Beberapa tahun yang lalu, saya terbang ke Boston untuk menghadiri Rapat Tahunan Gereja Induk dengan isteri dan putera saya. Ketika berjalan menuruni tangga marmer seusai menghadiri kebaktian hari Minggu, saya melihat seorang teman berada di balkon. Pada waktu saya melihat ke atas dan melambaikan tangan, saya melewatkan satu anak tangga dan terjatuh ke bawah. Saya mendengar orang-orang di sekeliling saya terkejut, jadi saya langsung berusaha bangkit, tetapi salah satu kaki saya tidak bisa menopang tubuh saya. Putera saya harus membantu saya duduk di bangku yang tersedia di dekat situ.
Pergelangan kaki saya terasa sakit sekali, dan sulit bagi saya untuk berpikir jernih. Pikiran saya yang pertama tidaklah dalam bentuk doa: “Wah, hebat! Aku telah menderita patah tulang dan harus berjalan dengan penyangga saat menghadiri Rapat Tahunan.” Saya bahkan dapat membayangkan diri saya duduk di kursi roda.
Lalu saya ingat suatu pernyataan dari buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy: “Keputusan kita akan menguasai kita, biarpun ke mana arahnya.” Kemudian dia melanjutkan dengan: “Sekarang lakukanlah yang sebaliknya. Berjagalah di pintu pikiran. Jika kita hanya membiarkan masuk kesimpulan-kesimpulan yang ingin kita lihat diwujudkan dalam tubuh, maka kita akan menguasai diri kita sendiri dengan selaras” (hlm. 392).
Saat itu teman saya yang ada di balkon datang untuk mengetahui keadaan saya. Saya berusaha berdiri di satu kaki dan berusaha tersenyum sambil berkata bahwa saya baik-baik saja. Tetapi rasa sakit itu begitu hebat, sehingga saya harus mengatakan kepadanya bahwa saya harus segera duduk, karena merasa hampir pingsan. Tiba-tiba saya dikuasai ketakutan kalau-kalau pergelangan kaki saya patah, dan bertanya-tanya apa yang harus saya lakukan. Saat duduk dengan kedua tangan menyangga kepala saya, saya terbenam dalam rasa kasihan kepada diri sendiri.
Lalu, tiba-tiba, saya sadar mengenai apa yang telah terjadi pada diri saya. Saya percaya kepada magnetisme hewani. Dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan, Ny. Eddy berkata: “Dalam Ilmupengetahuan Kristen, magnetisme hewani atau hipnotisme adalah istilah khusus untuk kesesatan, atau budi fana. Itulah kepercayaan palsu, bahwa budi ada di dalam zat dan bahwa budi itu baik bersifat jahat maupun bersifat baik; bahwa kejahatan sejati benar seperti kebaikan dan lebih berkuasa. Kepercayaan itu tidak mempunyai satu pun sifat Kebenaran” (hlm. 103). Sebelumnya, di awal minggu itu saya mempelajari definisi mengenai magnetisme hewani dan mengakui, bahwa dalam kesemestaan Allah, magnetisme hewani hanyalah suatu istilah untuk ketidaksesuatuan. Sama sekali tidak memiliki kekuasaan apa pun.
Saat hampir pingsan, saya berkata tidak dalam pikiran saya. Saya tidak akan percaya bahwa magnetisme hewani memiliki kuasa untuk mengendalikan saya. Saya menegaskan bahwa magnetisme hewani adalah ketidaksesuatuan (bukan sesuatu)! Ketakutan saya surut, dan meskipun masih merasa kesakitan, saya dapat berpikir jernih dan menyadari bahwa apa yang saya rasakan bersifat mental—tidak pernah jasmaniah.
Dalam artikel Christian Healing, Ny. Eddy menyatakan: “Jika anda ingin bahagia, lakukanlah pembelaan bagi diri anda di pihak kebahagiaan; berpihaklah di sisi di mana anda ingin berada, dan waspadalah untuk tidak membela kedua belah pihak, atau membela kesedihan lebih dari pada sukacita. Anda adalah pembela untuk perkara itu, dan akan menang atau kalah sesuai pembelaan anda” (hlm. 10).
Saya sadar bahwa saya harus membela sisi Kebenaran, alih-alih menerima pernyataan bahwa kecelakaan dapat terjadi di dalam Allah, yang adalah semua. Saya tidak melakukan kesalahan terjatuh dari kesehatan atau kebaikan. Pemazmur menyatakan, “Sebab Engkau telah meluputkan aku dari pada maut, bahkan menjaga kakiku, sehingga tidak tersandung; maka aku boleh berjalan di hadapan Allah dalam cahaya kehidupan” (Mzm 56:14).
Saat itu isteri saya sudah berada di samping saya, dan putera saya menemukan ruangan yang sepi untuk duduk. Saya bisa berdiri dan berjalan pelan ke ruangan itu. Selama kurang lebih 20 menit kami bertiga hanya duduk dan berdoa. Rasa syukur dan pujian kepada Allah terus datang ke dalam pikiran saya. Tidak ada lagi penanggapan perseorangan yang menyatakan saya harus merasa malu, hanya pengakuan bahwa Allah menjaga saya dan bahwa saya tidak pernah dapat jatuh keluar dari penjagaanNya yang ada di mana-mana. Saya tidak bisa berada di luar Allah. Saya bahkan membayangkan diri saya dengan penuh rasa syukur memberikan kesaksian di gereja kami setelah kami pulang.
Saya berdiri dan berkata kepada isteri dan anak saya, “Mari kita pergi makan siang.” Saya mulai berjalan dan menyanyikan nyanyian nomor 139 ciptaan Minny M. H. Ayers di Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen, yang diawali dengan kalimat “Kasih ada di sisiku,” dan saya tahu bahwa Kasih yang sempurna membuangkan segala ketakutan.
Saya menggunakan setiap nama lain untuk Allah dari bab Daftar Isi dan Keterangannya di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan (lihat hlm. 587) dan menempatkannya di nyanyian itu: “Hidup ada di sisiku,” jadi saya selalu aktif. “Kebenaran ada di sisiku,” oleh karena itu tidak mungkin ada dusta bahwa saya pernah jatuh dari penjagaan Allah. “Roh ada di sisiku,” dan menyadari bahwa Roh itu tidak berhingga, selalu bebas.
Saya terus berjalan menuju rumah makan, sambil berdoa dengan nama lain untuk Allah. Kami makan siang lalu kembali ke hotel (kira-kira empat blok perjalanan), terkadang berhenti dan duduk untuk meredakan rasa sakit dan berdoa.
Pergelangan kaki dan bagian bawah kaki saya bengkak parah, tetapi saya terus berdoa, menyadari bahwa keadaan tersebut tidak ditunjang oleh Kebenaran. Sore itu ada nyanyian bersama di gereja, dan saya dapat berjalan ke sana untuk ikut mengambil bagian. Keesokan harinya saya mengikuti Rapat Tahunan penuh suka cita, lalu ke bandara untuk pulang, selalu berjalan pelan tanpa bantuan fisik.
Saya berdoa dengan pernyataan dari The First Church of Christ, Scientist, and Miscellany oleh Mary Baker Eddy: “Allah menciptakan manusia sempurna dan abadi dalam gambarNya. Oleh karena itu manusia adalah gambar, ide, atau keserupaan kesempurnaan—suatu ideal yang tidak dapat jatuh dari kesatuan yang hakiki dengan Kasih ilahi, dari kemurniaannya yang tidak bercela serta kesempurnaannya yang asli” (p. 262).
Dalam dua minggu semua rasa sakit sama sekali hilang dan saya dapat naik turun tangga tanpa berpegang pada apa pun. Sekarang saya bahkan tidak dapat mengatakan pergelangan kaki mana yang cedera.
Saat menghadapi tantangan, kita selalu mempunyai pilihan. Kita dapat mendengarkan magnetisme hewani—suatu kepercayaan palsu bahwa hidup, substansi, dan kecerdasan ada dalam zat—atau kita dapat bertindak sebagai pembela dalam pembelaan kita sendiri, berdiri teguh dalam hukum Allah, kebaikan, dan melihat keakuan kita yang sempurna, yang selalu merupakan keadaan kita yang sebenarnya.
T. Michael Fish
Centreville, Virginia, AS