Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Pergelangan tangan disembuhkan

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 5 Desember 2014

Aslinya diterbitkan di edisi Juli 2014 majalah The Christian Science Journal


Suatu pagi saya bangun dan pergelangan tangan saya terasa sakit. Rasa sakit itu bertambah saat hari semakin sore. Keesokan harinya, saya hampir tidak bisa menggunakan tangan kiri saya, dan pergelangan tangan saya bengkak. Berbagai alasan untuk keadaan tersebut muncul di benak saya. Mungkin saya cedera, atau mungkin karena umur saya. Sementara secara mental saya memikirkan saran-saran itu, saya sadar bahwa saya tidak mendengarkan Budi ilahi, Allah, untuk mengetahui kebenaran tentang keadaan tersebut.

Selama berbulan-bulan, saya telah berdoa untuk memahami konsep tentang cara mendengarkan Allah, bukan budi fana. Dalam mempelajari Ilmupengetahuan Kristen setiap hari, saya telah membaca ceramah yang berjudul, “Ilmupengetahuan Kristen: Kekristenan yang sesungguhnya,”  oleh Clarence C. Eaton, yang diterbitkan di edisi September 1914 majalah The Christian Science Journal. Dalam ceramah tersebut, Eaton mengatakan bahwa seringkali pikiran kita “sebagian besar terdiri dari kepercayaan yang kita terima tanpa menyelidiki atau berupaya, selagi kita melalui pengalaman-pengalaman hidup alamiah sejak masa kanak-kanak sampai dewasa.”

Saya sadar, bahwa ketika bangun pagi itu, saya telah membuka pikiran saya untuk mempercayai saran serta pembenaran budi fana mengenai keadaan tersebut. Mary Baker Eddy mengatakan dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci: “Kita mempunyai bukti yang berlimpah-limpah, bahwa budi fana menyatakan memerintahi tiap-tiap alat tubuh fana. Akan tetapi yang kita sebutkan sebagai budi itu adalah suatu dongeng dan harus menyerah kepada Kebenaran dengan persetujuannya sendiri.” (hlm. 151–152).

Nah, begitulah saya terjebak di tengah-tengah—berpaling kepada budi fana untuk mengetahui sebab dari keadaan yang menyakitkan tersebut, tetapi juga berusaha berpaling kepada Budi ilahi untuk mendapatkan kesembuhan. Mary Baker Eddy mengatakan: “Jika kita berusaha mengikuti dua model, maka sebenarnya kita tidak mempunyai satu juapun. Sebagai bandul jam, kita akan dilemparkan ke sana ke mari, terantuk pada dinding zat yang keras, dan berayun di antara yang sejati dan yang tidak sejati” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 360).

Maka saya memilih untuk memalingkan pikiran saya sepenuhnya kepada Allah. Tidak lama kemudian saya ingat suatu percakapan yang saya dengar beberapa minggu sebelum hari Natal. Seorang anggota keluarga menceriterakan bahwa tangan dan pergelangan tangannya kaku, dan ia mengatakan bahwa itu disebabkan penyakit artritis. Saya ingat saat itu berpikir betapa beruntung memiliki Ilmupengetahuan Kristen dalam hidup saya untuk mencegah agar keadaan seperti itu tidak saya alami. 

Munculnya peristiwa tersebut dalam ingatan saya merupakan pesan malaikat yang menunjukkan kesesatan spesifik yang harus saya cabut dari pikiran saya, dan juga kebenaran-kebenaran rohaniah penting yang telah kurang saya perhatikan dalam doa-doa saya. Bagaimanaun juga, bukankah seharusnya saya menjaga pikiran saya mengenai sesama dan mengetahui bahwa Allah menciptakan manusia, semuanya, baik perempuan maupun laki-laki, dalam keserupaanNya yang sempurna? Ny. Eddy berkata dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, “Sesuatu yang membuat pikiran insani tetap sesuai dengan kasih yang bebas dari diri, langsung menerima kekuasaan ilahi” (hlm. 192). Saya sadar harus “berjaga... di pintu pikiran” saya, (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 392), dan menolak setiap pandangan yang sesat mengenai diri saya dan sesama.

Saya memperhatikan bahwa salah satu tema yang diangkat dalam Pelajaran Alkitab Ilmupengetahuan Kristen minggu itu adalah “persaudaraan manusia” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 340). Saya terilhami untuk membaca dalam Alkitab apa yang dikatakan Yesus sesudah dia membasuh kaki murid-muridnya. “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi” (Yoh. 13:34).

Begitu saya mulai menyadari bahwa budi fana dapat menjadi seperti gudang untuk menyimpan kesan-kesan keliru yang kita kumpulkan seiring berjalannya waktu, dan bahwa kesan-kesan ini tidak memiliki substansi yang sesungguhnya, berbagai kebenaran mulai tercurah bagi saya.

Keesokan harinya, saya terbebas dari rasa sakit dan bengkak, dan dapat mengggunakan pergelangan tangan dan tangan saya secara normal. Sejak kesembuhan ini saya sering mengingat pelajaran apa yang saya dapat. Saya tahu harus menutup pintu bagi budi fana sebelum budi itu menawarkan kebohongan untuk melawan apa yang saya ketahui benar tentang manusia. Saya berpaling dari saran budi fana yang tanpa dasar dan sebaliknya melihat kepada Kebenaran ilahi, Allah, yang selalu ada untuk menjaga saya.

Wendy Dorval
Derry, New Hampshire, AS

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.