Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Allah di medan perang

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 26 September 2016

Aslinya diterbitkan di edisi 2 Juli 1966 majalah Christian Science Sentinel


"Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu?” demikian Penyair Mazmur bernyanyi, “ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu? Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situpun Engkau. Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut, juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku" (Mzm 139:7-10). Bahwa jaminan yang diberikan Alkitab ini sepenuhnya bersifat praktis di jaman modern ini, terbukti dalam pengalaman seorang pria muda yang menjadi tentara Amerika Serikat saat perang Korea berkecamuk.

Pria ini tahu tentang ajaran Ilmupengetahuan Kristen dari istrinya, seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen yang tekun, sehingga saat dia dipanggil untuk menjadi tentara, pria tersebut berpaling pada kebenaran yang diajarkan Ilmupengetahuan Kristen dalam membuat penyesuaian yang diperlukan. Kemudian pria itu mulai mengalami berkat yang selalu datang jika bersandar kepada Allah.

Ketika pertama kali dikirim ke medan perang, pria tersebut hampir-hampir tidak tahan menyaksikan malapetaka yang terjadi di mana-mana. Selama tiga hari dia menghadapi serangan artileri yang gencar. Dalam salah satu operasi yang sangat dahsyat yang melibatkan pertarungan langsung dengan musuh, dia menyaksikan seorang tentara lain terkena granat fosfor di wajahnya dan diusung dengan tandu. Dalam keadaan yang sangat bingung, pria tersebut menulis surat kepada seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen, mengatakan bahwa dia tidak tahan menghadapi kemungkinan harus melakukan lagi kekejian terhadap orang lain.

Penyembuh berpegang teguh kepada kebenaran bahwa Allah, kebaikan yang tidak berhingga adalah satu-satunya kuasa yang ada, dan bahwa anak-anakNya yang terkasih selalu ada dalam penjagaanNya yang lemah lembut. Dengan penuh rasa syukur, penyembuh itu merenungkan kata-kata Sang Guru, Kristus Yesus, “Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat 4:17). Dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, Mary Baker Eddy, Penemu dan Pendiri Ilmupengetahuan Kristen mendefinisikan “surga” sebagai “keselarasan; pemerintahan Roh; pemerintahan oleh Asas ilahi; kerohanian; kebahagiaan; suasana Jiwa.” (hlm. 587).

Keadaan wujud ilahi inilah sesungguhnya satu-satunya yang dapat dialami manusia. Manusia bukanlah organisme kebendaan yang bersifat tiga dimensional, yang dapat dihancurkan dalam bencana peperangan. Demikian juga dia bukanlah mentalitas fana, korban dari kecenderungan hewani. Ny. Eddy meyakinkan kita bahwa “manusia ialah ide, yakni gambar, akan Kasih; ia bukan suatu susunan jasmaniah.” (idem, hlm. 475).

Kesemestaan Allah, kebaikan, meniadakan kejahatan dengan nama dan jenis apa pun. Dalam alam semesta Kasih, di mana manusia hidup, bergerak, dan ada, tidak ada kebencian, tidak ada kehancuran, tidak ada eksploitasi. Yakin akan fakta-fakta rohaniah tentang wujud tersebut serta sifatnya yang praktis tepat di mana kita berada, penyembuh itu menyurati pria tersebut, meyakinkannya tentang kuasa Allah yang tidak dapat disangkal.

Dalam waktu yang sangat singkat, penyembuh itu menerima jawaban. “Keadaan saya baik-baik saja,” tulis pria muda tersebut, lalu dia menceritakan bahwa Kasih telah memenuhi keperluannya dengan cara yang menakjubkan. Tidak lama sesudah dia mengirim surat agar penyembuh segera memberikan bantuan, pria tersebut dipanggil dari medan perang dan ditugaskan sebagai instruktur di sebuah sekolah bagi orang Korea. Saat tiba di tempat tugasnya yang baru, dia takjub bertemu dengan orang yang terkena ledakan granat di wajahnya. Ternyata orang itu pelajar Ilmupengetahuan Kristen.

Dalam suratnya, pria itu menulis, “Pertempuran itu baru terjadi sepuluh hari yang lalu, dan orang itu sama sekali tidak ada tanda-tanda di wajahnya yang menunjukkan bahwa ia terkena granat dalam pertempuran tersebut!” Selanjutnya dia menulis bahwa pelajar Ilmupengetahuan Kristen tersebut telah menerima tiga medali Purple Heart, satu Bronze Medal, dan satu Silver Star, karena keberaniannya, dan pria itu menambahkan bahwa pelajar Ilmupengetahuan Kristen itu sama sekali bebas dari beban—tidak menunjukkan kepahitan atau bersikap sinis atau merasa takut.

Sungguh suatu gambaran yang menakjubkan tentang keselaluhadiran dan kemahakuasaan kasih Allah! Ini mirip dengan pengalaman beberapa tokoh Alkitab yang, ketika merasa tugasnya terlalu berat atau musuhnya terlalu kuat, berseru kepada Allah untuk mendapatkan tanda akan kehadiranNya serta kuasaNya. Dan setiap kali, sebagai jawaban akan doa mereka, datang tanda-tanda yang nyata yang meningkatkan keyakinan mereka bahwa iman mereka efektif.

Bukti akan kuasa penyembuhan serta perlindungan Ilmupengetahuan Kristen ini begitu meluhurkan pemikiran pria muda tersebut sehingga setelah kembali ke medan perang dia tetap dapat mempertahankan sikap tenang dan keteguhannya. Dia menghadapi tantangan-tantangan yang berat, tetapi rasa percayanya kepada Asas ilahi mendukungnya dalam mengatasi semua itu, dan dia tidak pernah lagi berada dalam situasi di mana dia harus melakukan kekerasan terhadap orang lain.

Setiap orang selalu dapat membuktikan keselaluhadiran serta kemahakuasaan Allah. Ajaran murni Ilmupengetahuan Kristen mengenai sifat serta tabiat Allah menjadikan hal tersebut mungkin. Ilmupengetahuan menyatakan bahwa Allah adalah Asas, Budi, Jiwa, Roh, Hidup, Kebenaran, Kasih. Dengan menjelaskan bahwa Wujud yang Mahakuasa bersifat tidak badaniah dan tidak berhingga, Ilmupengetahuan membebaskan manusia dari keterbatasan yang hendak dikenakan kepada mereka oleh teori-teori yang menyatakan bahwa Allah bersifat berhingga.

Pemahaman tentang ketuhanan yang bersifat insani, dan terbatas pada suatu lokasi dengan sendirinya akan mencegah orang memahami keselaluhadiran Allah. Orang yang menganut ajaran tersebut setiap saat dapat merasa sendiri, atau tidak memiliki harapan, atau takut. Tetapi bangkit menyadari fakta yang ilmiah bahwa Allah sesungguhnya adalah Asas ilahi, Roh yang mencakup semuanya, Budi yang maha-mengetahui, dan Hidup yang tidak berbatas dengan segera memberikan rasa aman dan damai. Dalam segala keadaan dan situasi yang sesulit apa pun kita dapat mengakui kedekatan Kasih dan merasakan pelayanannya yang lemah lembut, menguatkan dan membebaskan kita.

Kita memiliki bukti nyata akan kehadiran ilahi dalam pencerminan manusia akan sifat-sifat Allah. Kita tahu bahwa Hidup adalah sejati dan ada tepat di mana kita berada, karena kita melihat penyataan Hidup dalam kekuatan, kewaspadaan, kesegaran, dan daya hidup. Bahwa Jiwa ada di sini dan di mana-mana terbukti dalam keindahan, keutuhan, keselarasan, dan kebahagiaan di seluruh alam semesta. Kehadiran Kebenaran nyata dalam kemurnian, ketepatan, kejujuran, dan kesempurnaan. Jika kita secara spontan dan rajin menyatakan sifat-sifat mulia Roh ini, kita membuktikan bahwa Allah ada di sini dan kuasaNya yang tidak berhingga hadir untuk memenuhi setiap keperluan kita.

Asas yg memiliki kendali mutlak mendasari keberadaan kita. Tidak ada yang dapat menghentikan atau mengganggu kendali ini. Keteguhan dan kuasanya tidak pernah tidak hadir. Bimbingan Budi yang tidak dapat salah bagi semua ciptaan adalah fakta yang pasti. Penjagaan Kasih yang meliputi semua anak-anaknya tidak mengenal perlawanan. Ketidakberhinggaan kebaikan ada di sini, sekarang dan selamanya. Kita hanya perlu bersandar dengan sepenuh hati kepada Kebenaran untuk membuktikan bahwa di mana pun manusia berada, Allah, Ibu-Bapanya ada di sana.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.