Beberapa tahun yang lalu saya pergi ke agen penyewaan mobil karena mobil saya harus diperbaiki dan saya memerlukan sarana transportasi. Rencananya, pagi itu setelah berhasil menyewa mobil saya akan ke kantor, oleh karena itu saya membawa banyak barang yang kira-kira akan saya perlukan hari itu.
Seharusnya saya memperhatikan ambang pintu ketika mengikuti agen tersebut berjalan melewatinya, tetapi karena banyaknya barang yang saya bawa, saya tidak melakukannya. Begitu saya berjalan melewati pintu, saya terpeleset dan jatuh, muka saya membentur dengan keras lantai semen, dan barang barang bawaan saya berserakan.
Agen tersebut dengan khawatir berlari menemui saya dan ingin memanggil ambulans. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya akan baik-baik saja. Beberapa pekerja lain membantu saya berdiri dan mengumpulkan semua barang saya yang berserakan. Kemudian agen itu menawarkan untuk mengantar saya ke dokter kalau saya tidak mau ke rumah sakit. Sekali lagi saya menenangkannya dengan mengatakan bahwa saya akan baik-baik saja. Akhirnya ia mengantar saya ke kamar mandi di mana saya dapat membasuh diri sebelum meninggalkan tempat itu. Harus saya akui bahwa di depan cermin, wajah saya terlihat agak mengerikan. Saya membasuh sebaik mungkin dan meninggalkan tempat itu dengan mobil yang saya sewa.
Ketika saya sedang mengendarai mobil sewaan tersebut, suatu pesan malaikat mengatakan bahwa mungkin sebaiknya saya tidak ke kantor tetapi menenangkan diri di rumah untuk berdoa. Seharusnya saya mendengarkan pesan tersebut, tetapi alih-alih demikian saya tetap pergi ke kantor. Saya merasa perlu ke kantor karena hari itu saya harus melatih pengganti saya dan saya belum mau membiarkannya bekerja sendiri saat itu.
Ketika tiba di kantor, rekan-rekan saya mersa khawatir dan memberi saran untuk merawat cedera saya. Mereka hampir semuanya tahu bahwa saya adalah seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen dan bersandar pada doa untuk memperoleh kesembuhan, dan mereka selalu menghormati keputusan saya tersebut. Saya mengucapkan terima kasih untuk perhatian mereka, sambil mengatakan bahwa saya baik-baik saja dan ingin melakukan pekerjaan saya. Walaupun demikian wanita yang saya latih mengkhawatirkan keadaan saya. Dia cemas karena merasa bahwa saya tidak merawat luka-luka saya. Saya mengatakan kepadanya bahwa saya percaya kepada Allah dan tahu bahwa saya dapat mengandalkan Allah untuk mendapatkan kesembuhan. Saya melindungi diri saya dengan mendoa di dalam hati dan berpegang pada kebenaran mengenai identitas saya yang sebenarnya sebagai anak Allah yang sempurna. Tanpa henti-henti, saya berpegang kepada pernyataan bahwa karena “kecelakaan tidak ada bagi Allah” (sebagaimana dijelaskan Mary Baker Eddy di halaman 424 buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci), dan saya mencerminkanNya, maka saya pun tidak dapat mengenal atau menderita karena kecelakaan.
Keesokan harinya, wanita yang saya latih itu terus menanyakan apa yang saya lakukan untuk mengatasi luka itu, dan saya memberikan jawaban yang sama seperti sebelumnya. Kemudian ia mulai mengemukakan berbagai hal yang dapat dan akan terjadi dengan diri saya dan wajah saya jika saya tetap “mengabaikan” luka itu. Sekali lagi saya mencoba meyakinkannya bahwa saya bisa mengatasi masalah tersebut.
Malam itu saya menelpon seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen untuk mengatasi pikiran yang mengatakan bahwa saya bersikap ceroboh karena memilih untuk mengandalkan Allah untuk mendapatkan kesembuhan. Saya tidak pernah merasa khawatir bahwa kesembuhan tidak akan terjadi, tetapi saya merasa terganggu oleh kekhawatiran orang lain. Saya tahu bahwa segala sesuatu dikendalikan oleh Allah, dan apabila Allah tidak menciptakan kecelakaan, maka kecelakaan tidak pernah tercipta.
Semua yang diciptakan Allah bermanfaat, baik, dan sempurna. Tidak sesuatu pun dapat mengubah fakta rohaniah tersebut, oleh karena itu wujud rohaniah saya haruslah sempurna, utuh, dan tanpa cacat.
Keesokan harinya adalah hari Rabu, dan meskipun saya mempertimbangkan untuk tidak ke gereja karena penampilan saya, dengat cepat pikiran tersebut saya buang. Tentu saja mendengarkan kebenaran rohaniah dan kesaksian penyembuhan yang disampaikan dengan tulus adalah sesuatu saya butuhkan saat itu. Pada hari Kamis, interaksi saya di kantor berjalan mulus, dan pada hari Jumat pagi kesembuhan saya sudah sempurna—semua luka sudah menutup tanpa meninggalkan bekas. Sebelumnya, beberapa orang mengatakan bahwa saya memerlukan jahitan untuk menghindari bekas luka yang besar, tetapi ternyata sama sekali tidak ada bekas luka.
Kemudian pada hari Jumat sore, seusai kantor, wanita yang saya latih itu berlari menghampiri saya, sambil menangis dan mengatakan bahwa saya telah mengalami suatu “kesembuhan yang sangat indah.” Dia mengatakan sekarang dia mengerti mengapa saya mengandalkan Allah untuk menyembuhkan diri saya. Lalu ia bertanya apakah saya bersedia berdoa untuk temannya yang sedang dirawat di rumah sakit. Saya menjelaskan bahwa saya tidak dapat memberikan doa penyembuhan tanpa seizin orang yang bersangkutan (saya tidak ingin mengganggu perawatan medik yang sedang dijalani temannya itu), tetapi dengan senang hati saya bersedia berdoa baginya (wanita yang saya latih tersebut) untuk menghilangkan ketakutannya. Dengan bersyukur dia menerima tawaran saya. Hari-hari kami selanjutnya ternyata sangat selaras, dan selanjutnya kami berpisah dengan saling menghormati dan mengasihi.
Saya akan selalu bersyukur untuk bukti akan penjagaan Allah ini serta kasihNya bagi semua anak-anakNya.
Deerfield Beach, Florida, AS