Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Tidak ada kekeringan di dalam Budi

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 21 Januari 2015

Aslinya diterbitkan di edisi 25 Agustus 2014 majalah Christian Science Sentinel


Cepat atau lambat, melalui Kristus yang senantiasa hadir—kehadiran Allah yang penuh kasih serta kuasa, yang membimbing kita secara rohaniah—setiap orang di antara kita belajar bahwa anak-anak Allah dipelihara hanya oleh Allah saja, dan bahwa Ibu-Bapa kita yang mengasihi dan mempedulikan kita tanpa batas, tidak pernah kekurangan baik kemauan mapun kemampuan untuk memelihara kita dengan sebaik-baiknya.

Kekeringan tidak bisa menjadi bagian dari pemeliharaan Kasih, dan tidak dikenal juga oleh Budi yang tidak berhingga baiknya dan mengetahui segala-galanya. Kekebenaran-kebanaran seperti ini tersedia bagi kita, manakala ketika mengalami kekeringan, kita menggapai dalam doa untuk memahami pemeliharaan Allah bagi manusia secara lebih mendalam.

Beberapa tahun yang lalu, kami pindah rumah dan mendapati bahwa daerah itu sudah empat tahun mengalami kekeringan yang makin lama makin parah. Tanaman buah serta sayur mayur di negara bagian itu mengalami kerusakan yang menyebabkan kerugian sampai jutaan dollar. Surat kabar meramalkan bahwa kekeringan itu akan berlanjut atau menjadi semakin parah, kecuali datang “musim hujan yang luar biasa, yang merupakan hal yang mustahil.” 

Pada musin semi tahun itu, gubernur negara bagian menyatakan bahwa keadaan tersebut “sangat memprihatinkan.” Dia mengatakan kepada media,bahwa setiap hari dia berdoa, dan berharap orang lain pun melakukan hal yang sama. Kekhawatiran saya juga memaksa saya untuk berdoa. 

Tidak seperti yang diramalkan, di akhir tahun itu, wilayah kami mendapatkan hujan yang diperlukan. Kekeringan berakhir, dan penggunaan air pun tidak dibatasi lagi. Di tahun berikutnya, keadaan di wilayah-wilayah lain di negara bagian itu membaik, dan terus membaik selama dua tahun berikutnya, sampai kekeringan berakhir. Perubahan keadaan yang sangat diperlukan tersebut memang penting. Tetapi bagi saya, berkat yang lebih dalam adalah pemahaman serta ilham yang saya peroleh saat berdoa mengenai keadaan tersebut.   

Di Alkitab, Rasul Paulus memberikan pernyataan yang ringkas, rohaniah, serta ilmiah ini: “di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada” (Kis. 17:28). “Dia” yang dimaksud Paulus adalah Allah, Budi yang esa dan tidak berhingga, yang telah menciptakan semua yang benar-benar ada. Setiap orang di antara kita tinggal di dalam Budi ini. Kita adalah ide-ide Budi, senantiasa dikenal, dipelihara dan dicukupi kebutuhannya oleh Budi. Kebenaran ini tidak dipahami melalui panca idera, dan inilah alasan mengapa kita perlu berdoa, supaya kita bisa berpaling dari penanggapan panca indera untuk melihat kesejatian rohaniah, dengan keselarasannya yang melimpah. “Seperti ada tertulis,” demikian Paulus berkata di bagian lain dalam Alkitab, “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia. Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (1Kor. 2:9, 10).

Yang disediakan Allah bagi kita semua adalah kelimpahruahan yang tidak berhingga dari wujudNya, substansi tidak berhingga Roh, yang ditemukan di dalam Budi ilahi. Tidak ada kekurangan apa pun di dalam Budi, dan setiap hal yang diperlukan manusia sudah dimiliki Budi. Maka dari itu dalam doa kita dapat mengakui—dan bahkan lebih dari itu, melihat—bahwa Asas semua wujud bukanlah zat, melainkan Budi ilahi, Kasih yang tidak berhingga.

Mary Baker Eddy menulis di buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci: “Untuk dapat memahami kesejatian serta tata wujud dalam Ilmupengetahuannya, kita harus mulai dengan memandang Allah sebagai Asas ilahi semua yang sungguh-sungguh ada. ... Segala substansi, kecerdasan, kebijaksanaan, wujud, kebakaan, sebab, dan akibat masuk sifat Allah. Hal itu adalah ciri-ciriNya, penyataan abadi Asas ilahi yang tidak berhingga, Kasih. Tidaklah ada kebijaksanaan yang bijaksana lain daripada kebijaksanaan Allah; tidaklah ada kebenaran yang benar, tidak ada kasih yang mesra, tidak ada hidup yang sesungguhnya Hidup, lain daripada yang ilahi; tidaklah ada kebaikan, lain daripada kebaikan yang dianugerahkan Allah.” (hlm. 275). 

Kebaikan yang dianugerahkan Allah adalah tidak berhingga dan tidak ada habisnya. Substansi Roh yang tidak berhingga tidak pernah menjadi kering. Demikian pula sifat-sifat Allah tidaklah langka. Di dalam kesemestaan Jiwa misalnya, keindahan, suka cita, dan kekudusan tidak bisa menjadi kering. Di dalam kesemestaan Kebenaran, kebenaran serta kejujuran tidak bisa menjadi kering. Di dalam kesemestaan Kasih, sifat tidak mementingkan diri tidak bisa menjadi kering.  Integritas serta kebenaran berlimpah tanpa batas di dalam kesemestaan Asas ilahi. Kearifan, kecerdasan, dan pengertian tersedia tanpa batas di dalam kesemestaan Budi. 

Doa membantu kita melihat kehadiran semua kebaikan yang menjadi milik Allah. Doa juga membantu kita melihat bahwa karena “kita hidup, kita bergerak, kita ada” di dalam Allah, maka suasana di mana kita sesungguhnya tinggal bukanlah suasana yang bersifat kebendaan dan merusak. Demikian pula bukan suasana mental yang merusak yang terdiri dari ketakutan, sifat mementingkan diri sendri, nafsu, sifat rakus, atau kebencian, semuanya unsur-unsur yang melawan pandangan kita akan air hidup yang segar dari kebaikan rohaniah yang mengalir di kerajaan Budi.  

Satu-satunya suasana yang sejati adalah Budi itu sendiri. Karena itu kita hidup di dalam suasana Roh yang murni dan berkelimpahan, yang sarat dengan kegiatan rohaniah, dan memberkati umat manusia dengan "titik-titik hujan keilahian” yang “menyegarkan bumi” sebagaimana ditulis Ny. Eddy (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 288). Kita hidup di dalam suasana Hidup yang sarat dengan vitalitas serta kesegaran. Kita hidup di dalam suasana Jiwa yang murni—di mana keindahan melimpah tanpa batas dan selamanya dipelihara Jiwa, di mana kekudusan memerintah dan tidak ada yang  mengganggu Hidup dengan kepenuhannya, Hidup dengan suka citanya.

Ibu-Bapa kita, kasih ilahi, memelihara dan memberi makan kita semua, dan kasih yang memberi kekuatan yang berasal dari Kasih tidak pernah kering. Hukum Kasih adalah Roh Kudus, atau roh Kebenaran, yang bekerja secara universal, di dalam setiap kesadaran insani, menunjukkan pemeliharaan Kasih yang tidak berhingga, secara abadi mengalirkan air hidup dari Hidup.

David C. Kennedy, Editor

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.