Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

SUBSTANSI DARI SEMUA

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Agustus 2022

SENTINEL | ARTIKEL, EDISI 7 NOVEMBER, 1953


Fakta yang agung dan menjangkau luas akan kesemestaan Allah, kebaikan, sekali lagi dilihat dan dibuktikan sekarang ini, berkat Penemu dan Pendiri Ilmupengetahuan Kristen, Mary Baker Eddy. Dengan mengangkat pandangannya di atas serta melampaui kesaksian penanggapan kebendaan, penyelidik Kebenaran yang besar ini sanggup melihat bahwa semua wujud yang sejati ada di dalam Roh dan sebagai akibatnya, kehidupan kebendaan dengan berbagai faktornya yang memedihkan akan dosa, penyakit, dan maut adalah tidak lebih dari gambar pikiran fana yang tidak memiliki substansi, tidak memiliki kesejatian, dan hanya bisa tampak sejati bagi pikiran insani yang tidak dicerahkan.   

Nabi Yesaya memberi kita pesan Allah ini (45:22): “Berpalinglah kepada-Ku dan biarkanlah dirimu diselamatkan, hai ujung-ujung bumi! Sebab Akulah Allah dan tidak ada yang lain.” Dengan definisinya yang mengilhami tentang Allah di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci (hlm. 587), “Allah. AKULAH AKU yang agung; yang maha mengetahui, maha melihat, maha bekerja, mahabijaksana, maha pengasih, dan abadi; Asas; Budi; Jiwa; Roh; Hidup; Kebenaran; Kasih; segala substansi; kecerdasan,” Ny. Eddy telah memungkinkan kita untuk berpaling kepada Allah dan diselamatkan. Karena dengan melihat sifat Wujud yang hadir di mana-mana sebagaimana dijelaskan dalam definisi tersebut, ketakutan dan kepercayaan kita kepada yang tidak menyerupai Allah, dapat hilang. 

Melalui upaya kita untuk membuktikan Ilmupengetahuan Kristen, kita mendapat pelajaran berharga. Firman yang Pertama (Keluaran 20:3), “Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku,” menjadi diterangi. Kita melihat, bahwa hal itu mencakup perlindungan agar kita tidak diperdayakan untuk menerima peristiwa dan keadaan kebendaan yang tidak pernah diciptakan Roh, sebagai sejati.  Karena Allah adalah Semua, sesungguhnya tidak ada sesuatu pun selain Dia. Maka, cara untuk mengatasi segala macam dan jenis kesulitan adalah dengan melihat bahwa sebenarnya semua itu tidak sejati. Dengan mengikuti nasihat nabi Yesaya dan memandang kepada Allah dalam terang yang diberikan Ilmupengetahuan Kristen kepada kita, kita akan menemukan bahwa kehadiran-Nya yang memenuhi semua tidak menyisakan tempat untuk diisi oleh masalah. Karena itu, yang diperlukan bukanlah upaya pribadi untuk merubah, memperbaiki, atau menghancurkan kesaksian penanggapan kebendaan, melainkan melawan godaan untuk percaya bahwa suatu ataupun seluruh aspek kesaksian pancaindra itu sejati. Ketika, bersama dengan hilangnya kepercayaan kepada kesejatian suatu penyakit, ketidakselarasan jasmani lenyap di hadapan kesadaran akan fakta rohaniah tentang keadaan itu, hal ini membuktikan bahwa kepercayaan dan kesaksian kebendaan tentang suatu keadaan adalah satu dan hal yang sama. 

Penyakit tidak memiliki keberadaan kecuali sebagai kepercayaan. Ini benar untuk semua masalah dan ketidakselarasan manusia, yang hanyalah merupakan tahap-tahap ketidaktahuan tentang Allah dan ciptaan-Nya, dan yang tidak memiliki wujud selain kepercayaan yang ada dalam budi fana tentang semua itu. Oleh karena itu penawarnya selalu berupa kepatuhan kepada Firman yang Pertama—menolak untuk memiliki ilah-ilah lain di hadapan hadirat-Nya dan menyangkal, bahwa ada substansi, kecerdasan, Hidup, Kebenaran, atau Budi, di samping Allah, kebaikan. 

Karena itu, yang ada tentang zat hanyalah kepercayaan palsu akan keberadaannya. Kesemestaan Allah, Roh, menjadikan selamanya mustahil bagi kebalikannya, yakni zat, untuk ada. Inilah sebabnya, dalam proses yang seluruhnya bersifat mental, yang disebut doa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen, bantuan kebendaan tidak pernah diperlukan di segala waktu atau dalam bentuk apa pun.  Sesungguhnyalah, mengandalkan cara-cara kebendaan menunjukkan kepercayaan bahwa zat itu bersubstansi dan kepercayaan itu harus ditangani untuk mendapatkan ide rohaniah yang menyembuhkan. 

Di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan kita baca (hlm. 146), “Kepercayaan pada zat, itulah penyembahan berhala yang pertama.” Jelaslah bahwa jika kita mengakui kesejatian zat, kita tidak dapat menyangkal berbagai kepercayaan palsu yang terkait dengan zat, kesaksian pancaindra, dan konsep insani tentang berbagai hal yang menyaksikan baik tentang kebaikan maupun kejahatan, kesehatan dan penyakit, benar dan salah, hidup dan maut. Kita tidak dapat lepas dari mimpi kefanaan dengan percaya bahwa hal itu sejati. Demikian pula kita tidak dapat menemukan kesembuhan yang permanen untuk zat dalam zat itu sendiri, yang adalah sebab dari kesulitan-kesulitan yang hendak dimusnahkannya. 

Hanya ketika kita mulai menyadari bahwa zat bukanlah substansi, kita mulai keluar dari khayalan itu. Lalu kita melihat bahwa keadaan kebendaan selalu sepenuhnya menipu, bahwa sesungguhnya tidak ada sesuatu yang disebut alam semesta kebendaan, suatu dunia kebendaan yang dihuni oleh pribadi-pribadi kebendaan, karena Budi ilahi dan penyataannya adalah satu-satunya kehadiran dan satu-satunya substansi. Kita tidak harus mempercayai kebohongan. Zat dan hal-hal yang menyertainya tidak memiliki keberadaan yang sejati, dan tidak akan pernah memilikinya. Ketakutan kita terhadap keadaan yang berpenyakit dan ketidakselarasan akan lenyap begitu kita memahami bahwa semua itu tidak bersubstansi.  

Semua yang ada adalah Budi ilahi dan ciptaan rohaniahnya yang tidak berhingga, termasuk manusia rohaniah. Karena manusia bersifat rohaniah, dia tidak terdiri dari kebalikan Roh, yakni zat; karena itu dia pasti selamanya bebas dari ketidakselarasan jasmani. Karena manusia satu dengan sumbernya, satu dengan Hidup, Kebenaran, Kasih, dan adalah gambar sempurna dari ketiga hal itu, dia tidak pernah terlibat dalam situasi tak bertuhan rekaan budi fana yang melawan fakta tentang wujudnya yang tidak berdosa dan rohaniah. Semua dalam alam semesta Allah mencerminkan substansi dan kualitas Roh, Jiwa, dan karena itu secara abadi sempurna seperti penciptanya. 

Sangatlah membantu untuk diingat bahwa tidak sesuatu pun sesungguhnya memiliki substansi kecuali yang benar secara rohaniah. Tidak sesuatu pun terjadi, atau dapat diketahui, dialami, atau diingat, kecuali kebaikan rohaniah. Sejarah kebendaan tidak berdasarkan fakta. Semua kesalahan, penderitaan, rasa sakit, peperangan, perseteruan, dan ketidakbahagiaan di dunia ini, semua kejahatan yang kelihatannya terjadi, dirasakan, atau dibenci, secara perorangan atau kolektif, dan, lebih-lebih lagi, pernyataan untuk menyajikan keakuan dan kehidupan kebendaan, adalah mimpi budi insani dan mengambil bagian dalam sifatnya yang khayal.  

Ketika kita bangun menyadari kesemestaan Allah, Kasih, kita mendapatkan visi kebaikan yang abadi yang tidak sekejap pun menyerah kepada lawannya yang khayal dan palsu. Karena itu hendaklah kita berpegang teguh kepada kebenaran tentang wujud sampai “Roh itu bersaksi” (Roma 8:16) dan kita mendengar kesaksian yang menyembuhkan dan penuh kuasa dari Roh seperti ditulis oleh Ny. Eddy  (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 253), "Akulah substansi semua yang ada, karena AKU ADALAH AKU.” 

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.