Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

‘Keheningan yang dalam’ dan kesembuhan dari penyakit

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Februari 2013

Diterjemahkan dari Christian Science Sentinel, edisi 19 November 2012


Penyembuhan jasmani melalui doa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen, baik yang datang dengan cepat ataupun memakan waktu lebih lama, selalu disertai sukacita yang besar akan kemaha-hadiran serta kuasa Kasih ilahi. Dalam bab “Doa” di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, Mary Baker Eddy menulis: “Sadarilah untuk sesaat saja, bahwa Hidup dan kecerdasan bersifat rohaniah semata-mata — tidak ada di dalam zat dan tidak berasal dari zat — maka tubuh tidak akan merasa sakit lagi” (hlm. 14).

Beberapa tahun yang lalu, saya menyaksikan kebenaran ini dibuktikan. Suami saya menderita sakit perut selama beberapa hari, dan meskipun kami telah berdoa dengan sungguh-sungguh, dia selalu muntah-muntah sesudah makan. Kemudian keadaan itu berkembang sehingga biarpun tidak makan, ia tetap muntah-muntah.

Setelah mengalami hari yang sangat sulit, suami saya dan saya duduk di ruang keluarga, dan jelas sekali terlihat bahwa suami saya sangat resah. Karena keadaan yang dialaminya, dia tidak bisa duduk tenang. Sepanjang hidup, kami berdua mempunyai pengalaman yang menunjukkan keberhasilan doa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen, menyaksikan semua kesulitan jasmani yang kami hadapi diatasi melalui pergantungan kepada pemeliharaan Allah. Oleh karena itu kami memutuskan untuk terus menggapai kepada Allah untuk memahami kebenaran yang menyembuhkan yang akan mendatangkan kebebasan.

Kemudian suami saya pergi ke kamar mandi lagi, dan saya duduk sendirian. Saya tergoda untuk mengkhawatirkan suami saya tetapi segera membuang pikiran tersebut dan menenangkan diri. Saya tidak lagi melawan penyakit tersebut secara mental—selama beberapa hari terakhir saya telah menggunakan setiap kebenaran rohaniah yang dapat saya pikirkan untuk mengatasi keadaan tersebut. Tanpa ragu saya tahu, bahwa  apa yang saya lihat dan yang dialami suami saya adalah khayalan semata dan bahwa manusia dalam keserupaan Allah bersifat sempurna. Tetapi saya tetap dapat mendengar suara dari kamar mandi yang menunjukkan pengalaman yang sangat berbeda. Di saat itu juga saya menggapai kepada Allah, Bapa kami yang lemah lembut dan penuh kasih, dengan menggunakan baris pertama Doa Bapa Kami dengan tafsiran rohaniah yang diberikan oleh Mary Baker Eddy: “Bapa kami yang di sorga, Allah, Ibu-Bapa kami, mahaselaras, ...” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 16). 

Saya belum beranjak dari kalimat itu, ketika tiba-tiba saya menjadi sangat tenang. Saya tidak sadar akan sekeliling saya karena kehadiran Kasih mengisi pikiran saya. Tidak ada kata-kata, tidak ada kutipan yang saya ingat, tidak ada perjuangan untuk mendengar Kebenaran—hanya keheningan yang dalam. Saya tidak tahu berapa lama saya berada dalam suasana tersebut, tetapi rasanya tidak berkesudahan. Saya merasa berada di dalam kehadiran keselarasan yang belum pernah saya rasakan sebelumnya.

Tiba-tiba saya sadar bahwa suami saya telah kembali ke ruang  keluarga. Dia tidak lagi resah melainkan tenang sekali. Kami duduk bersama sepanjang sore itu, dan penyakit suami saya tidak  pernah kambuh lagi. Sebelum tidur malam itu saya tergoda untuk tetap bangun untuk memastikan bahwa suami saya baik-baik saja, tetapi kemudian saya merenungkan lagi kata-kata Ny. Eddy: “Allah, Ibu-Bapa kami, mahaselaras,” dan keheningan dalam yang sama, sekali lagi menyelimuti saya seperti sebelumnya. Saya pun pergi tidur dengan penuh kedamaian. Suami saya tidur semalaman dan keesokan harinya bangun tanpa tanda-tanda mengenai masalah yang dialaminya—dia dapat makan secara normal lagi dan sejak saat itu sama sekali terbebas dari masalah tersebut.

Setiap  kali ketika sedang dihadapkan dengan suatu masalah, saya sering merenungkan tafsiran rohaniah Ny. Eddy mengenai Doa Bapa Kami, dan setiap kali saya merasakan kehadiran Kristus yang menyembuhkan, menyelimuti diri saya.


Seperti yang diceriterakan isteri saya, saya mulai merasa sakit beberapa hari sebelum saya mengalami kesembuhan di sore hari itu. Beberapa kerabat dan teman mengalami sakit perut serupa setelah kami menghadiri pesta yang menyajikan makanan katering, tetapi mereka dengan cepat bisa sembuh. Kemudian saya sadar bahwa saya tidak dengan segera menangani masalah tersebut karena sepintas menganggap bahwa saya pun akan segera sembuh, sehingga saya tidak banyak memikirkannya dan berdoa. Tetapi ternyata keadaan saya dengan cepat memburuk sehingga saya merasa sama sekali tidak berdaya. Ketika isteri saya berdoa bagi saya di ruang keluarga, seperti yang telah diceriterakan sebelumnya—saya merasa sangat lelah. Saya hanya dapat mengatakan “Tidak!” berulang-ulang—sambil sekuat tenaga menolak pengalaman tersebut dan mengetahui bahwa saya tidak perlu mengalami penderitaan tersebut lebih lama lagi. Dalam sekejap, saya tidak lagi muntah-muntah dan saya tahu bahwa saya telah sembuh. Saya bangun dan bergabung dengan isteri saya di ruang keluarga, dan kami berdua sangat bersukacita dalam perasaan yang menakjubkan akan kehadiran serta kuasa Allah yang baru saja kami alami.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.