Ketika memikirkan editorial ini, banyak ide yang datang, tetapi yang paling sering dan paling kuat, adalah kasih. Meskipun demikian saya tidak tahu bentuk spesifik ide tentang kasih ini. Lalu pada suatu hari Minggu, ketika sedang duduk di gereja, saya memandang kutipan di dinding gereja bagian depan, dan saya pun mendapatkan jawabannya. Kutipan itu berasal dari pernyataan Mary Baker Eddy, “Kasih ilahi senantiasa telah memenuhi dan selalu akan memenuhi segala keperluan manusia” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, hlm. 494). Saat itu saya menyadari bahwa Kasih ilahi juga merupakan sarana kita untuk keluar dari dunia kebendaan—dari penanggapan kebendaan tentang hidup dengan segala ketakutan serta konsepnya yang keliru—sebagaimana diserukan Rasul Paulus untuk kita lakukan dan yang dapat kita baca di dalam Alkitab (lihat 2 Korintus 6:17 dan Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 451).
Kita tidak bisa melepaskan penanggapan kebendaan kecuali jika kita memiliki sesuatu untuk menggantikannya. Adalah Kasih ilahi yang memberikan pengertian rohaniah tentang Allah, yang menggantikan kepercayaan fana tentang kehidupan, dengan demikian memungkinkan kita keluar dari kepercayaan-kepercayaan itu.
Alkitab dengan jelas sekali memberitahu kita bahwa Allah “terlalu suci untuk melihat kejahatan” (Habakuk 1:13). Jadi bagaimanakah, Kasih ilahi, Allah, yang adalah sempurna dan hanya mengetahui kesempurnaan, mengetahui keperluan insani agar bisa memenuhi keperluan tersebut?
Dalam buku No and Yes Ny. Eddy menyatakan kepada kita: “Hukum Allah tercakup dalam tiga kata ‘Aku adalah Semua;’ dan hukum yang sempurna ini senantiasa hadir untuk menegur setiap pernyataan akan adanya hukum yang lain. Allah mengasihani kita saat menghadapi kesulitan dengan kasih seorang Bapa kepada anakNya,—bukan dengan menjadi bersifat insani, dan mengetahui dosa, atau apa pun, melainkan dengan membuangkan pengetahuan kita mengenai hal yang tidak ada. Dia tidak bisa menghancurkan kesulitan kita secara tuntas jika Ia memiliki pengetahuan mengenai hal-hal tersebut. Belas kasihanNya bersifat ilahi, bukan insani. Itulah pengetahuan Kebenaran mengenai ketidak-berhinggaanNya sendiri yang melarang keberadaan sejati bahkan dari satu pun pernyataan kesesatan. Pengetahuan ini adalah terang di mana tidak ada kegelapan,—bukan terang yang mengandung kegelapan di dalamnya. Kesadaran akan terang adalah seperti hukum Allah yang abadi, yang menyatakan diriNya dan tidak sesuatu pun yang lain.” (hlm. 30).
Semenjak mempelajari Ilmupengetahuan Kristen, doa saya setiap hari adalah “Tuhan, tolong hamba.” Bukan mengemis, melainkan mengakui bahwa karena saya tidak menciptakan diri sendiri, maka Allah-lah yang memelihara saya sebagai cerminanNya, atau keserupaanNya, dan oleh karena itu saya memerlukan pertolongan Allah dari saat ke saat. Karena Allah adalah Tuhan yang pengasih, Dia tidak akan menuntut anak-anakNya untuk mengemis guna mendapatkan sesuatu, melainkan senantiasa memenuhi setiap keperluan anak-anakNya. Baik doa kita berupa permohonan yang sederhana ataupun penegasan akan kebenaran, semua itu didasarkan kepada apa yang kita anggap benar mengenai Allah dan perhubungan kita denganNya.
Beberapa tahun silam saya mempunyai kesempatan untuk melihat langsung bagaimana Kasih ilahi memenuhi keperluan insani kita. Selama menjadi perwira Angkatan Laut yang bertugas di kapal perusak di lepas pantai Vietnam, kapal kami kadang-kadang mengunjungi sebuah pangkalan angkatan laut di Philipina. Di luar pangkalan ada sebuah desa yang sangat kecil. Kalau saya sedang mendapat kebebasan untuk meninggalkan kapal yang sedang berlabuh di pangkalan tersebut, saya akan menghabiskan waktu berbincang dengan banyak anak muda yang tinggal di desa itu. Puteri saya baru saja lahir, dan saya merindukan keluarga saya. Berbicara dengan anak-anak itu merupakan cara untuk merasa lebih dekat dengan keluarga saya sendiri.
Saya juga sering menghabiskan waktu di toko kecil yang memiliki sebuah bar di salah satu ujungnya, dan menjual minuman serta hot-dog. Gadis muda anak pemilik toko terkadang bekerja di situ. Pada suatu sore ketika saya sedang makan di sana, sekelompok pelaut dari sebuah kapal dagang masuk dan mulai mengganggu gadis itu. Setelah berhasil mengatasi ketakutan saya untuk melakukan sesuatu demi menolong gadis itu, saya berkata kepada para pelaut itu bahwa mereka sesungguhnya tidak ingin memperlakukan gadis tersebut dengan cara demikian. Mereka tidak menghargai ucapan saya dan mulai memukuli saya. Keadaan semakin gawat sampai-sampai saya mengkhawatirkan hidup saya tetapi tidak tahu apa yang harus saya lakukan.
Dengan serta-merta doa singkat “Allah, tolong hamba” muncul dalam kesadaran saya. Di saat yang sama, datang pikiran untuk meneriakkan nama kapal saya dan mengatakan bahwa saya perlu bantuan, dan itulah yang saya lakukan. Dalam hitungan menit toko itu dipenuhi anak buah kapal saya. Mereka berhasil menyelamatkan saya dari para pelaut itu, memanggil patroli pantai, lalu membawa saya kembali ke kapal, di mana saya dapat mengurus diri saya sendiri.
Bertahun-tahun kemudian saya baru tahu bahwa ketika kapal perusak itu berkunjung ke pangkalan angkatan laut tersebut, kebanyakan anak buah kapal mengunjungi bar kecil yang terletak di sebelah toko kelontong itu. Ketika mendengar saya berteriak menyebut nama kapal kami dan bahwa saya perlu pertolongan, mereka semua menyerbu toko itu. Sungguh suatu pemenuhan yang sulit diterima akal akan janji bahwa “Kasih ilahi senantiasa telah memenuhi dan selalu akan memenuhi segala keperluan manusia,” tetapi dengan cara itulah pertolongan datang saat itu.
Meskipun demikian, penjagaan dan pertolongan Allah tidak berhenti di situ. Manakala saya berbicara dengan anak-anak, saya meluangkan waktu memberitahu mereka bahwa kesempatan-kesempatan yang menakjubkan menunggu mereka sebagai anak-anak Allah—kesempatan-kesempatan yang tidak mencakup kegiatan yang tidak menyenangkan, yang merupakan jalur yang mereka anggap normal. Tetapi saat itu saya tidak tahu apa kesempatan-kesempatan lain tersebut. Meskipun demikian di lubuk hati saya yang dalam, saya tahu bahwa kesempatan-kesempatan tersebut akan muncul dan menjadi nyata.
Beberapa tahun setelah keluar dari Angkatan Laut dan setelah Amerika Serikat menutup banyak pangkalannya di Philipina, pangkalan angkatan laut di desa itu diserahkan kepada pemerintah Philipina dan menjadi zona bebas pajak yang penting. Kota kecil di luar pangkalan itu menjadi tempat tujuan wisata dengan hotel-hotel berbintang empat dan lima serta restoran-restoran, yang saya yakin memberikan kesempatan lain kepada anak-anak tersebut. Allah, Kasih, adalah baik!
Kasih ilahi akan senantiasa memenuhi keperluan insani dengan cara yang tepat di saat yang diperlukan.