Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

TAHUN YANG MEMBAWA KESEMPATAN BARU

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 16 Desember 2013

Aslinya diterbitkan di edisi 29 Desember 2008 majalah Christian Science Sentinel


Setiap malam pergantian tahun orang di seluruh dunia berkumpul menghitung detik-detik kedatangan tahun yang baru. Itulah saat yang sarat pengharapan dan harapan—dan tahun ini pun seharusnya tidak merupakan perkecualian. Namun demikian tidaklah mungkin kita mengabaikan fakta, bahwa di setiap tingkatan, pribadi sampai global, dunia menghadapi tantangan yang serius. Di saat ramalan ekonomi sangat memprihatinkan dan orang mengkhawatirkan keadaan keuangan mereka di masa depan, adakah alasan untuk mempunyai harapan?

Rasul Petrus yang mengalami berbagai perjuangan dalam hidupnya, pastilah memahami masalah tersebut saat menulis, "siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu" ( I Pet. 3:15).

Ada berbagai alasan rohaniah yang kuat untuk memiliki harapan, bahkan di saat yang sulit, dan ajaran Ilmupengetahuan Kristen menunjukkan cara membangun harapan untuk masa kini dan masa depan di atas dasar yang kokoh. Saya rasa harapan yang terbaik, kesempatan yang paling cemerlang yang tersedia bagi umat manusia, ada dalam pemahaman kita tentang Allah. Tentang sifatNya dan penjagaanNya yang tetap. Misalnya, saya mendapati bahwa mengenal Allah sebagai Asas Ilahi, sumber dari hukum-hukum rohaniah akan hidup, memberi saya alasan yang cukup untuk hanya mengharapkan kebaikan saja. Hukum-hukum ini—yang semuanya berasal dari Firman yang Pertama untuk memiliki satu Allah dan mengasihiNya tanpa syarat—memerintahi ciptaanNya dengan cara yang maha-selaras.

Kebaharuan sesungguhnya adalah ciri Allah; oleh karenanya, hal itu merupakan ilham Ilahi yang menyatakan wawasan yang benar di saat yang tepat, untuk memenuhi keperluan mendesak manusia individual maupun masyarakat. Salah satu daya tarik ide-ide rohaniah yang berasal dari Allah adalah, semua itu menunjuk kepada cara yang lebih luhur dan praktis untuk memperbaiki dan memecahkan masalah. Yesus berjanji, “Bapamu mengetahui apa yang kamu perlukan, sebelum kamu minta kepada-Nya" (Mat. 6:8).

Sebagai sifat rohaniah, kebaharuan ini membiarkan kita mengamalkan apa yang secara naluri kita rasakan: bahwa pasti ada sesuatu yang lebih baik, lebih dekat dengan kebaikan yang mutlak, daripada yang kita lihat. Mary Baker Eddy, Penemu Ilmupengetahuan Kristen, melihat bahwa hal itu memberi kita tenaga. Dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dia menulis, “Marilah kita rasai tenaga ilahi Roh, yang membawa kita kepada kebaharuan hidup dan yang tidak mengakui, bahwa ada suatu kekuasaan yang fana atau kebendaan yang dapat memusnahkan" ( hlm. 249).

Penerapan model rohaniah mengenai hidup, dengan sendirinya mulai dengan pikiran perorangan dan meluas kepada pemikiran kolektif, seperti riak air membentuk lingkaran yang makin melebar. Ide-ide yang memerdekakan mungkin asalnya sederhana, tetapi jika dibiarkan meluas dan menjangkau lebih jauh, pada akhirnya akan menyentuh pikiran orang yang semakin banyak.

Solusi bagi apa yang seakan merupakan masalah besar—seperti keadaan ekonomi sekarang ini—mungkin melibatkan munculnya ide-ide yang sederhana tetapi berbobot, alih-alih strategi yang hebat. Lahirnya ide-ide seperti itu, boleh dikatakan mirip dengan kedatangan Kristus itu sendiri. Yang semula terlihat sebagai bayi yang kecil, yang lahir di kandang yang hina, tumbuh menjadi kekuatan yang hebat yang merubah dunia untuk selamanya. Kristus dapat dilihat sebagai kuasa Allah yang memperbaiki serta membaharui, yang senantiasa bekerja di dalam kesadaran manusia, mengembangkan pikiran serta tindakan yang lebih baik.

Di dalam sebuah artikel yang berjudul "The New Birth (Kelahiran yang Baru)," Mary Baker Eddy menjelaskan bahwa ide atau konsep yang baru "bukanlah hasil pekerjaan sesaat. Hal itu mulai dengan berbagai saat, dan berlanjut bertahun-tahun ..." (Miscellaneous Writings 1883-1896, hlm. 15). Tahun yang baru mungkin menandai suatu masa tertentu, tetapi kesempatan yang dilambangkannya tidak dapat dibatasi. Kebaharuan memiliki suatu sumber abadi yang tidak henti-hentinya memberi kita ide-ide segar sepanjang waktu. Dalam artikel yang sama, Mary Baker Eddy membahas pernyataan yang berkelanjutan akan pikiran-pikiran yang baru. Dia menyamakannya dengan "saat-saat akan penyerahan diri kepada Allah, akan rasa percaya seperti yang dimiliki anak-anak serta pengamalan kebaikan yang penuh suka cita; saat-saat akan penyangkalan diri, pembaktian diri, harapan surgawi, serta kasih rohaniah.”

Yang menarik perhatian saya dari pernyataan tersebut adalah perbedaannya yang besar dengan apa yang sering disebut sebagai “Resolusi Tahun Baru.” Setiap tahun banyak orang bertekad untuk berubah menjadi lebih baik dalam hidupnya. Semua keputusan ini dibuat dengan maksud yang baik, tetapi seringkali kita merasa kesulitan untuk menjadikan keinginan itu sesuatu yang permanen. Yang disarankan Ny. Eddy adalah pendekatan yang sama sekali berbeda kepada resolusi—meluangkan saat-saat untuk membaktikan diri bagi tujuan yang suci. Dengan perkataan lain, memusatkan perhatian kepada Allah, alih-alih kepada diri sendiri. Saya rasa, perubahan yang kita lihat di dunia antara lain adalah kesadaran yang semakin besar akan manfaat serta pentingnya berbakti demi suatu tujuan yang lebih luhur, alih-alih demi kepentingan diri sendiri. Pemahaman yang lebih besar bahwa resolusi seperti itu dengan sendirinya menyatakan sifat rohaniah kebaharuan, dapat membawa pengaruh besar yang menguntungkan semua orang, dan mendatangkan perubahan yang didambakan penduduk di seluruh dunia.

Jawaban atas berbagai masalah tidak selalu datang sebagai rencana yang hebat, atau melalui perubahan-perubahan serentak. Memulihkan keadaan ekonomi dunia atau meningkatkan perekonomian keluarga, dapat saja bermula dari “ide yang kecil” dan makin meluas saat demi saat, tahun demi tahun. Inti ajaran Ilmupengetahuan Kristen adalah bahwa Allah ialah Pencipta alam semesta dan adalah Asas yang memerintahinya. Telah diakui bahwa ada maksud yang kudus bagi ciptaanNya, dan bahwa saat ini juga “Allah kerjakan rencanaNya” (Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, No. 82). Sebagai akibatnya, kita dapat mulai memahami bahwa semua kebaikan yang terjadi di dalam hidup dan di dunia kita, “dapat diperbaharui,” dan dapat ditelusuri kepada rencana Ilahi.

Manakala kita pusatkan perhatian kita untuk menemukan pendekatan-pendekatan yang segar dalam mengatasi krisis keuangan global, konflik bersenjata, peningkatan angka pengangguran, AIDS, masalah lingkungan, sangatlah penting memusatkan pandangan kita kepada kesejatian rohaniah. Jawaban yang mantap tidak dapat diukur di pasar saham atau dengan harga properti, demografi hasil pemungutan suara, tingkat polusi, banyaknya minyak, atau faktor kebendaan lainnya.

Melihat keadaan manusia dari sudut pandang demikian mengingatkan saya pada Yesus, Sang Guru Agung Kekristenan, ketika menegur sekelompok orang Farisi dan Saduki yang menuntut agar Yesus memperlihatkan “suatu tanda dari surga” kepada mereka. Yesus menjawab bahwa mereka tahu membedakan rupa langit, tetapi sangat tidak mahir dalam membedakan “tanda-tanda zaman.” (lihat Mat. 16:1-3). Selanjutnya Yesus memperingatkan para pengikutnya akan bahaya mendengarkan orang yang hanya melihat segala sesuatu dari tampilan lahiriah, bukan kepada hal-hal yang rohaniah.

Meskipun mempelajari data statistik ada manfaatnya, secara naluri orang memahami bahwa semua yang disebut sebagai “indikator utama” jarang mencerminkan secara akurat masalah yang paling mereka anggap penting. Memang benar bahwa di dunia ini orang berbincang di meja dapur dan bertanya-tanya bagaimana mereka akan mampu membiayai keluarga mereka, menjamin masa depan mereka, menjaga agar mereka aman dan sehat—dan semua itu sah-sah saja. Tetapi, mungkinkah ini semua hanya mencerminkan “rupa langit?”

Baik diungkapkan dengan cara seperti itu atau tidak, saya yakin bahwa di lubuk hati setiap orang, yang sangat didambakan adalah kebaharuan rasa tenang dan pikiran yang damai. Dan di dalam diri kita semua terdapat suatu tempat yang tersembunyi—tempat di mana Kristus datang—di mana kita dapat menemukan penghiburan Budi serta merasakan rakhmat Kasih yang menakjubkan serta memberi kepuasan. Kasih karunia Allah memberi kita kecerdasan serta kekuatan yang diperlukan untuk memenuhi tantangan hidup yang mendesak maupun jangka panjang.

Menurut Pemazmur, Allah memerintahkan malaikat-malaikatNya “untuk menjaga engkau di segala jalanmu” (Mzm. 91:11). Sungguh suatu penghiburan mengetahui bahwa Bapa kita akan selalu mengirimkan pesan-pesanNya untuk menolong dan menjaga kita. Dalam menjelaskan bagaimana malaikat-malaikat Allah memenuhi keperluan kita, Mary Baker Eddy menulis, "Allah mengaruniakan kepada kita ide-ide rohaniahNya, dan pada gilirannya, ide-ide itu memberikan kepada kita apa yang kita perlukan sehari-hari." Dan Ny. Eddy menambahkan kata-kata yang menghibur ini: “Jangan sekali-kali meminta untuk hari esok: cukuplah bahwa Kasih ilahi adalah penolong yang senantiasa hadir; dan bila kita menanti, tidak pernah ragu, kita akan memperoleh semua yang kita perlukan setiap saat” (Miscellaneous Writings 1883-1896, hlm. 307).

Saya telah berkali-kali menyaksikan aturan ini dibuktikan dalam penyembuhan fisik di saat yang kritis dan yang memerlukan pemulihan serta pembaharuan. Suatu ketika seseorang menelpon saya setelah tangannya cedera saat bermain sofbol. Salah satu jarinya remuk terkena lemparan bola. Untuk beberapa saat orang itu dikuasai oleh rasa sakit serta kebingungan. Yang segera perlu dilakukan adalah membantunya merasakan dua fakta dasar yang menenangkan ini: bahwa Allah ada di situ bersamanya, sebagai Hidupnya serta Penyembuhnya yang sesungguhnya. Dan, bahwa ketakutan tidak dapat menguasainya.

Saya tidak ingat secara tepat bagaimana saya berdoa, tetapi saya tahu bahwa dasar doa saya adalah menyaksikan hukum-hukum Allah bekerja, termasuk hukumNya tentang pemulihan serta pembaharuan. Dalam waktu singkat, orang itu menelpon lagi untuk mengatakan bahwa pikirannya sudah jernih, dan rasa sakit itu hilang. Salah satu masalah yang masih harus kami doakan adalah bahwa jarinya menjadi mati rasa. Tetapi pemulihan yang sempurna akhirnya terjadi dan dia mengatakan bahwa jarinya dapat digerakkan dan dapat merasa seperti semula.

Dalam mencari jawaban atas masalah yang kompleks, rencana Allah sama sekali terpisah dari pendekatan duniawi. RencanaNya terdiri dari ide-ide yang bersifat rohaniah dan mencerminkan kearifan serta kemurahan ilahi, kesabaran dan kuasa ilahi. Allah telah menciptakan kita semua untuk memahami ide-ide ini dan mengetahui bagaimana menggunakannya dalam kahidupan kita sendiri—demi perbaikan semua pihak. Setiap orang di antara kita menyatakan, dengan cara yang unik, sifat-sifat rohaniah yang mengilhami pemikiran baru dan memaksa kita untuk berubah.

Tahun yang baru ini juga memberikan alasan bagi harapan, pembaharuan, dan kesempatan. Setiap orang mempunyai hak yang dikaruniakan Allah untuk menjalani hidup yang semakin menyatakan sumber daya Jiwa yang tidak berbatas. Manakala kita semakin baik melihat “tanda-tanda zaman,” kita akan melihat melampaui ramalan-ramalan yang berpusat pada ketakutan, dan mulai melihat lebih banyak kedatangan kembali ide-Kristus yang tanpa hingar bingar, dan janjinya akan berkat yang menakjubkan.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.