Bertahun-tahun yang lalu saat dalam proses perceraian, saya memerlukan pekerjaan. Saya merasa takut dan kurang percaya diri, karena sudah bertahun-tahun tidak bekerja dan merasa tidak memiliki ketrampilan yang berharga.
Tetapi, sebuah ceritera yang menarik membimbing saya dalam berburu pekerjaan. Seingat saya beginilah ceritera itu, suatu hari seekor laba-laba merayap ke sebuah jam dinding yang terbuka untuk diperbaiki di sebuah toko jam. Setelah jam itu dibetulkan dan pintunya ditutup, laba-laba itu tidak bisa keluar. Laba-laba itu kemudian melakukan apa yang dia tahu dapat dilakukannya dengan paling baik—membuat jaring. Jaring itu mengganggu fungsi jam tersebut, dan jam itu harus dibuka lagi untuk diperbaiki. Maka laba-laba itu bebas merayap keluar.
Laba-laba itu bisa saja diam dan terperangkap dalam dunianya yang sempit. Dalam berburu pekerjaan, saya juga merasa terperangkap. Tetapi saya terus mengingatkan diri bahwa pasti ada sesuatu yang dapat saya lakukan, sesuatu yang bagi saya sama wajar dan normalnya seperti menganyam jaring bagi laba-laba.
Terkadang, saat berburu pekerjaan, kita melewatkan lowongan yang ada, dan menyesali diri karena tidak memiliki persyaratan untuk menduduki lowongan tertentu. Tetapi saya telah belajar untuk membuka diri terhadap apa yang dapat saya lakukan. Seperti angka yang tidak pernah tercampur, kita masing-masing mempunyai tempat yang unik untuk diisi. Oleh karena itu sebetulnya kita tidak pernah bersaing dengan orang lain.
Mary Baker Eddy, penemu Ilmupengetahuan Kristen dan penulis buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, menyebut Allah sebagai Jiwa, yang “mempunyai sumber-sumber yang tidak kering-keringnya untuk memberkati umat manusia …” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 60). Setiap orang di antara kita merupakan salah satu sumberdaya Jiwa. Kita dapat menjadi sumberdaya akan berkat yang tidak berhingga bagi orang lain, baik saat bekerja maupun tidak bekerja. Karena kita diciptakan Allah untuk memuliakanNya selamanya, kita dapat menyatakan semua sifat Kristus yang dipancarkanNya bagi kita, seperti kearifan, sifat dapat diandalkan, keramahan, bersedia melakukan yang baik, kreatiivitas, dan kesabaran.
Tidak lama sesudah itu saya melihat iklan di surat kabar tentang lowongan sebagai pembantu guru di sebuah Sekolah Dasar. Saya pernah bekerja secara sukarela sebagai pembantu guru di kelas anak-anak saya, oleh karena itu saya pikir saya dapat dengan wajar dan mudah melakukan pekerjaan tersebut. Dan saya bersyukur diterima untuk mengisi lowongan itu.
Ide-ide mengenai pernyataaan Jiwa ini terus bermanfaat seiiring berjalannya waktu. Ketika saya pindah ke bagian lain di Amerika Serikat dan perlu mencari pekerjaan lagi, seorang teman menawarkan saya untuk bekerja dengan mesin bordir. Saya belum pernah mendengar tentang mesin bordir, tetapi ketika puteri-puteri saya masih kecil saya pernah menjahit, oleh karena itu saya tahu bahwa saya dapat mengerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan jahit-menjahit. Dengan gembira saya terima tawaran itu.
Allah, yang adalah Kasih, tidak akan menuntut kita mengerjakan sesuatu tanpa mempersiapkan kita untuk melakukannya. Sejak hidup sendiri, saya telah bekerja di delapan jenis pekerjaan berbeda, dan untuk setiap jenis pekerjaan itu, saya memiliki apa yang diperlukan untuk mengerjakannya dengan berhasil dan penuh sukacita.
Henry David Thoreau menulis, “Jangan pergi terlalu jauh untuk menjalani hidupmu yang sesungguhnya; majulah terus di jalur yang ditunjukkan kesanggupanmu, lakukan hal yang paling dekat dengan diri Anda, tetapi yang sulit dilakukan …”
Sebuah contoh dari Alkitab melukiskan hal ini. Rasul Paulus dan temannya, Silas, sedang melakukan pekerjaan mereka, mengajar orang Romawi mengenai kehidupan Yesus, dan menegur beberapa kebiasaan mereka. Untuk itu mereka dimasukkan ke penjara dengan “kaki mereka dalam pasungan yang kuat” (Kis 16:24). Meskipun demikian, dalam keadaan yang seakan tidak ada harapan itu, Allah tidak berhenti memanfaatkan mereka. Jadi, seperti laba-laba yang terperangkap, mereka melakukan apa yang dapat mereka lakukan—mereka menyanyikan puji-pujian syukur kepada Allah. Bernyanyi mungkin sulit kalau habis dicambuk dan dipenjarakan. Tetapi mereka dapat melakukannya dan terus melakukannya, dan puji-pujian itu membebaskan mereka (lihat Kis 16:19-35).
Saat kita memerlukan pekerjaan, alih-alih sibuk kesana-kemari, kita dapat mulai membuat jaring dengan bersedia melakukan yang dapat kita lakukan. Hal ini akan membebaskan kita untuk memenuhi kesempatan yang menakjubkan yang telah disediakan Allah bagi kita.