Di buku "Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci," Mary Baker Eddy menulis (hlm. 450), "Ahli Ilmupengetahuan Kristen telah berikrar untuk mengurangi kejahatan, penyakit, dan maut; dan ia akan mengalahkan hal itu dengan memahami ketidaksesuatuannya dan kesemestaan Allah, atau kebaikan."
Orang yang menerima Ilmupengetahuan Kristen sebagai kebenaran mempunyai tugas yang serius untuk melaksanakan ketentuan yang tercakup dalam ikrarnya dan secara aktif terlibat dalam penyembuhan dosa, penyakit, dan maut. Ini tidak selalu berarti menjadi penyembuh Ilmupengetahuan Kristen yang terdaftar, karena tidak peduli di mana seorang pelajar Ilmupengetahuan Kristen berada—baik di rumah, di sekolah, atau di dalam bisnis—selalu ada kesempatan untuk membuktikan kuasa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen. Dan kesembuhan memang terjadi di kebaktian-kebaktian gereja Ilmupengetahuan Kristen, di rapat-rapat anggota gereja dan panitia gereja, dan di ceramah-ceramah Ilmupengetahuan Kristen.
Bagaimana kesembuhan ini terjadi? Pemimpin kita yang terkasih berkata di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan (hlm. 259), “Pengertian yang bersifat Kristus tentang wujud yang ilmiah serta penyembuhan ilahi meliputi suatu Asas dan ide yang sempurna — Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna — sebagai dasar pikiran dan pembuktian." Jika dasar pikiran dan pembuktian adalah pengertian akan Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna, kita dapat dengan mudah menyimpulkan bahwa belajar tentang Allah merupakan persyaratan dasar. Mengapa? Karena hanya melalui pemahaman tentang Allah dan perhubungan manusia dengan Allah kita dapat membuktikan penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen. Allah adalah Roh yang tidak berhingga, dan manusia dalam gambar dan keserupaanNya bersifat rohaniah, sempurna dan memiliki sifat-sifat yang tidak berhingga. Kalau kita melihat diri sendiri sebagai anak Allah, kita pun harus melihat bahwa hal itu berlaku juga untuk semua orang.
Adalah pengetahuan Yesus akan kemanunggalan, atau kesatuan, Allah dengan manusia yang menjadikannya mampu menyembuhkan orang sakit dan orang berdosa. Ny. Eddy menulis (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 476, 477): “Dalam Ilmupengetahuan Yesus memandang manusia yang sempurna, yang nampak baginya, tempat manusia fana melihat seorang yang berdosa dan fana. Pada manusia yang sempurna ini Juruselamat melihat keserupaan Allah sendiri, dan pandangan yang betul akan manusia itulah yang menyembuhkan orang sakit." Yesus bersabda (Yoh. 8:32), "Kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Merdeka dari apa? Merdeka dari kepercayaan akan hidup yang terpisah dari Allah; dari belenggu kepercayaan-kepercayaan tentang dosa dan penyakit; dari kepercayaan akan kehidupan kebendaan atau mimpi Adam akan hidup serta kecerdasan dalam zat; dan dari semua kepercayaan tentang maut. Tidak sesuatu pun kecuali pengetahuan akan kebenaran—akan Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna—akan memerdekakan manusia.
Doa penyembuhan adalah doa yang mengetahui kemahahadiran dan kemahakuasaan Allah yang sempurna dan meniadakan kemungkinan kehadiran atau kekuasaan apa pun yang lain. Doa penyembuhan haruslah tanpa takut, tanpa susah-payah, penuh suka-cita, dan spontan dalam kesadaran yang senantiasa hadir akan Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna. Tidaklah mungkin gambaran yang sesat mengambil tempat di dalam kesadaran Yesus yang dipenuhi kebenaran. Adalah kesiapannya yang tetap untuk mematuhi bimbingan Allah, kesetiaannya yang tak tergoyahkan kepada Kebenaran, dan komunikasinya yang setia setiap saat dengan Allah, yang membuatnya menjadi penyembuh yang sempurna. Ia tidak membiarkan waktu, tempat, atau keadaan mengganggu pekerjaan penyembuhannya.
Adalah kesetiaan yang sama kepada Asas Ilmupengetahuan Kristen dan kepada kesadaran akan kesempurnaan Allah dan manusia yang menjadikan kita sekarang mampu menyembuhkan mereka yang dengan tulus mencari pertolongan kita. Ada berjuta-juta orang yang lapar akan roti Kebenaran, yang mengharapkan Kasih yang menyembuhkan dan menyelamatkan, dan kepada mereka kita harus memberikan secangkir air sejuk atas nama Kristus, Kebenaran.
Yesus berkata kepada orang yang mati sebelah tangannya (Mat. 12:13), "Ulurkanlah tanganmu!" Dikisahkan selanjutnya, "Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain." Yesus tidak mau menerima bukti yang jasmaniah. Ia tanpa ragu-ragu berkata kepada orang itu untuk mengulurkan tangannya. Sesungguhnya Yesus melihat manusia ciptaan Allah yang sempurna—bukan manusia fana yang berpenyakitan. Sudah jelas Yesus tidak tertarik untuk mengetahui sudah berapa lama tangannya mati sebelah, keadaan apa yang menyebabkan hal itu, tangan yang mana yang mati, dan ia pun tidak tertarik pada penampilan kebendaan. Yesus tahu bahwa pekerjaan Allah telah selesai; bahwa ciptaan sempurna Allah dan pernyataanNya yang sempurna tidak pernah dapat diubah oleh kesaksian penanggapan fana.
Yang kelihatannya sebagai orang sakit sama sekali bukanlah manusia, melainkan mimpi fana. Manusia yang sejati adalah ide sempurna Allah. Ia adalah cerminan individuil kesadaran ilahi dan karena itu hanya sadar akan Allah, kebaikan. Kita tidak menyatakan kebenaran untuk membuatnya benar. Kita menyatakan kebenaran karena hal itu benar. Kebenaran menyatakan dirinya sendiri. Kebenaran tidak memerlukan bantuan siapa pun atau sesuatu apa pun. Masalah timbul dari kepercayaan akan dualisme—kepercayaan pada manusia yang bersifat kebendaan dan yang bersifat rohaniah, atau pada manusia yang merupakan campuran dari yang kebendaan dan yang rohaniah. Hanya ada satu manusia—manusia rohaniah.
Misi Yesus adalah untuk membuktikan Kristus, yang menunjukkan manusia yang sejati. Manusia ini adalah bukti akan kesempurnaan ilahi. Betapa kita dapat bersyukur bahwa manusia, gambar dan keserupaan Allah, tidak dapat berhenti menyatakan kesempurnaan. Karena itu jika manusia fana kelihatannya berbuat dosa, sakit, berpenyakitan, atau sekarat, kita harus tahu bahwa tepat saat itu juga , satu-satunya manusia yang ada, menyatakan kesehatan dan kesempurnaan. Manusia tidak pernah dapat berdosa, sakit, dan ia pun tidak pernah dapat mati.
Ketika membangkitkan Lazarus dari maut, Yesus tidak memohon untuk mengetahui apakah Allah bersedia mengembalikan hidupnya. Yesus bersabda (Yoh. 11: 41, 42): "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku." Kata-kata ini menyatakan doa yang sempurna dengan kepercayaan penuh pada Asas ilahi yang dipahami. Itu merupakan penegasan yang khidmat mengenai Kebenaran; dan kepercayaan palsu tentang maut dibuktikan tidak berkuasa di hadapan pemahaman yang murni seperti itu. Doa seperti yang diajarkan dan digunakan Yesus adalah pernyataan serta pengakuan akan Kebenaran—pemahaman akan Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna.
Kuasa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen adalah ampuh dan tersedia saat ini sebagaimana hal itu selamanya demikian. Allah dahulu, sekarang, dan selama-lamanya ada dan manusia, dalam gambar dan keserupaanNya, dahulu, sekarang, dan selama-lamanya ada. Manusia tidak pernah berhenti menyatakan kelengkapan Allah. Pemahaman mengenai manusia yang sejati tidak pernah berhenti mendatangkan kesembuhan. Jika kita membiarkan pengalaman kita sehari-hari dipengaruhi pemahaman yang benar tentang Allah dan manusia, serta kuasanya untuk memulihkan, membaharui, dan merohanikan, kita akan melihat konsep yang fana menghilang dan pernyataan Budi ilahi yang jelas terkembang. Maka pekerjaan kita adalah mengganti hal-hal yang tidak berharga dengan yang indah-indah, yang fana dengan yang baka, yang terbatas dengan yang tidak berhingga, dan yang kebendaan dengan yang rohaniah, sampai manusia yang diciptakan dalam gambar dan keserupaan Allah, dilihat sebagai satu-satunya manusia yang sejati. Manusia sebagai gambar dan keserupaan Allah, tidak mengetahui dosa, penyakit, kesedihan, rasa sakit, maupun maut, karena dalam Roh, Budi yang tidak berhingga, tidak ada kefanaan. Seperti Sang Guru, kita harus naik menuju penanggapan rohaniah akan wujud. Maka kesembuhan yang serta merta akan terjadi. Kita akan melihat dengan jelas bahwa sesungguhnya tidak ada yang perlu disembuhkan—bahwa yang ada hanyalah Allah yang sempurna dan manusia yang sempurna.