Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Penyakit kulit disembuhkan

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 4 Desember 2015

Aslinya diterbitkan di edisi November 2015 majalah The Christian Science Journal


Setiap kali saya melihat tangan saya, saya bertanya kepada diri sendiri, “Kapan ini akan berakhir?” Setiap gerakan terasa sulit dan menimbulkan rasa yang sangat tidak nyaman serta pendarahan.

Saya telah berdoa mengenai hal ini selama beberapa waktu dan minta bantuan seorang penyembuh Ilmupengetahuan Kristen. Ia memberi semangat kepada saya dan sering mengingatkan bahwa yang sesungguhnya ada adalah kesehatan, dan bahwa saya akan mengalami kesembuhan. Seorang teman, yang bukan pelajar Ilmupengetahuan Kristen, menanyakan mengapa saya tidak mengolesi tangan saya dengan salep saja. Saya memahami kekhawatirannya, tetapi saya juga tahu dari mempelajari Alkitab dan buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci karangan Mary Baker Eddy, serta penyembuhan-penyembuhan yang saya alami sendiri dan juga dialami anggota keluarga saya, bahwa kesulitan itu dapat diatasi dengan doa penyembuhan Ilmupengetahuan Kristen.

Saya membiasakan diri untuk menyembunyikan kedua tangan saya di saku ketika berada di keramaian. Jika tidak, biasanya saya harus menjawab berbagai pertanyaan. Saat itu, saya adalah seorang ibu muda dengan dua orang anak yang masih kecil, dan mengganti popok anak saya yang masih bayi sangatlah sulit karena keadaan tangan saya.

Saya ingat meluangkan waktu untuk menenangkan pikiran dan berdoa, dan memeriksa pikiran saya, bertanya-tanya apa dalam pikiran saya yang perlu disembuhkan, karena saya telah belajar bahwa kesulitan memiliki dasar yang bersifat mental. Dengan rendah hati saya bersedia melihat apa yang perlu disembuhkan dalam kesadaran saya.

Kunjungan seorang teman menyadarkan saya akan beberapa hal yang perlu disembuhkan. Saya melihat bahwa saya harus menangani kebencian dan iri hati, karena saya membandingkan diri saya dengan teman-teman yang memiliki “hal-hal menakjubkan” dalam hidup mereka. Saya merasa telah mengambil beberapa keputusan yang agak tergesa-gesa dan berdampak negatif bagi saya, tetapi sudah terlambat untuk menyesali dan membuat pilihan yang lain. Saya harus menangani hal ini, tetapi bagaimana caranya?

Tidak lama kemudian saya menyadari bahwa “caranya” adalah dengan berkeinginan, keinginan untuk mengenal Allah dengan lebih baik dan mengenal lebih banyak tentang hubungan saya denganNya.

Saya sedang mempelajari Alkitab dan menemukan ayat ini dalam Kidung Agung: “Engkau cantik sekali, manisku, tak ada cacat cela padamu” (4:7). Saya senang membaca ayat itu dan mendapatkan penghiburan darinya, tetapi bagaimanakah saya dapat melihat diri saya tak bercacat-cela? Saya berusaha melihat diri saya sebagai tidak pernah terpisahkan dari Allah, sama sekali bersifat rohaniah dan tanpa cacat serta cela, memiliki serta menyatakan kebaikan saja.

Pada saat itu, suami saya dan saya menghadiri suatu ceramah yang diadakan di kota, kira-kira tiga puluh menit perjalanan dari tempat tinggal kami. Ketika mendengarkan ceramah itu, perhatian saya hanya terpusat  untuk menyerap setiap konsep yang dibicarakan penceramah dan menjadikannya milik saya. Meskipun saya tidak ingat secara spesifik yang dikatakan penceramah, saya tahu bahwa yang dibicarakannya adalah kebenaran. Saya ingin sekali memahami dan mengenal Allah sehingga saya merasa seperti kelana yang lelah “yang dahaga di padang gurun,” dan saya siap menerima “secangkir air sejuk” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 570).  

Ketika ceramah selesai suami saya dan saya memikirkannya secara mendalam. Kami masuk ke mobil dan berkendara menuju rumah. Lalu terang meresapi kesadaran saya. Saya mendengar suara yang mengatakan betapa saya sangat dikasihi. Itu bukanlah suatu bujukan, itu adalah fakta! Saat itu saya hanya tahu tentang Kasih, Allah.

Saya tahu bahwa itu adalah Kristus, “penyataan ilahi Allah” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 583) yang berbicara kepada saya karena kehangatan serta penghiburan yang ditimbulkannya di hati saya. Tidak sesuatu pun yang lain penting! Sesungguhnya tidak ada yang lain. Pemahaman yang sepenuhnya mengenai petikan dari Kidung Agung itu begitu jelas. Sesungguhnya semua adalah “cantik sekali”—tidak ada “cela” pada salah seorang di antara kita. Semua perasaan negatif yang saya pikir sedang saya perangi dalam bentuk ketidakpuasan, kebencian, kesedihan, harus dilihat sebagai tidak memiliki kuasa, keabsahan, karena saya tidak pernah terpisahkan dari Allah, kebaikan, pencipta saya.  

Dusta-dusta mengenai  siapa saya sesungguhnya dan apa yang sesungguhnya terjadi harus diganti dengan kesadaran, bahwa Allah, kebaikan, adalah semua. Yang diciptakan Allah adalah tidak bercacat, tidak bercela. Dalam Kitab Kejadian, kita baca, “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (1:31). Karena “amat” berarti lengkap dan mutlak, saya sadar  bahwa tidak bisa ada dua ciptaan, yang satu bercacat dan yang lain tidak bercacat, yang satu puas yang lain tidak puas. Hanya ada satu ciptaan—dan itu adalah ciptaan yang  “amat baik.” Kita tidak pernah bisa dipisahkan dari kasih Allah. 

Menyadari hal seperti itu berarti dengan sungguh-sungguh membuka hati kita kepada Kristus, yang selalu berkomunikasi dengan kita. “Suara yang kecil dan halus” itu tidaklah pergi atau menyerah tetapi membimbing kita kepada Kebenaran, di mana kita melihat apa yang perlu kita lihat, mendengar apa yang perlu kita dengar, dan mengetahui apa yang perlu kita ketahui. 

Sesudah ceramah itu, saat di mobil, saya tahu saya telah sembuh. Setelah sampai di rumah tigapuluh menit kemudian, kulit di tangan saya mulai membaik, dan keesokan harinya, kulitnya halus: tidak pecah-pecah, tidak kasar, hanya lembut seperti kulit bayi.

Emosi yang mengganggu yang terasa begitu nyata juga hilang; Kasih telah melarutkannya, dan saya merasa damai. Saya dapat merasakan makna dari syair karya Mary Baker Eddy yang berjudul “Puas,” yang sebagian berbunyi:

Tak soal apa takdirmu,
   Kasih bimbing;terjemahan dari syair “Puas” karya Mary Baker Eddy ini disesuaikan dengan konteks dalam artikel ini dan digunakan khusus untuk artikel ini, tidak untuk menggantikan terjemahan “Puas” yang ada di Buku Nyanyian Ilmupengetahuan Kristen.
Suka duka pun dekatmu,
   Hati tenang.

          .  .  .  .  .

Hai, pikiran gelap, enyah!
   Baik Tuhanku.
Takut hilang, dengan paham,
   KebaikanMu. 
(Poems, hlm. 79)

Saya telah belajar bahwa sesungguhnya “takdir” saya tidaklah penting, karena Kasih membimbing saya, dan ini sangat membantu saya melepaskan rasa tidak puas, atau “pikiran gelap.” Saya merasa telah dirubah dengan penanggapan rohaniah yang diperbaharui. Saya telah belajar bagaimana naik lebih tinggi dalam doa dan pikiran saya.

Kesembuhan itu terjadi 29 tahun yang lalu, dan saya tidak pernah lagi menghadapi persoalan itu. Saya terus mengingat kesembuhan tersebut karena merupakan suatu tolok ukur bagi saya. Hal itu menjadikan saya mampu untuk berjalan maju berkarya sebagai perawat Ilmupengetahuan Kristen, dan mengajarkan kepada saya cara untuk tetap berada di atas saat menghadapi situasi yang sulit. Ketika kesulitan-kesulitan lain datang dalam kehidupan saya, dan saya tergoda untuk berpikir bahwa saya tidak akan sembuh, saya mengingat kesembuhan itu, dan saya mengingat suara Kristus. Saya ingat merasakan kasih Allah; saya ingat apa yang saya ketahui dan saya pahami. Lalu saya berpikir, “Bagaimana mungkin saya tidak mengalami kesembuhan?”

Kedalaman kasih Allah adalah sesuatu yang dapat dilihat oleh kita semua. Kasih ilahi selalu siap untuk menyelamatkan, meluhurkan, menghibur, dan membimbing.

Lynne Scheiern
Thousand Oaks, California, AS

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.