Penawar yang sempurna untuk berbagai penderitaan yang mendera kehidupan insani adalah menerima dan memanfaatkan fakta-fakta rohaniah tentang wujud seperti yang terdapat dalam ajaran Ilmupengetahuan Kristen. Mungkin tidak ada pikiran yang lebih menghibur bagi mereka yang diganggu oleh saran-saran yang membuat hati gentar, saran-saran tentang penyakit, dan kemiskinan dari pada pesan kemerdekaan yang dinyatakan dalam ajaran-ajaran tersebut, yakni, karena Allah kebal terhadap kesesatan jenis apa pun, maka hal itu mencakup pula kekebalan manusia, gambar dan keserupaanNya. Di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, Mary Baker Eddy mengatakan kepada kita “Asas dengan ideNya adalah satu” (hlm. 465). Selanjutnya, di buku yang sama, dia menyatakan (hlm. 476), “Dalam Ilmupengetahuan ilahi, Allah dengan manusia yang sejati — sebagai Asas ilahi dengan ide — tidak dapat dipisahkan.”
Tidak seorang pun berani menyiratkan bahwa Allah, yang adalah mahakuasa, tunduk kepada ketakutan, kekurangan, ketidakselarasan, penyakit. Dengan Alkitab sebagai kewenangan kita, sudah pasti kita bisa menyangkal apa pun yang tidak menyerupai Ketuhanan. Dalam bab pertama Kitab Kejadian, di mana ciptaan yang sempurna dipaparkan, kita baca, “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia.”
Menyadari, bahkan sedikit saja, bahwa sebagai ide Allah manusia adalah satu dengan Kasih yang tidak berhingga, Hidup yang abadi, Kebenaran yang mahakuasa, berarti mengangkat beban-beban ketakutan serta kegagalan yang dikenakan kepada diri sendiri dari penderita yang lelah. Dalam setiap tahap rutinitas kita sehari-hari kesadaran yang jelas akan kebenaran yang sangat penting ini merupakan pertolongan yang praktis. Hasilnya yang pasti dinyatakan dalam standar moralitas yang lebih tinggi, kesehatan yang lebih baik, kehidupan yang lebih bahagia, suplai yang lebih melimpah — semuanya karena pertumbuhan secara rohaniah.
Marilah kita bahas beberapa manfaat yang didapat dari kepatuhan kepada injil kebaikan yang bersifat Kristen ilmiah ini. Kita belajar bahwa Allah adalah substansi, dan menyadari bahwa kita tidak terpisahkan dariNya dengan sendirinya menjadikan kita terus menerima kasih karuniaNya yang tidak berbatas serta pemeliharaanNya yang lemah lembut. Allah adalah mahakuasa, karena itu manusia yang rohaniah, keserupaanNya, tidak tunduk kepada amukan penyakit yang menjadikan manusia lemah, berpenyakitan, ringkih. Allah tidak kenal usia, abadi, dan oleh karena itu gambarNya haruslah tetap tidak tersentuh oleh tahun-tahun yang berlalu, keuzuran, atau kehancuran. Menyadari fakta ini dengan tenang dan jelas, seperti yang diterangkan dalam Ilmupengetahuan Kristen secara gamblang sekali, menunjukkan kepada kita bagaimana mengatasi ketakutan akan usia lanjut, aktivitas yang terhenti, keuzuran; bagaimana membuktikan bahwa manusia, cerminan Allah, terus-menerus menyatakan kesempurnaan Allah yang tidak berubah, kekuatanNya yang langgeng, dan kecerdasanNya yang tidak berhingga.
Bentuk belenggu mental yang lain, yang dipatahkan oleh pengetahuan akan kesatuan Allah dengan manusia, adalah kekhawatiran yang timbul saat kita harus membuat suatu keputusan penting, kekhawatiran jangan-jangan kita membuat kekeliruan dan memilih jalur yang salah. Penulis ingat bahwa dulu ia sering enggan dan takut menghadapi tanggungjawab seperti itu, dan memilih, kalau bisa, untuk melimpahkannya kepada orang lain. Akan tetapi, setelah dia mulai bersemangat dan tekun mempelajari Ilmupengetahuan Kristen, tidak lama kemudian ia bangkit menyadari fakta bahwa sikap mental seperti itu harus diganti dengan pemahaman yang indah akan arahan serta bimbingan Allah yang tidak dapat salah, setiap saat dan dalam situasi apa pun.
Pada suatu hari sebuah masalah yang mendesak perlu dipecahkan. Selain itu, kelihatannya dia hanya mempunyai sedikit waktu untuk mengambil keputusan yang dirasanya akan mempengaruhi seluruh kehidupannya. Belum pernah dia berdoa setekun itu untuk mendapatkan kebijaksanaan, bimbingan, keberanian, dan ketaatan, dan jawabannya datang dalam kata-kata Pemimpin kita ini (Unity of Good, hlm. 24): “Persangkaanmu mendesak, ada lebih dari pada Budi yang satu itu, lebih dari pada Allah yang satu itu, tetapi sesungguhnya aku berkata kepadamu, Allah ialah Semua-dalam-semua, dan kamu takkan pernah dapat berada di luar kesatuanNya.” Pengetahuan yang penuh suka cita akan fakta bahwa ia tidak pernah, dan tidak dapat berada di luar kesatuan dengan Allah, kecerdasan ilahi, membanjiri kesadarannya disertai keyakinan yang juga menghibur, bahwa sebaliknya, ia sama sekali berada di luar, sepenuhnya terpisah dari, setiap pernyataan membingungkan kepercayaan fana yang palsu dan saran mental yang agresif.
Maka kabut pun hilang dan ia mengambil jalan yang sebelumnya terlihat begitu menanjak, membuatnya merasa sendiri, dan sulit bagi pemikirannya yang kurang percaya, dan tidak sekejap pun ia pernah berkesempatan menyesali keputusannya. Sesungguhnya, ia menemukan bahwa jalan itu membawanya kepada tingkat pencapaian serta kegunaan rohaniah yang lebih tinggi, yang dari sudut pandang yang lebih rendah tidak terimpikan. Dan sebagai pahala tambahan, mulai saat itu ia lebih mudah membuat keputusan-keputusan penting, dan rasa syukurnya bertambah untuk kemenangan pertama atas pernyataan kesesatan itu.
Dahulu kala, Rasul Paulus, melihat nilai yang tak terkira besarnya mengenai pemahaman akan kesatuan manusia dengan Sang Bapa, menulis kepada orang-orang yang hidup pada zamannya: bahwa hanya ada “satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh semua dan di dalam semua.” Kata-kata ini masih berlaku sekarang sebagaimana berlaku di zaman itu, dan dengan mengamalkan, maka Kalam Allah dapat dibuktikan di dalam hidup kita. Maka kita dapat tanpa takut dan dengan sukacita membayangkan dan mempertahankannya dalam pikiran kita, dan membuktikan dalam kehidupan kita sehari-hari, kebenaran akan kesatuan kita dengan Allah, sumber ilahi kita.
Kesadaran yang sempurna akan kesatuan kita dengan Ketuhanan merupakan surga di sini dan sekarang juga, karena pengetahuan seperti itu mencakup semua yang sejati, sempurna, selaras, dan abadi—singkatnya, kenyamanan yang tidak berhingga dan langgeng. Pemahaman ini dapat kita capai dalam taraf yang semakin dalam manakala kita berjaga, bekerja dan berdoa sesuai yang dikemukakan Ilmupengetahuan Kristen dengan sangat meyakinkan dalam ajaran-ajarannya yang sangat jelas.
Alkitab mewahyukan kebenaran mutlak mengenai kesatuan Allah dengan manusia, Bapa dengan anak, pencipta dengan ciptaan, dan mempelajari buku ajar kita sambil berdoa menunjukkan betapa praktisnya wahyu tersebut. Apakah kita tidak akan menyiapkan persenjataan rohaniah kita dengan suka cita dan maju untuk menghadapi dan mengalahkan setiap serangan musuh, sambil bersukacita bahwa kita “takkan dapat berada di luar kesatuanNya?”