Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Seorang Pembaca Pertama bersukacita

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 1 Mei 2013

Aslinya diterbitkan di edisi Februari 2013 majalah The Christian Science Journal


Di bulan Juli 2011, hanya beberapa minggu sesudah saya memulai tugas saya sebagai Pembaca Pertama di sebuah gereja cabang Ilmupengetahuan Kristen setempat, saya menemukan sebuah benjolan serta perubahan warna di salah satu payudara saya. Dengan segera saya menelpon seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen untuk mendukung saya dalam doa. Terus terang saja, meskipun sudah menjadi pelajar Ilmupengetahuan Kristen seumur hidup saya, saya selalu berpikir akan merasa takut dan panik bila menghadapi gejala seperti itu. Tetapi yang menakjubkan, reaksi saya yang pertama adalah tetap tenang dan tidak takut, dan saya merasa yakin akan mengalami kesembuhan yang sempurna. 

Saya yakin bahwa keadaan itu hanyalah suatu saran semata-mata—tetapi kemudian harus menyerah kepada penyakit. 

Penyembuh mengingatkan saya mengenai kisah Nehemiah yang membangun kembali tembok Yerusalem, dan janji berikut: “Allah semesta langit, Dialah yang membuat kami berhasil! Kami, hamba-hamba-Nya, telah siap untuk membangun” ( Nehemia 2:20). Hal ini mengingatkan saya bahwa Allah-lah yang melakukan pekerjaan penyembuhan (bukan saya), dan, sesungguhnya, Kasih ilahi mempertahankan gereja kita.

Godaan untuk terus memeriksa tubuh saya guna mendapatkan tanda-tanda kemajuan sangatlah besar. Hal ini membimbing saya untuk menyusun bacaan untuk kebaktian hari Rabu dengan tema “Palingkanlah pandangan dari tubuh kepada Kebenaran dan Kasih,” sebagaimana diajarkan Mary Baker Eddy, Penemu dan Pendiri Ilmupengetahuan Kristen, kepada para pembaca Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, buku ajar yang ditulisnya ( hlm. 261). 

Saya juga mempersiapkan bacaan lain dengan topik, “Penyembuhan rohaniah untuk segala zaman, dan untuk masa ini.” Sangatlah penting untuk mengingat, bahwa penyembuhan rohaniah adalah efektif, bahwa hal itu didasarkan pada hukum-hukum Allah, dan telah terjadi selama beribu tahun dan akan terus berlangsung. 

Selama dua bulan berikutnya, hampir setiap hari saya berkomunikasi dengan penyembuh, yang meyakinkan saya bahwa tugas saya sebagai Pembaca mendukung saya, bukan sebaliknya. Selain itu, setiap malam sebelum tidur saya membaca kesaksian mengenai penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen dari koleksi majalah The Christian Science Journal yang diberikan kepada saya oleh seorang teman. Hal ini sangat membesarkan hati saya dan membangun keyakinan saya.

Meskipun demikian, ketakutan dan keputusasaan tetap menghantui. Pada suatu hari, seorang teman menunjukkan saya sebuah ceramah Ilmupengetahuan Kristen yang disajikan secara online. Penceramah menceriterakan bahwa sebuah benjolan di payudaranya hilang ketika dia mendapatkan pemahaman yang lebih baik bahwa Allah adalah Kasih. Hal ini begitu menyentuh saya. Selama bertahun-tahun, saya menganggap bahwa saya tidak dapat merasakan kasih Allah yang nyata terhadap saya. Penyembuh mengingatkan saya mengenai kata-kata dalam sebuah nyanyian gereja yang ditulis oleh Samuel Longfellow: “Dalam kasihMu ‘ku aman, / HukumMu tongkatku: / Segala yang kejadian, / Di dalam tanganMu” (Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, No. 134). 

Pesan dalam nyanyian itu membebaskan saya dari rasa tanggungjawab yang palsu dalam berbagai bidang kehidupan saya dan dengan tegas menunjukkan kepada saya bahwa Kasih ilahi bertanggungjawab atas diri saya dan memelihara saya. Dengan sendirinya hal ini menjadi sebuah topik bacaan hari Rabu dengan tema kasih Allah bagaikan Ibu mengasihi anak-anaknya. 

Kira-kira saat itu, saya berhubungan dengan seseorang yang sudah lama menjadi penyembuh dan guru Ilmupengetahuan Kristen. Antara lain dia menyurati saya mengenai pengalamannya dalam penyembuhan, “Hal itu selalu menyangkut keperluan untuk lebih mengutamakan Allah, dan kurang menguatirkan diri, menganalisa diri, dan meragukan diri.” Tetapi saya tidak begitu mengerti bagaimana caranya mempraktekkan  “lebih banyak Allah, kurang memikirkan diri.” Saya bertanya kepada penyembuh yang membantu saya, dan dia mengatakan dengan sederhana: “Palingkan wajahmu kepada Allah.” 

Maka itulah yang saya lakukan. Saat bekerja, saya sering berpaling dari layar komputer saya dan memanjatkan doa yang singkat. Misalnya “Tuhan, saya sangat bersyukur bahwa Engkau adalah Semua,” atau “Allah, saya sangat bersyukur bahwa Engkau mengasuh saya; saya merasakan kasih dan bimbinganMu sekarang ini juga,” atau “Tuhan, saya tahu bahwa Engkau adalah satu-satunya kekuasaan di alam semesta dan bahwa penyakit tidak memiliki kuasa.” 

Saya berpaling kepada Allah dengan doa singkat ini setiap sepuluh menit, baik saat sedang di kantor, berjalan di jalanan, atau menyiapkan makan malam. Saya mulai sadar bahwa hampir-hampir tidak masalah bagaimana bunyi doa saya, selama pikiran saya tetap terfokus pada kesemestaan Allah.

Lalu saya mengalami kemunduran. Sebuah benjolan muncul di payudara saya yang lain. Benjolan itu membesar dengan cepat dan terasa sakit. Saya menyatakan kekhawatiran kepada penyembuh. Dia tetap kukuh dan kuat dalam membantu saya. Tidak lama setelah pembicaraan tersebut, saya berkendara pulang dari kantor sambil mendengarkan CD produksi sebuah fasilitas perawatan Ilmupengetahuan Kristen. CD tersebut mengandung kisah yang diceriterakan langung oleh orang-orang yang mengalami kesembuhan yang nyata ketika berada di fasilitas tersebut. 

Saat tiba di rumah, saya mematikan mesin dan duduk di mobil dengan takjub. Air mata bercucuran membasahi wajah saya. Perasaan akan kehadiran Kasih ilahi menguasai diri saya, khususnya kasih yang dinyatakan dalam pergerakan Ilmupengetahuan Kristen saat ini dan melalui sejarah. Dengan lantang saya mengucapkan terima kasih kepada penyembuh, untuk dukungannya yang tidak pernah goyah. Saya berterima kasih kepada guru-guru Sekolah Minggu saya dan kepada orang tua saya yang telah membesarkan saya dalam agama yang menakjubkan ini, juga kepada para perawat, penyembuh, guru, dan anggota gereja sebelum saya, dan mereka yang sekarang ini mempraktekkan Ilmupengetahuan Kristen.  Terutama saya sangat bersyukur untuk Mary Baker Eddy, yang dengan penuh iman mengikuti ajaran Kristus Yesus, dan yang meskipun menghadapi tantangan-tantangan yang berat tetap teguh menuliskan ajarannya dan menguatkan gerejanya. 

Dalam beberapa jam, benjolan yang kedua mulai mengering. Keesokan harinya, saya menelpon perawat Ilmupengetahuan Kristen. Dengan tangkas dan lemah lembut ia membalut luka itu dan mengajarkan kepada saya cara melakukannya. Dia meyakinkan saya bahwa kesembuhan sedang terjadi.

Dan memang benar demikian. Benjolan itu  kering dengan sempurna dan sembuh, dan benjolan yang pertama hilang begitu saja. Untuk beberapa waktu, saya merasa khawatir gejala itu akan muncul kembali. Tetapi dalam salah satu Pelajaran Alkitab Ilmupengetahuan Kristen saya mendapatkan keyakinan dari Kristus Yesus. “Pergilah dengan selamat,” katanya setelah menyembuhkan perempuan yang menderita pendarahan  (Markus 5:34). Saya benar-benar mencamkan pesan tersebut. Saya dapat melangkah maju dengan kedamaian karena Kristus sendiri menjanjikan bahwa penyembuhan Kristiani bersifat permanen. Satu tahun sudah berlalu, dan saya bersyukur dapat mengatakan bahwa kesembuhan itu permanen.


Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.