Sekitar lima tahun yang lalu saya melakukan perjalanan sendirian melintasi Skotlandia dan saya mengunjungi suatu tempat terpencil di Dataran Tinggi Skotlandia. Di suatu tempat yang indah, saya menghentikan mobil untuk memotret laut dan menaiki bukit kecil. Waktu kembali, tiba-tiba saya terjatuh dan terhempas keras sekali di punggung saya.
Saya berhasil berkendara sampai perhentian saya berikutnya, tetapi sesampai di sana, sulit bagi saya untuk berjalan. Meskipun terasa cukup sakit, saya memutuskan untuk mencoba berjalan ke tempat melihat pemandangan sambil memberikan doa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen untuk diri sendiri.
Buku ajar Ilmupengetahuan Kristen menjelaskan bahwa langkah pertama dalam doa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen, atau penyembuhan secara mental yang ilmiah, adalah meredakan ketakutan pasien. “Selalu mulailah pekerjaan penyembuhan dengan meredakan ketakutan pasien. Dengan tidak bersuara yakinkanlah mereka bahwa mereka terhindar dari penyakit dan bahaya. Perhatikanlah hasil aturan sederhana Ilmupengetahuan Kristen ini, dan akan kita dapati bahwa diringankannya gejala tiap-tiap penyakit. Jika kita berhasil menghilangkan ketakutan sama sekali, maka sembuhlah pasien kita” (Mary Baker Eddy, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 411-412).
Pasien dalam kasus ini adalah saya, dan saya sadar ketakutan yang harus saya redakan adalah bahwa punggung saya cedera berat dan tidak ada yang menolong saya. Tidak ada sambungan telpon atau internet untuk menghubungi seseorang, dan saya mulai menyadari bahwa ini semua sebetulnya adalah suatu kesempatan yang menakjubkan untuk bersandar sepenuhnya kepada Allah.
Sesudah saya kembali dari tempat itu, terkadang rasa sakitnya hebat sekali; meskipun demikian saya berhasil berkendara sampai ke penginapan saya, dan saya melanjutkan berdoa.
Hari berikutnya saya gunakan untuk mempelajari dengan tekun Pelajaran Alkitab yang terdapat di Buku Triwulanan Ilmupengetahuan Kristen. Saya tahu hal itu akan meredakan ketakutan saya dan memberi saya jawaban-jawaban rohaniah yang saya perlukan. Satu hal yang mengganggu saya adalah bahwa saya telah menikmati saat yang menakjubkan dalam perjalanan saya, bersyukur kepada Allah untuk bimbingan serta perlindungan-Nya, lalu kecelakaan itu terjadi. Saya bertanya-tanya, “Apakah Allah telah meninggalkan saya?” Tetapi dengan segera, pengalaman nabi Elia datang ke benak saya (lihat 1 Raja-raja 19:9-12). Alkitab menceriterakan kepada kita bahwa pada suatu ketika, Elia mengkhawatirkan nyawanya, dan bersembunyi di gua menyangka bahwa dia hanya sendirian tanpa pertolongan. Saya tahu bahwa Allah tidak pernah meninggalkan saya seperti Dia tidak pernah meninggalkan Elia. Tidak bisa sedetik pun saya terpisah dari kasih Allah. Suara Kebenaran yang “kecil dan halus” yang datang kepada Elia ketika dia ketakutan datang kepada semua orang di antara kita saat kita paling memerlukan keyakinan akan kehadiran serta perlindungan Allah.
Suatu paragraf di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan tentang kecelakaan juga datang kepada pikiran saya. Bunyinya, “Kecelakaan tidak ada bagi Allah, atau Budi baka, dan kita harus meninggalkan dasar fana kepercayaan kita dan bersatu dengan Budi yang esa, untuk mengganti pendapat tentang nasib dengan paham yang benar tentang bimbingan Allah yang tidak dapat salah, dan dengan demikian menjadikan nyata keselarasan” (hlm. 424). Saya sadar bahwa pemikiran saya harus bersatu dengan cara Allah mengenal saya—untuk mengenal diri saya sebagai ide-Nya yang sepenuhnya bersifat rohaniah.
Lagi pula, saya perlu memahami, bahwa karena kecelakaan tidak ada bagi Allah, maka kecelakaan pasti tidak ada bagi saya, cerminan Allah. Dan saya mulai melihat, bahwa rasa sakit yang saya alami adalah kepercayaan penanggapan fana dan bukan kebenaran akan wujud saya. Bagaimana mungkin suatu ide Allah tunduk kepada keadaan kebendaan atau berada di luar penjagaan-Nya yang penuh kasih?
Setelah hari yang menakjubkan dengan penemuan dan ilham rohaniah tersebut, ketakutan itu hilang. Sebagai akibatnya, rasa sakit itu pun hilang dan tidak pernah kembali. Saya sembuh.
Saya sangat bersyukur untuk kesembuhan ini, terutama untuk wawasan yang lebih besar yang diberikannya kepada saya tentang sifat saya yang sesungguhnya sebagai ide rohaniah Allah, yang hidup dalam Jiwa, Roh, tidak dalam tubuh.
Saya juga sangat bersyukur untuk Yesus Kristus, Sang Penunjuk Jalan; untuk Mary Baker Eddy yang begitu tidak mementingkan diri sendiri dalam membawa kita kepada Ilmupengetahuan Kristen; dan untuk para penyembuh Ilmupengetahuan Kristen di seluruh dunia yang penuh pengabdian. Saya berterima kasih kepada Allah dengan segenap hati untuk penjagaan-Nya yang tidak pernah berhenti.
Jodie Eva Cook
Bli Bli, Queensland, Australia