Skip to main content Skip to search Skip to header Skip to footer

Adakah Anda Merasa Lebih Rendah atau Lebih Tinggi dari Orang Lain?

Dari Bentara Ilmupengetahuan Kristen - 26 Oktober 2017

Aslinya diterbitkan di edisi 19 Agustus 1967 majalah Christian Science Sentinel


Saya sering mendengar pernyataan seperti ini dan semacamnya: “Saya merasa tidak nyaman dengannya,” “Kelihatannya saya rentan terhadap keadaan tidak selaras yang terjadi di lingkungan saya,” “Saya tidak pandai melakukan hal itu,” “Saya tidak mampu mengatasi kecenderungan yang keliru itu,” “Kelihatannya saya mengidap penyakit itu.” Menurut Ilmupengetahuan tentang wujud, kebalikan dari setiap pernyataan itulah yang benar. Selain itu menyerah kepada suatu kepercayaan akan ketidakmampuan adalah membatasi dan berbahaya, karena keadaan pikiran seperti itu menghambat kemajuan, dan membawa kepada pembenaran alih-alih pencapaian, kegiatan yang tertunda alih-alih hasil, dan dapat menyebabkan penyakit.

Ilmupengetahuan Kristen menuntut agar kita memiliki konsep yang benar tentang diri kita sendiri sebagai ide Allah yang tidak berhingga. Kesesatan mungkin mengatakan bahwa anda merasa rendah diri atau tidak mampu mengatasi penyakit, tetapi ini adalah sudut pandang yang keliru. Bukan anda tetapi kepercayaan sesat tentang penyakitlah yang bermutu rendah, karena hal itu tunduk kepada kebenaran yang anda ketahui. Suatu kepercayaan sesat selalu berdusta ketika menyebut dirinya sebagai diri anda. Bagaimana pun juga, anda sesungguhnya tertarik bukan untuk mengetahui sudah berapa lama suatu penyakit atau kesesatan berlangsung, bukan untuk mengetahui betapa tidak adil atau mengerikan hal itu nampaknya, tetapi untuk mengetahui bahwa hal itu tidak sejati. Kearifan ilahi menjadikan jelas bahwa kita tidak perlu mengambil tindakan atau didorong untuk membuat keputusan, dari sudut pandang ketidakmampuan atau rasa rendah diri.

Tidak ada pembatasan; sesungguhnya tidak ada sesuatu yang negatif dalam wujud ilahi. Allah, Jiwa, tidak mengenal ketidakmampuan, kelemahan, atau perasaan rendah diri, dan kita yang sejatinya adalah keserupaanNya tidak bisa mengenal hal-hal seperti itu. Dalam buku Ilmupengetahuan dan Kesehatan dengan Kunci untuk Kitab Suci, Mary Baker Eddy, Penemu dan Pendiri Ilmupengetahuan Kristen, menyatakan, “Jiwa tidaklah pernah dapat mencerminkan sesuatu yang lebih rendah daripada Roh” (hlm. 477). Suatu Budi yang tidak berhingga haruslah dinyatakan dengan sepenuhnya dan dengan sempurna. Budi itu tidak bisa menahan sebagian ide-idenya dari siapa pun di antara anak-anaknya atau memberi lebih kepada yang satu daripada kepada yang lain. Masing-masing adalah wakil yang lengkap dari Budi yang tidak berhingga.

Setiap anak Allah diperlukan dan berharga. Kasih ilahi memelihara, menopang dan menyejahterakan ide-ideNya dan melengkapi masing-masing dengan kegiatan yang selaras dan mendatangkan hasil. Manusia ciptaan Allah tidaklah bersifat kebendaan atau terpisah dari sumbernya, tetapi selalu bersatu dengan Ketuhanan dan tunduk kepadaNya saja. Ia kebal terhadap kepercayaan-kepercayaan negatif yang membatasi, yang kelihatannya banyak ditemukan dalam suasana pikiran insani.

Apakah anda menganggap diri anda lebih tinggi dari orang lain? Jika benar, dengarlah kata-kata Rasul Petrus ini: “Allah telah menunjukkan kepadaku, bahwa aku tidak boleh menyebut orang najis atau tidak tahir ... Sesungguhnya aku telah mengerti, bahwa Allah tidak membedakan orang. Setiap orang dari bangsa manapun yang takut akan Dia dan yang mengamalkan kebenaran berkenan kepada-Nya” (Kisah 10: 28, 34, 35).

Kepercayaan bahwa kita lebih tinggi adalah kepercayaan kepada budi kita sendiri yang terbatas serta bersifat perorangan dan selalu menyatakan keterbatasan, karena Budi adalah satu, dan dicerminkan oleh semua anak-anak Allah. Suatu kepercayaan bahwa kita lebih tinggi benar-benar membatasi kita. Hal itu mencegah kita untuk melihat orang lain sebagai ide lengkap dari sumber kita, Allah. Jika anda percaya bahwa anda lebih tinggi dari orang lain, berarti anda merasa bahwa orang lain itu lebih rendah. Sebagai akibatnya, anda percaya adanya sifat rendah diri dan kepercayaan anda mungkin menjadi nyata dalam pengalaman anda. Anda juga menganggap Ketuhanan rendah karena menganggapNya bertanggungjawab untuk hal itu. Rasul Paulus menyimpulkannya demikian: “Karena itu siapa yang menganggap rendah bukanlah menganggap rendah manusia, melainkan menganggap rendah Allah yang telah memberikan juga Roh-Nya yang kudus kepada kamu" (1Tes. 4: 8, menurut versi King James). Betapa lebih baik untuk melihat bahwa setiap orang secara sadar memiliki kemungkinan yang tidak terbatas yang diberikan kepadanya oleh penciptanya!

Ada orang yang menyatakan bahwa ia memiliki pemahaman yang lebih tinggi, jauh melampaui orang lain, suatu visi yang belum pernah dilihat orang lain. Dipahami dalam Ilmupengetahuan Kristen, setiap ide, setiap kebenaran, atau fakta rohaniah, bersifat universal. Setiap anak Allah memilikinya, karena sebagai ide yang benar, setiap orang sudah mencakupnya. Allah memberkati semuanya tanpa batas atau pembatasan, dan kita maju menuju Roh manakala kita mengakui bahwa setiap anak Allah mewakili sifat yang sepenuhnya dan lengkap dari Budi yang tidak berhingga, meskipun setiap orang melakukannya dengan cara yang bersifat individual.  

Pikiran bahwa kita lebih tinggi adalah berbahaya, karena hal itu cenderung untuk memburamkan atau membenarkan kesesatan alih-alih melihat menembus yang seakan seperti topengnya dan menghancurkannya. Banyak orang yang secara insani menganggap dirinya lebih tinggi sesungguhnya merasa rendah diri karena mereka berusaha menyembunyikan sesuatu kekurangan.

Sekali lagi, sifat suka memuji diri sendiri, mencegah orang untuk belajar dan maju. Orang yang suka memuji diri sendiri tidak menghadapi dan mengatasi kesesatan mereka sendiri yang menutupi perasaan rendah diri. Sebagai akibatnya, mereka tidak membebaskan diri dari kesulitan fisik yang ditimbulkan kesesatan itu.

Rasa lebih tinggi bisa mendorong sifat buruk untuk menguasai. Hal itu juga dapat menjurus kepada arogansi yang tidak dikendalikan, yang menyembunyikan atau menekan kesalahan atau kelemahan. Yesus Kristus menegur orang Farisi untuk menyingkapkan jenis pemikiran seperti ini. Merasa lebih tinggi diketahui menyebabkan orang mengumbar kemarahan yang sudah pasti kemudian disesalinya, yang saat itu digunakan untuk menyembunyikan ketidakmampuan atau rasa frustasi.

Orang yang sadar akan dirinya sebagai putera dari yang Esa yang maha mengetahui, sebagai ide Allah yang lengkap, dan setiap orang lain sebagai ide Budi yang tidak berhingga, orang tersebut tidak akan disibukkan dengan kecenderungan yang merugikan untuk merasa lebih tinggi dari sesamanya. Dan orang yang merasa benar dengan menyatakan kemarahan (meskipun tentu saja tidak ada kemarahan yang dapat dibenarkan) telah gagal untuk menembus pernyataan kesesatan dengan penglihatan rohaniah yang memahami bahwa kesesatan tidaklah sejati dan bukanlah sifat manusia.

Meskipun tidak seorang pun lebih tinggi dari sesamanya, setiap anak Allah lebih tinggi dari kesesatan serta penyakit, dan Ny. Eddy menasehati kita untuk menganggap diri kita seperti itu. Ia menulis: “Menganggap diri kita terlalu mulia untuk berbuat dosa, karena Allah memang menjadikan kita terlalu mulia untuk berbuat dosa dan Ia memerintahi manusia, adalah kebijaksanaan yang benar. Takut kepada dosa berarti salah memahami kekuasaan Kasih dan Ilmupengetahuan ilahi tentang wujud dalam hal perhubungan manusia dengan Allah — berarti menyangsikan pemerintahanNya dan tidak mempercayai penjagaanNya yang mahakuasa. Menganggap diri kita terlalu mulia untuk mengalami penyakit dan maut adalah bijaksana juga dan hal itu sesuai dengan Ilmupengetahuan ilahi. Tidak mungkin kita takut kepadanya, apabila kita sepenuh-penuhnya memahami Allah dan mengetahui, bahwa kedua hal itu bukan bagian ciptaanNya” (Ilmupengetahuan dan Kesehatan, hlm. 231).

Jadi anda tidaklah lebih rendah atau lebih tinggi dari sesama anda. Di lain pihak, anda lebih tinggi dari setiap tahap keterbatasan, ketakutan, atau penyakit. Dan setiap tahap keterbatasan, ketakutan, atau penyakit adalah lebih rendah dari atau tunduk kepada anda yang dilengkapi Ilmupengetahuan dengan pemahaman bahwa manusia adalah ide rohaniah Budi. Alkitab menyatakan tentang manusia, “Engkau telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat, segala sesuatu telah Engkau taklukkan di bawah kaki-Nya” (Ibrani 2:7,8).

Misi Bentara

Pada tahun 1903, Mary Baker Eddy mendirikan Bentara Ilmupengetahuan Kristen. Tujuannya: “untuk memberitakan kegiatan serta ketersediaan universal dari Kebenaran.” Definisi “bentara” dalam sebuah kamus adalah “pendahulu—utusan yang dikirim terlebih dahulu untuk memberitakan hal yang akan segera mengikutinya,” memberikan makna khusus pada nama Bentara dan selain itu menunjuk kepada kewajiban kita, kewajiban setiap orang, untuk memastikan bahwa Bentara memenuhi tugasnya, suatu tugas yang tidak dapat dipisahkan dari Kristus dan yang pertama kali disampaikan oleh Yesus (Markus 16:15), “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk.”

Mary Sands Lee, Christian Science Sentinel, 7 Juli 1956

Belajar lebih lanjut tentang Bentara dan Misinya.