Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Kasih menyelamatkan kami suatu hari di musim panas

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 10 Mei 2013

Aslinya diterbitkan di edisi 8 April 2013 majalah Christian Science Sentinel


Ketika masih di SMU, saya mempunyai pengalaman yang merubah hidup saya. Maksud saya, saya mendapatkan bukti bahwa Allah adalah Kasih dan selalu hadir bersama kita. Saya telah diberitahu mengenai hal ini oleh orang tua serta guru-guru Sekolah Minggu saya yang pengasih, dan setiap hari Minggu saya melihat kata-kata “Allah adalah Kasih” (lihat 1Yohanes 4:16) dalam huruf-huruf besar berwarna emas di dinding Sekolah Minggu. Tetapi adalah suatu pengalaman saya bersama dengan teman-teman SMU, yang tidak seorang pun pelajar Ilmupengetahuan Kristen, yang memberi saya bukti akan kebenaran kata-kata yang kudus tersebut.

Pada suatu hari yang panas di bulan Agustus, kami berlima berencana untuk berenang di kolam yang berasal dari galian setempat dan berjemur di bebatuan menikmati hangatnya sinar matahari. Karena tidak seorang pun diantara kami memiliki mobil, dan kami juga baru belajar mengendarai mobil, kami meminta ibu dari salah seorang teman untuk mengantar kami. Sang ibu pun setuju, dan saat menurunkan kami, dia mengatakan agar kami menunggu di pinggir jalan pada jam 5 sore saat dia akan datang menjemput kami. Jalan itu adalah jalan desa yang sepi, dan kami hanya perlu berjalan sebentar melalui daerah berhutan untuk sampai di kolam yang sunyi itu. Ibu saya mengijinkan saya pergi berenang bersama teman-teman, tetapi kalau saya pikir sekarang, seandainya beliau menyadari bahwa kami berada di daerah yang tidak bisa dihubungi melalui telpon (ini terjadi sebelum era telpon seluler), mungkin beliau tidak akan memberi ijin.

Kami menikmati hari yang menyenangkan, boleh dikatakan hari yang sangat santai. Pada pukul lima kurang sedikit, kami mengumpulkan barang-barang kami dan kembali ke jalan menunggu kedatangan ibu teman saya. Sayangnya beliau terlambat. Kami terus menunggu dan menunggu, yakin bahwa beliau akan datang setiap saat.

Yang terjadi kemudian adalah sesuatu yang tidak pernah kami harapkan. Sebuah mobil yang penuh dengan remaja, yang sebaya kami tetapi berasal dari latar belakang yang sangat berbeda, berhenti di tepi jalan dan para remaja itu keluar dari mobil mereka. Mereka telah minum miras dan mulai berbicara kasar dan membuat komentar yang vulgar mengenai kami. Di antara mereka terdapat seorang gadis, dan dia berbicara dan bersikap sangat agresif terhadap kami.

Jelas sekali bahwa mereka memusuhi kami, karena kami berasal dari keluarga yang terbilang mampu, sedangkan mereka tidak. Tidak seorang pun diantara gadis-gadis yang bersama saya mengucapkan sepatah kata. Kami hanya berdiri di sana, dan saya dapat melihat ketakutan di mata teman-teman saya. Lalu para pemuda itu mulai berbicara untuk “membawa kami ke hutan satu per satu”, sementara si gadis akan mengawasi yang lain. Barulah saya melihat bahwa gadis tersebut membawa pisau. Saya tahu bahwa saya harus berdoa, tetapi saya merasa tak berdaya melihat pemandangan di sekeliling saya. Saya ingat menggapai kepada Allah, dan kemudian yang saya lihat  hanyalah ketiga kata berwarna emas di dinding Sekolah Minggu saya: “Allah adalah Kasih.”

Saya tahu inilah pesan malaikat bagi saya. Belum pernah saya mendoa seperti saat itu untuk memahami makna rohaniah kata-kata tersebut. Saya ingin mengenal Kasih yang saya tahu dapat menghentikan badai yang saya hadapi, sebagaimana diredakannya laut ketika para murid berseru kepada Yesus untuk menolong mereka (lihat Markus 4:35–41).

Yang kemudian terjadi terasa sebagai suatu mimpi. Saya mendengar pikiran malaikat mengatakan dengan sangat jelas kepada saya untuk bertanya kepada si gadis dari sekolah mana dia berasal. Pertanyaan tersebut kedengarannya tidak masuk akal, mengingat keadaan yang kami hadapi, tetapi saya patuh dan memberanikan diri untuk bertanya. Setelah gadis itu dan teman-teman saya melihat penuh heran, gadis itu menjawab. Para pemuda telah menuju mobil, tetapi mengatakan bahwa mereka akan kembali. 

Saya berusaha mengingat seseorang dari sekolah tersebut. Terbersit sebuah nama, jadi saya bertanya kepadanya apakah dia kenal pemuda itu. Dengan cepat dia menjawab, dan sikapnya berubah total. Dia menyingkirkan pisau itu dan berbicara dengan saya dengan ramah, lalu dia kembali ke mobil, dan kelompok itu pergi.

Teman-teman saya bertanya bagaimana saya mendapat keberanian untuk berbicara dengan gadis itu. Saya katakan bahwa saya telah berdoa. Semua teman saya juga mengatakan bahwa mereka pun berdoa. Kami sangat gembira ketika melihat mobil ibu teman kami datang, meskipun beliau terlambat dua jam. (Beliau lupa!). Saya sangat tersentuh oleh peristiwa itu sampai-sampai saya tidak dapat membicarakannya untuk beberapa lama. Saya tahu, seperti juga taman-teman saya, bahwa kami telah menyaksikan kuasa doa. Tiga huruf yang terdapat dalam 1Yohanes benar-benar hidup dan menyembuhkan. Saya tahu karena saya mengalaminya pada hari yang cerah di musim panas itu. 

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.