menunjukkan bahwa peraturan-peraturan dalam Buku Pedoman tersebut dirancang untuk meningkatkan pengertian serta kemampuan kita untuk menyembuhkan (lihat The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany, hlm. 230).

Selain pertimbangan waktu yang biasa dikemukakan, ada argumen bahwa kegiatan lain lebih nyata, menarik, atau memuaskan daripada kegiatan rohaniah secara mental yakni bekerja dan berdoa dengan ide-ide yang datang dari Allah. Tetapi Ilmupengetahuan Kristen menggenapi janji Yesus Kristus: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10). 

Segala sesuatu tentang pertahanan diri sehari-hari yang ilmiah ini meresapi kegiatan saya dan perhubungan saya dengan sifat ilahi Allah, dan memperkayanya. Saya tidak perlu menjabarkan bagaimana janji akan kelimpahan yang sesungguhnya ini akan terwujud. Saya dapat membiarkan Budi ilahi membimbing kejadian-kejadian dalam hidup saya, dan kemudian merasakan kebebasan serta ilham dari apa yang disediakan Allah. Alkitab dan Ilmupengetahuan dan Kesehatan menjadikan kebenaran-kebenaran ini jelas, dan yang hanya perlu saya lakukan adalah menerima bahwa semua itu benar. 

"Kewajiban saya terhadap umat manusia” mendorong saya untuk cukup mengasihi setiap orang untuk melihatnya sebagai ide rohaniah Budi, yang menyatakan sifat Allah sebagai Pencipta kita semua. Mengingat semua masalah yang ada di dunia—penyakit dan penderitaan jasmani yang tersebar luas, kemiskinan, peperangan, belum lagi banyaknya kecanduan dalam berbagai bentuk yang memperbudak—wajarlah untuk ingin melawan serangan terhadap kesejahteraan umat manusia ini. Saya melakukan hal itu dengan mempertahankan di dalam doa saya integritas rohaniah manusia—istilah yang umum untuk semua anak-anak Allah, laki-laki dan perempuan—sebagai diciptakan dalam keserupaan ilahi.  

Sebanding saya menerima bahwa keadaan yang merusak adalah sejati bagi orang lain, saya menyetujui kemungkinan masalah tersebut memasuki hidup saya. Tetapi, kalau dengan sadar saya menyangkal dalam doa saya sehari-hari bahwa Allah dapat menciptakan atau mengirimkan penderitaan seperti itu, saya memperkuat watak saya dengan semakin menyatakan identitas saya yang asli sebagai keserupaan Allah. Dan melalui pemikiran dan hidup yang benar dengan cara itu, saya mendapati bahwa saya dapat mengangkat orang-orang di sekitar saya. Saya dapat membantu mereka melihat bahwa jika kita mematahkan bagi diri kita sendiri genggaman ketakutan yang menghipnotis, kita membantu melawan mesmerisme dari kepercayaan-kepercayaan yang universal yang mengganggu diri kita dan orang lain.  Maka kita benar-benar menjadi “terang dunia” yang dikatakanYesus (lihat Matius 5:14), dan memenuhi kewajiban kita terhadap umat manusia.  

Allah adalah pertahanan kita yang abadi dan menyeluruh. Apa yang diciptakan Budi yang tidak berhingga merupakan kesejatian dari segala wujud. Berpikir dan berdoa dari dasar ini, kita menghindari untuk menganggap kesesatan sejati atau untuk tidak menanganinya. Sebaliknya, pekerjaan yang baik setiap hari semakin membenarkan fakta rohaniah bahwa kita tidak dihukum dengan kesulitan kehidupan fana, melainkan senantiasa diberkati sebagai pernyataan yang penuh dan sempurna dari Allah. 

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.