Berbagai masalah yang tidak sedikit jumlahnya telah diatasi dalam Ilmupengetahuan Kristen melalui pemahaman rohaniah akan kemahakuasaan Kasih. Bahkan pemahaman yang sedikit saja tentang kuasa ilahi yang tidak dapat dilawan serta tidak berhingga, memberi pelajar Ilmupengetahuan Kristen keberanian yang diperlukan, menghapuskan ketakutan, dan mendatangkan kepastian yang menghibur bahwa kejahatan, apa pun namanya, selamanya tidak memiliki kuasa. Suatu iman sederhana seperti yang dimiliki anak-anak, bahwa segala sesuatu mungkin bagi Allah, seringkali menghasilkan kesembuhan yang serta merta.
Saat menghadapi kasus yang tidak segera sembuh, terutama bila penyembuhan seakan memakan waktu berkepanjangan, pelajar Ilmupengetahuan Kristen belajar bahwa pengalaman Kristiani setiap orang terkadang mencakup masa-masa yang sulit. Manakala kesembuhan tertunda atau kita seakan kurang memiliki pengertian rohaniah, kita harus dengan sabar terus menegaskan kemahakuasaan Allah, sampai kesesatan sepenuhnya menyerah kepada kuasa Kasih yang tidak terkalahkan. Tetapi perlu diingat, bahwa kita harus dengan seksama memeriksa pikiran kita untuk mengetahui penyebab pembuktian yang tidak tuntas tersebut, karena kita tidak dapat menganggap hal itu disebabkan oleh ketidakmampuan Kasih ilahi, dan kita juga tidak dapat menyiratkan adanya tahap-tahap kejahatan yang sulit disembuhkan. Karena kesesatan sesungguhnya tidak melawan dan tidak bisa melawan kemahakuasaan, harus jelas bagi orang yang menggeluti metafisika, bahwa setiap saran yang agresif akan kesesatan timbul dari yang disangkakan sebagai mesmerisme. Maka pertanyaannya adalah, bagaimanakah kita dapat mematahkan mesmerisme ini dan membuktikan, tanpa gangguan atau penundaan, keselalu-hadiran Kasih yang mahakuasa?
Penulis surat kepada orang Ibrani membuat pengamatan berikut mengenai doa penyembuhan ilmiah (11:6): "Barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sungguh mencari Dia." Mengenai persyaratan yang pertama, kita dapat dengan aman mengatakan bahwa setiap pelajar Ilmupengetahuan Kristen mengakui tanpa ragu bahwa Allah, Kasih yang tidak berhingga, ada, dan memiliki kuasa yang tidak terbatas. Oleh karena itu, mungkinkah kegagalan membuktikan kuasa Kasih timbul karena kita tidak memahami yang tersirat dalam persyaratan yang kedua, yakni kesediaan ilahi untuk menyembuhkan umat manusia?
Kemahakuasaan Allah tersedia, dan setiap pelajar Ilmupengetahuan Kristen seharusnya sangat bersyukur memahami kebenaran yang menakjubkan ini! Tetapi lebih dari itu, Allah, Kasih ilahi, memberi upah kepada orang yang “sungguh-sungguh mencari Dia,” yang secara rohaniah memahami bahwa setiap saat kemahakuasaanNya dapat mereka manfaatkan, tersedia tanpa pilih kasih bagi semua, dan secara ilahi tidak bisa habis. Adalah rencana Allah yang penuh kasih agar semua orang memanfaatkan kuasa ini dan menuai buah pembuktian rohaniah.
Kebenaran bahwa Kasih selalu bersedia—ya, bahkan sangat bersemangat—untuk memelihara dan mempertahankan setiap ide dalam ciptaanNya yang sempurna, harus dilihat dan diakui dengan jelas oleh pelajar Ilmupengetahuan Kristen, sama seperti fakta yang merupakan korelasinya, yakni bahwa kuasa Kasih tidak dapat dilawan. Penyembuhan ilahi didasarkan pada pengakuan yang sepenuhnya tentang kedua faktor yang sangat penting tersebut. Sangatlah jelas, bahwa jika Allah yang mahakuasa tidak bersedia membantu manusia, maka penyembuhan ilahi tidak mungkin terjadi. Sebaliknya, jika Allah bersedia menyembuhkan, tetapi tidak memiliki kuasa untuk melakukannya, ciptaanNya akan mengalami nasib yang sama. Pemahaman yang ilmiah bahwa Kasih memiliki kemampuan yang tidak berhingga dan secara ilahi bersedia menyembuhkan umat manusia, menjadikan kesesatan tidak memiliki dasar yang logis untuk tetap ada.
Dalam karya-karya tulis Mary Baker Eddy, kita menemukan bahwa Pemimpin kita memadukan kedua faktor yang menyembuhkan, yakni kuasa Allah dan kesediaan Allah. Dalam buku ajarnya yang diilhami Kasih, Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci kita baca (hlm. 218), "Apa gunanya berdoa supaya orang sakit menjadi sembuh, kalau kita tidak mempunyai iman kepada kesediaan dan kesanggupan Allah untuk menyembuhkannya?" Dan di halaman 493 dan 494, setelah menyatakan bahwa Kristus, Kebenaran, sanggup membangkitkan orang mati, Ny. Eddy mengajukan pertanyaan yang tajam ini, "Siapakah yang berani menyangsikan bukti yang mutlak ini akan kekuasaan dan kesediaan Budi ilahi untuk memelihara manusia senantiasa utuh dalam keadaannya yang sempurna, dan memerintahi seluruh pekerjaan manusia?"
Bila direnungkan secara jujur, pertanyaan-pertanyaan Pemimpin kita tersebut dapat membawa kita kepada penemuan yang bermanfaat. Apakah kita nekat menyangsikan itikad Allah yang penuh kasih terhadap kesejahteraan pribadi kita, atau bersikap skeptis mengenai itikad Kasih untuk memenuhi setiap keperluan kita? Apakah kita memiliki kepercayaan yang kuat kepada kesediaan Allah untuk menggunakan kuasaNya yang tidak dapat gagal demi kebaikan kita, dan juga mengakui kuasa itu sendiri? Jika tidak, kita perlu memiliki keyakinan yang lebih besar akan kepedulian Allah terhadap setiap ideNya, perhatianNya yang tidak pilih kasih dan minatNya yang jelas atas setiap orang di antara anak-anakNya yang sangat berharga. Budi ilahi, yang senantiasa menyadari semua identitas, tidak menahan kebaikanNya yang tidak terbatas bagi siapa pun. Allah tidak bisa menyatakan ketidak-pedulian atau keengganan terhadap salah satu keturunanNya yang rohaniah sebagaimana matahari pun tidak dapat menahan sinar dan kehangatannya.
Dapatkah kita menemukan di dalam Kitab Suci contoh yang lebih menyentuh tentang kasih-bapa daripada perumpamaan mengenai anak yang hilang yang disampaikan Yesus? Dalam kasih serta pengampunan yang menyentuh hati yang dinyatakan sang ayah, Sang Guru kita yang Agung secara kiasan menunjukkan kasih Allah yang tidak berbatas serta kekal bagi anak-anakNya. Sesungguhnya, perhatian Kasih ilahi yang lemah lembut dan balsam penyembuhan rohaniah yang tersedia, senantiasa menyambut pemahaman rohaniah setiap orang. Jika kita bergumul dengan perasaan berdosa atau penyakit, jika kita merasa sendiri dan takut, atau jika bayangan gelap kesedihan atau kehilangan mengancam untuk menghapus damai serta kebahagiaan kita yang manis, hendaklah kita renungkan perumpamaan itu dan ingat bahwa kasih Bapa surgawi tidak pernah dapat berhenti, dan saluran ilham serta berkat yang tidak pernah habis tersedia bagi kita dalam jumlah yang tidak terhitung banyaknya.
Sekarang ini, Allah, Kasih ilahi, siap menyembuhkan kita dari segala kesulitan, membasuh kita dari semua yang tidak murni, menggantikan duka cita kita dengan suka cita dan pujian-pujian. Lengan Kasih ilahi yang mahakuasa saat ini juga diulurkan untuk menyelamatkan kita, untuk memenuhi segala keperluan kita secara berkelimpahan. Marilah kita berpaling dari penanggapan kebendaan akan segala hal dan segera pulang kepada Bapa, kesadaran akan damai, suka cita, kemurnian, kesehatan, dan kelimpahan. Marilah kita bersuka cita dalam setiap langkah perjalanan kita, sadar bahwa Allah adalah Kasih yang lembut dan mahakuasa. Jangan pernah sekalipun kita lupa bahwa Kasih yang tidak berhingga selalu menyatakan kesediaan ilahi.