Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

2010

Bagi saya, harapan adalah karunia yang menggembirakan yang secara indah diberikan Allah dan merupakan sarana untuk menyatakan iman kita kepadaNya. Harapan memberikan suatu kekuatan dan keberanian untuk menghadapi segala hal, bahkan penyakit yang membandel.

Pada hari Senin 7 Juni 2010 saya bangun pagi-pagi sekali, sekitar jam 04:30. Selesai mengepak, saya mengendarai mobil selama 45 menit menuju bandara St Louis.

Apa harapan Anda untuk tahun mendatang? Atau untuk hari esok?  Apakah Anda merasa percaya diri dengan masa depan Anda? Ataukah pandangan Anda terbebani dengan keraguan dan putus asa, bahkan ketakutan? Bagi orang  yang memproyeksikan masa depannya berdasarkan pilihan, sumber daya, risiko, atau keterbatasan yang terlihat di sekitar mereka saat ini,  pengharapan yang  rendah mungkin dapat dimaklumi. Percikan semangat mungkin terasa langka dan jarang.

Dengan keyakinan? Atau dengan rasa takut? Dua cara yang sangat berbeda untuk melangkah ke tahap berikutnya. Ketika menghadapi masalah hidup—dari hal-hal yang paling dramatis sampai  yang paling biasa—saya ingin merasa dapat  maju dengan keyakinan alih-alih rasa takut.

Mary Baker Eddy mencintai  negaranya, Amerika Serikat, dan menghormati “para pahlawan” yang berkorban untuk membangun cita-cita demokrasi dan kebebasan beragama. Namun komentarnya pada peringatan hari kemerdekaan Amerika Serikat tanggal 4 Juli 1886, yang dimulai dengan patriotisme, dengan cepat  memusatkan perhatian kepada keperluan mendesak gerakan Ilmupengetahuan Kristen.

Ketika masih di Sekolah Minggu, saya mempunyai seorang guru yang menekankan sesuatu yang selalu saya ingat sepanjang hidup.  Kelas kami terdiri dari murid-murid pada usia indah ketika "Mengapa?" seakan menjadi jawaban standar terhadap segala penjelasan guru kami.

Anda dan saya mungkin tidak pernah bertatap muka. Namun kita pasti telah melakukan perjalanan bersama,  mungkin bahkan sering sekali.

Kata-kata itu diucapkan Ketua Panitia Penerima Tamu di Gereja Induk, sehabis setiap pertemuan para penerima tamu yang diadakan dua kali seminggu. Tentu saja kesembuhan terjadi selama kebaktian di Gereja Induk, tetapi sebagai penerima tamu yang baru, saya tidak melihat satu pun penyembuhan, dan sering kali menggerutu mengenai hal itu.

Suatu  ketika  keluarga kami banyak memperbincangkan batu ginjal dan gejala-gejalanya yang menyakitkan.  Pada akhir tahun 2006 saya mulai mengalami tanda-tanda tersebut dan awalnya saya sangat ketakutan.

Sebagai pelajar Ilmupengetahuan Kristen generasi ketiga, saya sekarang merasa berbahagia melihat anak cucu saya diberkati oleh kebenaran yang dinyatakan oleh Mary Baker Eddy, dan saya merasa terdorong untuk menulis kesaksian ini, yang sebetulnya sudah sejak lama harus saya lakukan. Sembilan tahun yang lalu pada minggu Kebaktian Bersyukur, ibu saya dan putri saya beserta keluarganya mengunjungi kami.

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.