Kata-kata itu diucapkan Ketua Panitia Penerima Tamu di Gereja Induk, sehabis setiap pertemuan para penerima tamu yang diadakan dua kali seminggu. Tentu saja kesembuhan terjadi selama kebaktian di Gereja Induk, tetapi sebagai penerima tamu yang baru, saya tidak melihat satu pun penyembuhan, dan sering kali menggerutu mengenai hal itu.
Pertemuan Tahunan tahun 1966 di Gereja Pertama Kristus, Ahli Ilmupengetahuan, bertepatan dengan ulang tahun ke-100 penemuan Ilmupengetahuan Kristen. Karena banyaknya peminat, tiket masuk dibagikan di Horticultural Hall pada hari Saptu, sehari sebelum pertemuan. Sekitar 2 jam setelah pembagian dimulai, sepasang suami isteri datang naik taksi. Yang laki-laki menggunakan tongkat penopang dan kedua kakinya yang bengkak mengenakan sandal tidur yang dikoyak. Jelas terlihat bahwa dia kesakitan, dan dia mengambil tempat duduk di dekat pintu.
Sebagai penerima tamu, saat menghadapi keadaan seperti itu kami disarankan untuk berdoa memahami “manusia” sebagaimana didefinisikan dalam Ilmupengetahuan Kristen. Saya berpikir, “Manusia bukanlah zat; ia tidak tersusun dari otak, darah, tulang, dan anasir kebendaan yang lain” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 475); oleh karena itu tidak satu pun ciptaan Allah dapat dimanfaatkan atau disakiti oleh zat. Saya terus berpegang pada pemikiran metafisis tersebut serta berdoa, dan saya yakin para penerima tamu lainnya juga melakukan hal yang sama.
Keesokan harinya, hari Minggu—karena banyaknya peminat—pada sore hari diadakan suatu kebaktian tambahan di Gereja Induk. Saya bertugas di bagian atas tangga yang luas, dan melihat suami isteri itu menaiki tangga. Yang laki-laki berjalan tanpa penopang, dan mengenakan sepatu hitam baru yang mengkilap. Saya beranjak dari tempat saya berdiri untuk menyatakan kepada pasangan tersebut bahwa saya sangat bersyukur melihat pembuktian yang cepat dan sangat meyakinkan tersebut. Sang isteri menangis, mengatakan tidak menyangka akan ada yang memperhatikan kesembuhan itu—dan bahwa mereka membeli sepatu tersebut untuk “mengantisipasi kesembuhan yang akan terjadi.” Hari itu mereka menghadiri kebaktian pagi, berjalan ke pusat kota, dan berencana menghadiri kebaktian sore hari.
“Ini kebaktian yang menyembuhkan,” terngiang di telinga saya, karena sekarang hal itu terbukti, dan saya telah melihatnya di Gereja Induk.
Pertanyaan: Apakah saat ini kita mengharapkan kesembuhan terjadi pada setiap kebaktian gereja Kristus, Ahli Ilmupengetahuan? “Ny. Eddy pernah mengatakan kepada seorang muridnya bahwa dia mendambakan saat ketika tidak seorang pun dapat menghadiri kebaktian di gereja Ilmupengetahuan Kristen tanpa disembuhkan, betapapun berat sakitnya atau penderitaannya, dan saat itu hanya akan datang jika setiap anggota gereja mempelajari dan membuktikan kebenaran yang terkandung dalam Khotbah Pelajaran, dan datang ke kebaktian dengan kesadaran yang dipersiapkan dengan cara demikian” (“Healing the Multitudes,” Florence Clerihew Boyd, Christian Science Sentinel, 1 Juli 1916, hlm. 866). Alkitab meyakinkan kita bahwa “Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu” (Mat 4:23). Tak dapat disangsikan bahwa baik Kristus Yesus maupun penemu Ilmupengetahuan Kristen mengharapkan penyembuhan.
Bukankah kita pun seharusnya demikian?
Mempelajari dan membuktikan kebenaran Pelajaran Alkitab yang menurut pengertian Ny. Eddy sangat penting agar kebaktian-kebaktian gereja kita menyembuhkan, sudah barang tentu tidak hanya memerlukan waktu 20 menit. Hal itu merupakan suatu kesempatan yang sangat berharga untuk belajar, berdoa, bernalar, dan membuktikan kebenaran yang terkandung di dalamnya—dan membawa “kesadaran yang dipersiapkan dengan cara demikian” dan oleh karena itu diluhurkan, ke kebaktian hari Minggu. Jika kita berusaha menjadikan waktu belajar kita setiap hari suatu persembahan—kesempatan kita untuk berkomunikasi dengan Allah—membungkam pemikiran kebendaan yang terbatas, dan memasuki bilik kerohanian yang hening (lihat Mat bab 6), kita akan membuktikan penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen di mana saja.
Bagian mengenai definisi “Gereja” dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan bisa menjadi isyarat bagi kita: “Gereja adalah lembaga yang memberi bukti tentang gunanya dan ternyata meluhurkan umat manusia … ” (hlm. 583). Memberi “bukti” akan gunanya menunjukkan bahwa seluruh anggota dari setiap gereja secara wajar membuktikan kesaksian penyembuhan, mengisi jabatan gereja dengan suka cita, meningkatkan dana gereja, dan yang terutama saling mengasihi seperti yang diperintahkan Yesus: “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi” (Yoh 13:34), dan, “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yoh 14:15).
Dalam seratus tahun, apakah banyaknya bagian dalam suatu Khotbah Pelajaran sangat penting untuk menyatakan dengan jelas kebenaran yang diajarkan Ilmupengetahuan Kristen? Menjadikan kebenaran-kebenaran ini jelas bagi seluruh dunia merupakan pekerjaan purna waktu. Sebagai contoh: baru-baru ini ada tujuh bagian dalam suatu Khotbah Pelajaran—yang menjelaskan pencapaian nabi Nehemiah yang luar biasa, yakni membangun kembali tembok dan gerbang sekeliling Yerusalem, hampir tanpa diketahui musuh-musuhnya (lihat Neh bab 1-6). Dia menghadapi kritik, kutukan, keluhan, rumor, ancaman, dsb., dengan doa. Dengan tetap menujukan pikirannya kepada Allah, mengasihi sesama, dan menaati perintah-perintah Allah, dia membangun tembok dan memasang gerbang yang melindungi Yerusalem. Jika diperlukan 52 hari untuk membangun kembali tembok itu, mengapa tidak memerlukan tujuh bagian untuk mengisahkan seluruh ceritera itu?
Dalam seratus tahun, apakah sangat penting versi terjemahan Alkitab mana yang digunakan dalam Pembacaan Bergilir pada Khotbah Pelajaran untuk memperjelas pesan penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen kepada dunia? Salah satu contoh, baru-baru ini Ayat Emas menggunakan Ulangan 30:6 dari the New Living Translation (NLT). Versi King James berbunyi: “ Dan Tuhan Allahmu akan menyunat hatimu, dan hati keturunanmu, supaya engkau mengasihi Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dan segenap jiwamu, agar engkau hidup.” Dalam versi NLT ayat tersebut berbunyi: “Tuhan Allahmu akan merubah hatimu dan hati semua keturunanmu, sehingga engkau akan mengasihinya dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu supaya engkau hidup!” Terjemahan versi NLT tidak terlalu keras, melainkan lebih lembut, dan membimbing kita untuk mengasihi seperti yang diajarkan Yesus. Alkitab versi King James diterjemahkan dari berbagai bahasa lain oleh 54 orang terpelajar. Saat itu naskah yang asli belum tersedia. Ny. Eddy menyatakan sebagai rukun iman yang pertama dalam Ilmupengetahuan Kristen: “Sebagai pengikut Kebenaran, kita menerima Firman Alkitab yang penuh ilham sebagai penunjuk jalan kita yang secukupnya menuju Hidup yang abadi” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 497). Bukan setiap firman, tetapi Firman Alkitab yang penuh ilham. Memahami Alkitab sangatlah penting bagi pertumbuhan rohaniah setiap orang di antara kita, dan terjemahan yang lain sering kali dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas.
Dalam seratus tahun, apakah penting berapa kali kita menghadiri rapat gereja dan membiarkan perhatian kita terpusat kepada kegiatan yang sibuk dan kepribadian insani, alih-alih masing-masing anggota mendukung dan mempertahankan definisi “Gereja” dengan penuh doa? Waktu yang digunakan untuk mengkritisi, mengutuk atau mengeluh tentang gereja, atau anggota-anggotanya, dapat menjauhkan kita dari “kesadaran yang dipersiapkan dengan cara demikian” yang dibicarakan Ny. Eddy. Kesadaran yang menghasilkan penyembuhan.
Dan dalam seratus tahun apakah pernyataan yang terlalu sering kita dengar atau ucapkan—“Saat agama ini mulai berdiri, pengunjung gereja meluap”—dapat memberkati kebaktian kita? Mungkinkah luapan pengunjung itu dihasilkan oleh kepatuhan penuh para anggota gereja kepada bimbingan ilahi yang diberikan kepada mereka melalui ajaran Mary Baker Eddy dan Buku Pedoman-nya?
Namun demikian, dalam seratus tahun akan sangat penting bahwa kita telah berpartisipasi dengan sepenuhnya dalam kegiatan penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen—mengamalkan kebenarannya, dan dengan demikian “meluhurkan umat manusia.” Kita harus memilih. Apakah kita mematuhi ajaran Ilmupengetahuan Kristen atau kita tidak mematuhi ajarannya. Kita tidak bisa bersikap setengah-setengah. Saya tahu, karena saya berkali-kali mencobanya. Tidak berhasil!
Beberapa tahun yang lalu, setelah pengalaman saya sebagai penerima tamu di Boston, saya menjadi Pembaca Pertama di gereja saya di Connecticut. Seorang penyanyi solo pengganti mendapat kesulitan saat berlatih sebelum kebaktian dimulai. Suaranya lemah dan sumbang. Lima belas menit sebelum kebaktian, saat pengunjung mulai berdatangan, saya menyarankan agar dia berhenti berlatih. Lalu saat kami akan memulai kebaktian, saya mengatakan kepadanya pernyataan yang sekarang telah saya pahami dan sangat dekat di hati, “Ini kebaktian yang menyembuhkan.”
“Apa kata Anda?” tanya penyanyi itu. Pembaca Kedua mengulang pernyataan tersebut. “Oh,” jawab penyanyi itu. Saat menyanyi di kebaktian itu, suaranya jernih bagaikan lonceng, tidak sumbang dan nyaring. Saat nyanyian solo selesai, terjadi keheningan yang sangat memukau. Dia mengulurkan kedua tangannya kepada saya saat berjalan dari podium, berterima kasih dan berkata bahwa dia sadar jika ini kebaktian yang menyembuhkan, dia dapat sembuh dan menyanyikan nyanyian solo Mary Baker Eddy dengan sepatutnya. Dan dia melakukannya.
Saat itu pintu gereja terbuka dan dua orang pengunjung datang untuk berterima kasih kepada penyanyi solo, sambil menyatakan bahwa mereka sembuh saat mendengarkan nyanyian solo. Seperti yang diharapkan, “Ini kebaktian yang menyembuhkan,” telah menjadi fakta yang dinamis.
Jika setiap anggota mempelajari Pelajaraan Alkitab dengan serius dan penuh suka cita—tanpa kritik, kutukan, atau keluhan—maka keinginan Ny. Eddy agar kebaktian-kebaktian kita menyembuhkan semua yang hadir, akan dipenuhi. Di sinilah kuasa Firman (lihat Yoh 1:1) akan dinyatakan kepada “kalbu yang mau menerima” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 46). Jika kita mengamalkan dan bersuka cita di dalam kebenaran Ilmupengetahuan ilahi ini, kebaktian-kebaktian yang menyembuhkan melimpah di seluruh bumi, memenuhi keperluan seluruh umat manusia.