Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Doa: sumber pertolongan bagi Thailand

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 30 November 2011

Diterjemahkan dari The Christian Science Monitor, edisi 30 November 2011


Selama berminggu-minggu, kita menerima pemberitaan dari Thailand tentang kerusakan hebat yang ditimbulkan banjir terbesar yang terjadi dalam lebih dari setengah abad. Jumlah korban meninggal terus bertambah dan banjir itu melanda lebih dari dua per tiga dari ke-17 propinsi di negara tersebut. Meskipun keadaan telah membaik dan air mulai surut, penduduk Thailand harus menghadapi dampak yang ditimbulkan kerusakan pada rumah serta bisnis mereka. Bagi banyak orang, kehidupan mereka tidak akan pernah sama lagi.

Saat mendengarkan berita tentang banjir tersebut dan melihat begitu banyak orang berusaha mempertahankan sekelumit kehidupan yang normal, saya tergerak mengulurkan kasih untuk mendatangkan penghiburan dan kepastian. Kelihatannya tugas berat membangun kembali kehidupan mereka memerlukan lebih dari sekedar bantuan kemanusiaan saja.

Saat berpaling kepada Alkitab, saya menemukan pesan yang menghibur ini dalam Kitab Mazmur: “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.  TUHAN akan menjaga engkau terhadap segala kecelakaan … TUHAN akan menjaga keluar masukmu, dari sekarang sampai selama-lamanya” (Mzm 121:1, 2, 7, 8).

Dalam doa saya bagi penduduk Thailand, saya merasa sangat terbantu mengetahui bahwa Allah senantiasa hadir untuk memenuhi keperluan manusia. Kuasa yang memelihara ini selalu tersedia. Kuasa ini bekerja melalui hukum-hukum rohaniah dan mendatangkan keselarasan serta kebaikan bagi umat manusia. Hukum-hukum rohaniah ini diberlakukan oleh kebijaksanaan ilahi dan tidak tunduk kepada kekuatan-kekuatan atau keadaan-keadaan kebendaan. Diilhami hukum-hukum yang wajar akan kebaikan ini, doa menjadi senjata yang ampuh terhadap serangan kejahatan yang tidak wajar.

Mary Baker Eddy, pendiri surat kabar Monitor, menyoroti kamahakuasaan hukum-hukum Roh saat menulis: “Kejahatan tidaklah mahakuasa; kebaikan bukanlah tidak berdaya; demikian juga tidak benar bahwa yang kita sebutkan hukum-hukum zat adalah yang utama dan hukum Roh yang kurang penting” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 207). Sungguh sesuatu yang menguatkan doa kita.

Sesungguhnya, tidak ada yang dapat merampas hak bangsa Thailand, sebagai anak-anak Allah, untuk menyatakan kuasa atas segala macam kejahatan. Pemahaman akan kemahakuasaan hukum-hukum Roh menjadikan kita mampu menyangkal bahwa manusia dapat menjadi korban keadaan yang tidak dapat mereka kendalikan.

Melalui doa, kita dapat bergabung dengan mereka yang sedang membangun kembali komunitas mereka dan yakin bahwa pemikiran yang dipersatukan ini mendatangkan kekuatan bagi upaya mereka.

Setiap orang yang berusaha membantu dengan doa, memenuhi hukum kasih. Hal itu menjangkau seberang lautan dan dapat mendatangkan ketertiban serta dukungan bagi mereka yang bekerja untuk membangun keadaan yang normal bagi negeri Thailand.

Surat kabar Bangkok Post memberitakan bahwa banjir telah merusak dan menjadikan ringkih candi-candi di Ayutthaya, suatu tempat yang telah dijadikan Cagar Budaya Dunia. Saat air surut, secara sukarela orang berdatangan membawa sapu, sekop, dan selang air, untuk membersihkan warisan budaya yang penting tersebut. Seorang sukarelawan meninggalkan rumahnya yang terkena banjir di Bangkok untuk ikut membersihkan tempat yang penting itu. Menurutnya, itulah saatnya orang saling membantu. Tindakannya yang tidak mementingkan diri itu merupakan bukti akan kasih yang bersedia berkorban untuk membantu sesama. Ini suatu bukti nyata bahwa kebaikan bukan tidak berdaya melainkan merupakan kekuatan yang aktif dan berkuasa, yang hadir dalam pikiran bangsa Thailand.

Berkeinginan untuk saling membantu dan menguatkan di saat yang sulit merupakan pemenuhan akan hukum kasih. Ajaran Kristus Yesus, yang dinyatakan dalam perintahnya untuk saling mengasihi, menunjukkan kepada kita cara menyatakan kasih ini. Sebagai kegiatan pikiran yang tidak mementingkan diri sendiri, hal itu memiliki kuasa untuk mengatasi apa pun upaya kejahatan untuk menghancurkan, dan memulihkan apa yang hilang atau rusak. Dengan menunjukkan kebaikan yang senantiasa hadir, hal tersebut memberkati dan mengilhami dengan kasih sayang, dan membimbing kepada kesempatan untuk mendatangkan kesembuhan bagi yang memerlukan—di mana pun mereka berada. 

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.