"Hal ini juga kupandang sebagai hikmat di bawah matahari dan nampaknya besar bagiku; ada sebuah kota yang kecil, penduduknya tidak seberapa; seorang raja yang agung menyerang, mengepungnya dan mendirikan tembok-tembok pengepungan yang besar terhadapnya; di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu.”
Cerita yang sederhana ini, yang dikisahkan di kitab Pengkhotbah bab yang ke-sembilan, memiliki makna yang dalam bagi pelajar Ilmupengetahuan Kristen. Meskipun kisah itu mungkin merujuk kepada kejadian tertentu dalam sejarah manusia, namun, seperti begitu banyak hal lain yang tertulis dalam Alkitab, hal itu memiliki makna yang lebih luhur dan rohaniah. Kota yang kecil itu dapat dianggap melambangkan kebaikan dalam kesadaran insani yang seakan dikepung dengan sangat ketat oleh pernyataan kejahatan yang arogan dan agresif.
Raja agung dan pasukannya yang garang yang kelihatannya pasti akan mengalahkan orang yang tidak seberapa jumlahnya yang bertahan di kota itu bisa melambangkan budi fana, atau magnetisme hewani, yang kepercayaannya akan kebencian, kediktatoran, dan materialisme, digambarkan sebagai balatentara yang kuat, yang bisa menelan kekuatan kebaikan. Tetapi kita diberitahu bahwa “di situ terdapat seorang miskin yang berhikmat, dengan hikmatnya ia menyelamatkan kota itu, tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu.”
Demikianlah Kristus yang abadi dan senantiasa hadir, dalam kelembutan dan keheningan, tanpa membanggakan diri atau hiruk-pikuk publisitas, datang kepada kesadaran insani, dan memberdayakannya dengan hikmat. Budi fana, yang mempergantungi kepercayaan yang dikembangkannya sendiri akan kekuatan kebendaan, kecakapan fisik, cara-cara serta sarana-sarana insani, cenderung tidak mengenali bahwa kekuasaan rohaniah itu efektif dan pasti. Dan manusia fana, bergantung kepada kemauan, strategi, dan diplomasi insani, mungkin tidak melihat pekerjaan Budi ilahi yang mahakuasa dan memerintahi segalanya, tetapi semua ini terlihat nyata bagi mereka yang mencari dan mengetahui bahwa Kebenaran ilahi memenuhi keperluan manusia. Tidak adanya penghargaan tidak menghalangi maupun menghentikan kegiatan hukum ilahi.
Banyak pelajar Ilmupengetahuan Kristen di seluruh dunia telah berperan sebagai “seorang miskin yang berhikmat” dan mengetahui kebenaran saat berhadapan dengan tahap-tahap kesesatan yang agresif. Penerapan hukum ilahi seperti itu kepada manifestasi kesesatan apa pun, bahkan jika di luar pengalaman orang yang menerapkannya, bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi juga perlindungan bagi orang itu. Dan dalam berbagai peristiwa pekerjaan mendoa yang dilakukan dengan saksama dan penuh pengabdian telah menghasilkan penyembuhan yang nyata bagi orang lain. Demikianlah kecukupan Kristus, Kebenaran, yang tidak bersifat perorangan, dalam pelayanannya yang tidak bersuara.
Banyak ancaman wabah, kecelakaan yang mengerikan, atau badai kesialan serta kejahatan yang tersebar luas, telah diredakan oleh penegasan yang sabar dan sepenuh hati mengenai kesemestaan Allah dan ketidaksesuatuan kesesatan, yang dilakukan pelajar Ilmupengetahuan Kristen yang berbakti.
Seperti kota kecil yang diselamatkan oleh “seorang miskin yang berhikmat,” demikianlah dunia dapat diselamatkan dari banyak penderitaan serta perbudakan oleh pekerja yang rendah hati dan bebas dari diri yang di tempat kudus Kebenaran dan Kasih ilahi dengan penuh iman menyangkal kesesatan dan menegaskan kebenaran akan kebaikan, kesemestaan, dan kuasa Allah. Suatu kutipan yang sudah kita kenal di halaman 367 buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci menunjukkan betapa pengarangnya, Mary Baker Eddy, menganggap penting bekerja—berdoa—untuk kesejahteraan umat manusia: “Kebenaran yang tidak berhingga akan penyembuhan dengan Kristus telah datang kepada zaman ini dengan suatu ‘suara yang kecil dan halus,’ dengan ucapan dalam hati dan pengurapan ilahi yang menghidupkan kembali serta menguatkan pekerjaan Kekristenan yang memberkati. Dengan penuh keinginan saya menantikan pengharapan saya terpenuhi, yaitu bahwa pelajar mencapai hasil yang lebih luhur dalam usahanya menurut garis terang ini.”
Pelajar Ilmupengetahuan Kristen yang waspada tidak menunggu datangnya keadaan darurat yang tiba-tiba, seperti kecelakaan atau bencana, untuk kesempatan menangani kepercayaan yang hendak mengepung kota kecil kesadaran insani. Setiap hari dan setiap saat dia menyangkal kesejatian raja semu ini—budi fana yang menyatakan diri bekerja melalui keserakahan atau sifat mementingkan diri sendiri, komersialisme, sifat gila kekuasaan dan prestise, yang menyerang kesadaran insani. Propaganda yang kita temui sekarang ini, yang di satu saat dilakukan dengan halus, di saat lain agresif, hendak mencobai pikiran insani melalui panca indera. Sesungguhnya, jika “mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar” (Pengkhotbah 1:8), ini bukanlah salah pasukan budi fana yang mengepung dengan iklan serta publikasi yang menipu. Pengaruh yang tersebar luas dari saran mental yang agresif dalam bentuk seperti itu telah banyak menyumbang meningkatnya kebiasaan tertentu yang memperbudak serta kesenangan dalam berbuat dosa.
Sekarang ini ada kebutuhan besar untuk lebih banyak memiliki pemikiran yang benar yang bebas dari diri seperti itu yang mencirikan “seorang miskin yang berhikmat” yang “menyelamatkan kota itu.” Pembelajaran serta praktek Ilmupengetahuan Kristen memberikan berkat yang sangat berharga akan pengertian rohaniah. Pengertian ini menjadikan kita mampu melakukan pekerjaan kita sehari-hari dengan damai, sukacita, dan pikiran yang jernih, dan mendatangkan kesembuhan pada kebingungan serta ketidakselarasan. Suatu kesadaran yang diwarnai kearifan Kebenaran dan Kasih, dan diberdayakan oleh kekuatan-kekuatan rohaniah kecerdasan serta pengertian ilahi, adalah pengaruh yang besar untuk penyembuhan. Kristus, Kebenaran, yang tidak bersifat perorangan dan tidak memihak, memancarkan spontanitas ide-ide ilahi, membersihkan suasana mental dan membebaskannya dari ketakutan serta perbudakan. Kasih kepada Allah dan KristusNya mengilhami semua pekerjaan yang suci dan merupakan berkatnya sendiri.
Bekerja bagi kebaikan umat manusia memenuhi sebagian tanggungjawab kita sebagaimana digariskan oleh Pemimpin kita bagi seluruh anggota Gereja Induk (Buku Pedoman Gereja, Ps, VIII, Ay. 6), “Adalah kewajiban tiap-tiap anggota Gereja ini untuk setiap hari mempertahankan diri terhadap saran mental yang agresif, dan tidak membiarkan dirinya tergoda untuk melupakan atau melalaikan kewajibannya terhadap Allah, terhadap Pemimpinnya, dan terhadap umat manusia. Dari perbuatannyalah dia akan dinilai—dan dibenarkan atau disalahkan.” Kewajiban itu tidaklah sulit atau melelahkan. Kewajiban ini dilakukan dengan membebaskan pikiran kita dari kesesatan dengan cara berpegang teguh kepada fakta rohaniah yang merupakan kebalikannya. Pekerjaan mental seperti itu tidak dijadikan formal dalam suatu rutinitas yang membosankan, tetapi berkembang dalam minat, spontanitas, dan sukacita ketika kita mendengarkan “suara yang kecil dan halus” akan Kebenaran dan mendengarnya berbicara kepada kita.
Tidak ada yang bisa membatasi doa bagi umat manusia ke arah mana pun doa itu dipanjatkan; doa seperti itu berlaku pada semua tahap kegiatan insani. Akibatnya tidak memihak, melainkan sepenuhnya berguna bagi semua pihak. Meskipun Kebenaran melenyapkan kesesatan, Kebenaran tidak mencederai siapa pun. Ketika kesesatan dengan sepatutnya dianggap tidak bersifat perorangan, dilihat sebagai kepercayaan palsu, kesesatan dihancurkan dan umat manusia diberkati.
Jika seakan kita merasa tidak pasti bagaimana pengertian rohaniah bekerja untuk melenyapkan kesesatan, suatu petikan dari halaman 484 buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan menjadikannya jelas: “Alam semesta yang kebendaan menyatakan pikiran-pikiran manusia fana yang sadar dan yang tidak sadar. Tenaga kebendaan dan budi fana adalah satu.” Jadi kesesatan dunia, yang nampak sebagai keadaan kebendaan yang menakutkan, hanyalah akibat dari pemikiran yang salah. Tenaga-tenaga fisik yang agresif yang seakan menguasai umat manusia dengan berbagai cara dan di berbagai saat kebanyakan adalah tahap-tahap kemauan insani. Ketika kebenaran yang spesifik yang membalikkan dan menyangkal kepercayaan tertentu kepada kejahatan yang menyebabkan kita menderita dikenali, kesembuhan pun terjadi. Sangatlah membantu untuk diingat bahwa kesesatan tidak memiliki sarana guna melawan tenaga-tenaga rohaniah Kebenaran ilahi. Kesesatan lenyap di hadapan kebenaran yang digunakan secara benar. Seperti dinyatakan Yosua (23:10), “Satu orang saja dari pada kamu dapat mengejar seribu orang.” Memahami bahwa manusia sepenuhnya bersifat rohaniah menyangkal konsep yang kebendaan dan membuktikan Kebenaran. Kekuatan kebenaran rohaniah yang hening yang digunakan secara ilmiah dan penuh percaya adalah tidak berhingga, tidak berbatas, dan tidak bisa dilawan.
"Tetapi tak ada orang yang mengingat orang yang miskin itu." Haruskah pekerja yang rendah hati dan berpikiran rohaniah menginginkan pujian manusia atau publikasi? Tidak, karena yang menyelamatkan kota kecil itu bukanlah orang, tetapi hikmat Kristus, yang diberikan Kasih ilahi. Demikianlah seharusnya pemikir yang benar, yang termotivasi hanya oleh kasih kepada Allah dan manusia saja, puas dengan melihat umat manusia diberkati dan diluhurkan. Dan melalui sifat rendah hati yang bebas dari diri seperti itu, lebih banyak pekerjaan akan dilakukan. Kelemahlembutan, kasih karunia, kekudusan, dan Ilmupengetahuan ilahi—kekuatan-kekuatan Budi ilahi yang tidak bersifat perorangan—melindungi dan memelihara orang yang dengan setia menjadi saksi akan Kebenaran, dan inilah ganjaran yang memberinya sukacita.