Suatu ketika keluarga kami banyak memperbincangkan batu ginjal dan gejala-gejalanya yang menyakitkan. Pada akhir tahun 2006 saya mulai mengalami tanda-tanda tersebut dan awalnya saya sangat ketakutan. Karena bagi saya mempergantungi doa untuk mendapatkan kesembuhan adalah sesuatu yang wajar, saya tahu bahwa keadaan itu merupakan kesempatan untuk membuktikan kepercayaan saya yang sempurna kepada kuasa penyembuhan Allah—dan kepada pesan-Kristus yang telah saya kenal. Saya telah belajar mengetahui bahwa Kristus diterima oleh semua orang yang tunduk kepada sentuhan Kasih ilahi.
Setelah beberapa hari, ketika rasa sakit di bagian dalam masih tetap saya rasakan dan saya semakin merasa tidak nyaman, saya memutuskan untuk menelpon seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen untuk mendoa bersama saya. Selama lebih dari sebulan kami sering sekali berkomunikasi, dan saya mengamati, bahwa pada hari penyembuh berdoa bagi saya, rasa sakit itu akan hilang. Meskipun demikian, saya sering bergulat di malam hari, dan ketika saya bangun keesokan harinya, saya masih merasa sakit.
Pada waktu itu saya sedang mempelajari halaman 390-395 buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy. Saya mendapatkan, halaman-halaman itu penuh dengan ulasan metafisika yang sangat kuat melawan rasa sakit dan penyakit, menyebut keduanya hukum-hukum yang “tidak berperikemanusiaan” dan memberi semangat kepada saya untuk “membuang kepercayaan” bahwa saya dapat menderita. Kalimat-kalimat itu mendesak kita “janganlah mengaku salah” kepada penyakit, melainkan “secara mental bantahlah tiap-tiap pengaduan tubuh, dan bangunlah mencapai kesadaran yang hakiki akan Hidup sebagai Kasih.” Pernyataan-pernyataan yang kuat itu membantu saya berjuang mempertahankan kebebasan saya dari penyakit, kebebasan yang dikaruniakan Allah kepada saya, membuang ketakutan saya, dan saya pun menyadari kehadiran Allah yang lemah lembut dan penuh kasih karunia bersama saya.
Rasa sakit yang saya alami sering kali akan mereda dengan segera dan sepenuhnya, terutama bila saya minta penyembuh untuk membantu saya dalam doa, namun akan kembali beberapa jam kemudian. Tentu saja saya berusaha sekeras-kerasnya untuk mencerna apa yang telah saya pelajari. Oleh karena itu saya merasa sangat berkecil hati ketika gejala-gejala itu terus muncul juga. Saya merasa seolah-olah penyembuhan memerlukan waktu yang sangat lama. Saya ingat sempat bertanya, “Mengapa? Adakah saya melakukan sesuatu yang salah?” Keadaan itu membingungkan saya dan ketika pola yang demikian berjalan terus, penyembuh menganjurkan kepada saya untuk terus membaca dengan tekun bab dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan yang berjudul “Mempraktekkan Ilmupengetahjuan Kristen.” Saya mulai membuang sikap saya yang menyalahkan diri sendiri dan mengharapkan pembaharuan dalam tubuh saya, dan dengan lebih sempurna tunduk kepada kasih Allah.
Penyembuh mengatakan juga kepada saya, bahwa Ny. Eddy pada suatu kali menceriterakan sebuah kisah kepada seseorang dalam rumah tangganya tentang seekor ular dan seekor burung. Burung kecil itu, yang mempunyai kebebasan dan pilihan untuk terbang menjauhi ular, terhipnotis olehnya dan berputar-putar di sekeliling kepala ular itu sampai akhirnya terbang tepat masuk ke mulut ular yang terbuka. Ceritera itu membantu saya menyadari, bahwa pemikiran yang tekun dan tenang yang terfokus pada penjagaan Allah kepada saya akan membantu saya membebaskan diri dari keadaan sangat frustasi, terobsesi, dan terkesan oleh gejala-gejala itu.
Ketika saya melanjutkan membaca buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, saya tersentak dan berhenti untuk mengulang baris-baris ini: “Perbedaan yang besar di antara mesmerisme yang disengaja dengan yang tidak disengaja ialah: mesmerisme yang disengaja dilakukan dengan sadar …sedangkan mesmerisme yang diadakan pada diri sendiri dilakukan dengan tidak sadar … Dalam hal yang pertama [yakni mesmerisme yang disengaja] kita tahu, bahwa kesukaran kita adalah suatu khayalan mental, sedangkan dalam hal yang kedua [mesmerisme yang tidak disengaja] kita kira bahwa kesusahan kita adalah suatu akibat kebendaan” (hlm. 403).
Saya menyadari, bahwa kesulitan saya dapat dilihat sebagai khayalan mental, sesuatu yang telah mencoba menguasai pikiran dan perhatian saya, awalnya secara halus, dan kemudian secara agresif dalam bentuk rasa sakit. Sekarang saya merasa lebih yakin bahwa ada penyelesaian yang rohaniah, dan saya terilhami untuk terus membaca.
Mary Baker Eddy selanjutnya menyatakan: “Budi insani dipergunakan untuk melenyapkan khayalan dalam kejadian yang satu, tetapi dalam keadaan yang lain kita mencari pertolongan zat. Sebenarnya kedua khayalan itu berasal dari budi insani dan hanya dapat disembuhkan oleh Budi ilahi” (hlm. 403). Hal itu dapat saya pahami. Dalam Ilmupengetahuan Kristen saya belajar mengetahui, bahwa “penyakit selalu diakibatkan oleh suatu paham yang salah, yang diberi tumpangan di dalam pikiran dan tidak dimusnahkan” (hlm. 411). Oleh karena itu saya menyadari, tanpa memandang jenis mesmerisme, atau “paham yang salah” tentang ciptaan Allah yang secara alami bersifat baik, mesmerisme selalu merupakan jenis manipulasi pikiran dan saya dapat menolak untuk berperan serta di dalamnya.
Saya merenungkan pemikiran itu dan berusaha keras untuk mendalaminya. Saya menyadari, bahwa penyakit, rasa sakit, ketidaknyamanan, dsb. ditimbulkan oleh rasa takut yang terpendam, stres, kepercayaan palsu dsb. Sedikit banyak hal itu dapat disebut mesmerisme (atau hipnotisme) yang tidak disengaja, karena tentu saja kita tidak dengan segala senang hati memilih ketidaknyamanan. Oleh karena itu, apabila suatu koreksi mental dilakukan untuk membangunkan seseorang yang dengan sukarela membiarkan dirinya dihipnosis di atas panggung dalam suatu acara pertunjukan, mengapa kita tidak menyadari bahwa suatu penyesuaian mental juga perlu dilakukan pada kasus hipnosis yang tidak disengaja (misalnya penyakit)? (Bedanya ialah, dalam Ilmupengetahuan Kristen kita bersandar kepada Budi ilahi, bukan kuasa kemauan insani, untuk menyembuhkan).
Pikiran saya dibangunkan sedemikian rupa sehingga kesadaran saya secara perlahan-lahan tetapi pasti, tunduk kepada rangkuman Kasih dalam kerendahan hati. Setahap demi setahap, saya bebas dari segala ketakutan dan merasakan sukacita yang datang dari sentuhan Kristus. Hal itu sangat terasa bagi saya sehingga dihasilkannya penyembuhan yang sempurna. Saya tidak pernah perlu mengeluarkan sesuatu dari sistem tubuh saya, dan sejak itu gejala-gejala tersebut tidak pernah kembali.
Boston, Massachusetts, AS