Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Benjolan di leher hilang

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 17 Juni 2013

Aslinya diterbitkan di edisi Juni 2013 majalah The Christian Science Journal


Tidak lama sebelum saya terbang untuk menghadiri reuni yang sudah sangat saya nantikan dengan ayah dan saudara-saudara perempuan saya, sebuah benjolan kecil yang keras di belakang leher saya yang sudah ada sejak kurang lebih satu tahun, tiba-tiba membesar dengan cepat dan makin mengeras. Saya akui bahwa sampai saat itu saya tidak mengindahkan benjolan tersebut. Sekarang saya mengalami kesulitan bila berkendara maupun tidur. Rasa sakit dan takut senantiasa berusaha menyusup ke pikiran saya.

Seperti yang biasa saya lakukan, saya berpaling kepada Allah dalam doa. Dengan kesungguhan hati saya ingin belajar dari Allah apa yang perlu saya ketahui untuk menyembuhkan keadaan itu. Saya juga menelpon seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen untuk mendukung doa saya.

Saya menyelidiki arti istilah kekerasan dan mendapatkan beberapa acuan yang bermanfaat, yang saya pelajari setiap hari. Salah satu acuan saya temukan dari Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen: “Kasih larutkan k’kerasan hatimu” ( No. 278).

Petikan lainnya yang bermanfaat terdapat pada halaman 242 buku ajar Ilmupengetahuan Kristen, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy: “Dengan ketaatan yang sabar kepada Allah yang sabar, marilah kita bekerja untuk dengan alat pelarut yang universil, yaitu Kasih, melarutkan batu keras kesesatan — kemauan diri sendiri, pembenaran diri sendiri, dan cinta diri — yang berperang melawan kerohanian dan merupakan hukum dosa dan maut.” Mengetahui bahwa istilah batu keras berarti suatu substansi yang sangat keras, saya mulai berdoa dengan ide, bahwa Kasih melarutkan dalam kesadaran, setiap kekerasan di dalam pikiran atau hati saya. 

Sementara bekerja dengan ide-ide tersebut, saya merasa nyaman pergi menghadiri reuni keluarga yang sudah direncanakan. Bagian leher saya itu sudah mulai mengeluarkan cairan tetapi masih memerlukan perawatan. Saya bersyukur berbagi satu kamar dengan saudara perempuan yang mendukung keinginan saya akan penyembuhan rohaniah dan yang dengan penuh kasih membersihkan dan mengganti perban setiap beberapa jam. Saya harus mengakui, bahwa hal ini memerlukan kerendahan hati dari pihak saya, karena pada umumnya saya tidak suka bergantung kepada seseorang, atau memperlihatkan kesulitan saya kepada orang lain.

Kekerasan watak dan kemandirian yang sangat kuat, yang terkadang menimbulkan sikap keras dalam interaksi saya dengan orang lain, terkikis selama penyembuhan tersebut. Saya berusaha untuk lebih merasakan kasih terhadap sesama dan menyatakannya dalam perilaku yang lembut. Saya juga berjaga agar saat muncul dalam pikiran saya “kemauan diri sendiri, pembenaran diri sendiri, dan cinta diri,” saya melarutkannya dengan Kasih, “alat pelarut yang universil.” Menjadi jelas bagi saya, bahwa itulah yang perlu dilarutkan, dan gambaran zat yang palsu akan diperbaiki mengikuti perubahan pemikiran ini.  

Selama reuni keluarga, saya mengalami banyak kemajuan. Rasa sakit hilang, meskipun pengeluaran cairan masih berlanjut, dan saudara perempuan saya menganjurkan agar saya menemui seorang perawat Ilmupengetahuan Kristen setelah kembali ke rumah saya. Perawat itu dengan penuh kasih menemui saya sesudah kebaktian gereja dan merawat luka saya. Dia memberikan beberapa saran yang sangat membantu mengenai cara membersihkan dan membalut. 

Dalam beberapa minggu sesudah saya pulang, saya tidak perlu lagi membalut luka itu. Namun masih ada benjolan kecil yang serupa. Saya menelpon penyembuh dan minta bantuan doa lagi. Saya menjadi sadar bahwa saya perlu melihat seluruh pengalaman itu sebagai khayalan dan tidak terkesan oleh kejadian tersebut. Benjolan itu segera hilang dan tidak kembali lagi.

Saya sangat bersyukur untuk dukungan yang saya terima selama penyembuhan tersebut. Selain dukungan yang diberikan saudara serta suami saya, dan penyembuh serta perawat Ilmupengetahuan Kristen, saya juga sangat terbantu membaca majalah Christian Science Sentinel  edisi 12 Maret 2012 yang membahas tentang hidup tanpa rasa sakit. Untuk semua ini serta banyak kesembuhan yang lain, saya bersyukur kepada Allah.


Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.