Pernahkah anda bertanya-tanya mengapa kita sering mendengar kata kekacauan akhir-akhir ini? Pertama kali kata ini menarik perhatian saya adalah kira-kira sepuluh tahun yang lalu ketika saya sedang menyelesaikan pendidikan pasca sarjana saya. Pada akhir kuliah saya yang penghabisan seorang guru besar menyatakan bahwa pencarian bersejarah untuk mendapatkan kebenaran oleh para ahli filsafat dunia sekarang telah berakhir, karena mereka telah mendapati bahwa kebenaran tidak ada, dan semua yang tersisa adalah teori kekacauan.
Pada tanggal 25 Desember 1945, sekelompok Ahli Ilmupengetahuan Kristen yang berbakti berkumpul untuk merayakan pesta Natal di rumah Miyo Matsukata dan keluarganya di Kamakura, Jepang. Selesainya Perang Dunia II menandai berhentinya praktek “di bawah tanah” Ilmupengetahuan Kristen, yang telah dibawa ke Jepang hanya sekitar dua dasawarsa sebelumnya.
Hari itu kami harus pindah dan saya sangat mengharapkan segera dapat tinggal dengan nyaman di rumah baru kami. Pagi itu saya bangun mendapati bahwa haid saya tidak normal derasnya.
Beberapa tahun yang lalu suatu benjolan keras yang sangat menyakitkan mulai tumbuh di ruas jari tangan saya, sehingga jari saya tampak cacat dan membengkok ke samping. Mula-mula, pikiran saya dipenuhi saran bahwa keadaan itu tak terhindarkan karena bertambahnya usia, misalnya, “Yah, dalam usia anda hal-hal seperti ini muncul, dan seharusnya anda tahu ini akan terjadi.
Para pelajar Ilmupengetahuan Kristen di seluruh dunia sedang bersiap mempelajari Pelajaran Alkitab tentang Kebaktian Bersyukur dari Buku Triwulanan Ilmupengetahuan Kristen di bulan November ini dan turut mengambil bagian dalam kebaktian itu. Ketika kita merayakan seperti ini, kita mempraktekkan rasa syukur, dan dengan demikian membuka pintu pikiran kepada kebaikan, yang adalah suatu kesadaran akan Allah.
Selama sepuluh tahun saya telah banyak melakukan perjalanan. Pergi ke bandara sudah menjadi hal biasa bagi saya.
Di tahun 2003, saat melakukan pemeriksaan rutin untuk memperbaharui lensa kontak saya, dokter mengatakan bahwa mata saya mengalami kemunduran. Ia menyarankan agar saya segera menggunakan tetes mata.
Dalam situasi apa pun kita berada, cara kita memikirkan keadaan itu pada akhirnya menentukan kesudahannya. Saya tidak berbicara tentang menggunakan pikiran untuk mengusir masalah atau sesuatu bentuk pemikiran positif, melainkan berpegang teguh kepada apa yang pada dasarnya sejati untuk mendatangkan pemecahan masalah yang berguna.
Dalam salah satu percakapan, Yesus bersabda kepada murid-muridnya, “Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikit pun atas diri-Ku” (Yoh. 14:30).
Aslinya diterbitkan di edisi 19 Agustus 2019 majalah Christian Science Sentinel
1 2 3 4 berikutnya